Sebagai Sarana Pelestarian Budaya Sebagai Sarana untuk Mengetahui Asal-usul Suatu Tempat

ciii RA. Kartini mulai memperhatikan kedudukan wanita agar sederajat dengan laki-laki. Pada masa RA. Kartini wanita mulai diperbolehkan untuk mengenyam pendidikan tidak hanya bersetatus kanca wingking teman hidup yang bertugas dibelakang yang tugasnya hanya masak, macak, manak memasak, merias diri, melahirkan. Nyai Sabirah juga sama seperti RA. Kartini, waktu itu beliau juga berkeinginan untuk mengangkat derajat kaum wanita di Bakaran Wetan agar sederajat dengan kaum laki-laki. Cara yang dilakukan Nyai Sabirah adalah mengajarakan wanita Bakaran Wetan untuk bertani dan membatik dengan penuh rasa sabar karena beliau sadar pada dasarnya martabat wanita itu sama baik dalam hubungannya manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa dan begitu juga hubunganya dengan mahkluk sosial. Masyarakat Bakaran sangat mengahargai jasa Nyai Sabirah. Untuk mengahargai jasa-jasa Nyai Sabirah itu masyarakat Bakaran Wetan selalu mengaanti luwur yang menutupi petilasan Nyai Sabirah yang diadakan setiap tahun sekali pada tanggal 10 sura.

3. Sebagai Sarana Pelestarian Budaya

Cerita lisan Nyai Sabirah ini telah menjadi penghubung antara jaman dahulu dengan sekarang. Nama-nama tempat dan benda –benda yang ada di kabupaten Pati khususnya di wilayah Bakaran dapat di jelaskan dengan adanya Petilasan Nyai Sabirah tersebut. Masyarakat jaman sekarang dapat lebih mengenal tempat–tempat yang menjadi pijakan tokoh Nyai Sabirah dalam riwayat ceritanya. Dapat di contohkan civ Desa Bakran Wetan Bakaran Kulon Desa Dhukut alit ataupun benda lain seperti batik Bakaran. Keterkaitan antar jaman dahulu dengan jaman sekarang melalui cerita lisan Nyai Sabirah telah memperkuat Pelestarian budaya. Adanya cerita rakyat Nyai Sabirah ini masyarakat berperan aktif untuk tetap mempertahankan peninggalan budaya nenek moyang yang dapat dicontohkan sebagai berikut: a. Peninggalan Nyai Sabirah yang berupa tempat, baik yang berupa Belik atau Sumur. Bangunan sigit, Punden Dalang Sapanyana, tempat duduk Dalang Sapanyana, tempat ritual pembakaran kemenyan. Sampai sekarang masih dijaga keberadaanya oleh masyarakat Bakran Wetan. b. Tradisi, adat-istiadat, dan upacara ritual budaya tetap dilaksanakan hingga kini, seperti upacara Buka Luwur Nyai Sabirah setiap tanggal 10 muharam atau 10 sura dan merti Dhusun setiap tanggal 01 muharam bertepatan dengan mapak tanggal tanggal 1 sura. Ritual Ledang Bayi dan Ledang Pengantin setiap ada bayi yang baru lahir damn pengantin yang usai melakukan ijab qabul dan tradisi kenduri serta selametan dan mereka juga mempercayai mitos-mitos dan larangan yang berlaku di Bakaran.

4. Sebagai Sarana untuk Mengetahui Asal-usul Suatu Tempat

Nyai Sabirah adalah sosok seorang wanita yang tangguh, merupakan keturunan Majapahit yang membabat hutan di kadipaten Parang Garuda yang sekarang menjadi kabupaten Pati dengan kakanya yang kemudian daerah kekuasaanya disebut Desa Bakaran. cv Adanya Cerita rakyat Nyai Sabirah ini masyarakat mengetahui bagaimana kerja keras Nyai Sabirah dalam membabat hutan dan menjadikan tempat tinggal yang kemudian menjadi Desa Bakaran sampai saat ini. Beliau juga membangun suatu sumur yang digunakan untuk mereka hidup, karena Nyai sadar bahwa air adalah sumber kehidupan.

5. Sebagai Sarana Hiburan