Prosesi Tradisi Ziarah Bentuk dan Isi Cerita

lxxxi leluhurnya khusunya Nyai Sabirah dengan mencontoh perilakunya semasa hidup saling membantu antar sesama. Berbagi antar sesama setelah panen raya yang diwujudkan dengan kendurian dan tirakatan dengan menoton wayang yang isinya mengajarkan tentang kehidupan.

6. Prosesi Tradisi Ziarah

Ziarah di Petilasan Nyai Sabirah hingga saat ini masih berlangsung setiap hari, walaupun pada hari Jumat Pon dan Jumat Legi menjadi hari yang lebih sakral dan banyak pengunjung yang melakukan kegiatan ziarah tahlil serta lelaku. Masyarakat yang datang ke Petilasan Nyai Sabirah memiliki tujuan yang berbeda- beda, ada yang memiliki tujuan menjalani lelaku namun ada yang sekedar ziarah ke petilasan Nyai Sabirah yang di anggap tokoh dan memiliki peran dalam sejarah. Keyakinan masyarakat akan peran Nyai Sabirah sebagai tokoh yang memiliki kesaktian sehingga setelah meninggal beliau dinggap sebagai penunggu atau dalam kepercayaan jawa bisa disebut Danyang penunggu tempat yang dikeramatkan. Tradisi ziarah merupakan tradisi turun-tenurun yang selalu dilakukan dari generasi ke generasi. Tradisi ziarah semacam ini dilakukan untuk mendoakan dan mengenang arwah-arwah para leluhur yang telah meninggal dunia. Masyarakat yang masih melakukan tradisi semacam ini beranggapan bahwa arwah para leluhurnya, masih bersemayam di tempat tersebut, dan masyarakat percaya apabila mereka memanjatkan doa untuk mereka pastilah mereka mendengar bahkan melihat kedatanganya. lxxxii Tradisi ziarah tidak hanya dilakukan masyarakat desa Bakaran saja tetapi dari luar daerah juga banyak yang melakukan ziarah ke petilasan Nyai Sabirah dengan tujuan yang bermacam-macam ada yang mengalap berkah meminta doa restu serta ada yang meminta kesembuhan dari sakitnya. Dalam tradisi ziarah ini apabila keinginannya dari orang yang ziarah tersebut dapat terkabul maka mereka bernadzar atau disebut dengan kaul suatu perwujudtan rasa syukur yang diwujudkan dengan kendurian. Biasanya mereka bernadzar ingin menyembelih hewan sapi, kambing atau kerbau dan tidak diperbolehkan dengan ayam dikarenakan hewan kesayangan dari Nyai Sabirah adalah ayam jago maka sebagai rasa hormat kepada Nyai Sabirah mereka mengadakan selamatan di petilasan Nyai Sabirah tidak menggunakan ayam. a. Perlengkapan sesaji sajen Beserta maknanya Makna dari sesaji yaitu untuk meminta keselamatan baik dunia maupun akhirat. 1. Kembang Telon adalah bunga yang terdiri dari bunga mawar, bunga kanthil yang mempunyai makna sebagai rasa penghormatan terhadap Nyai Sabirah yang telah berjasa cukup banyak dalam hal mengajari wanita Bakaran membatik, membuka lahan pertanian serta dipercaya sebagai penunggu Desa Bakaran Wetan dengan cara menjaga Desa Bakaran agar tetap damai dan tentram. 2. Kemenyan ini bentuknya seperti batu tetapi berfungsinya dengan cara dibakar kemenyan ini merupakan sarana doa. lxxxiii 3. Wajib ini berupa uang receh atau uang seikhlasnya yang ditaruh di dalam bunga telon tersebut yang digunakan untuk berziarah yang merupakan sumbangan untuk petilasan Nyai Sabirah biasanya uang wajib ini digunakan untuk khas di Petilasan Nyai Sabirah uang wajib sebagai kas ini digunakan untuk membeli peralatan yang berhubungan dengan Petilasan Nyai Sabirah seperti kelambu baru, dan uang jasa untuk juru kunci. b. Prosesi Ziarah Prosesi ziarah yang dilakukan oleh masyarakat dari dalam maupun luar Bakaran ini biasanya langsung dipimpin oleh juru kunci Basir Sukarno. Prosesi itu dimulai dengan menyebutkan nama yang berziarah, asal orang yang berziarah apa permintaannya serta Sukarno Basir selaku juru kunci ibaratnya beliau merupakan perantara menyampaikan kepada Nyai Sabirah. Setelah itu peziarah disuruh oleh juru kunci untuk membakar kemenyan yang di tungku yang telah di sediakan di sebelah selatan yang merupakan sarana doa.

7. Mitos – mitos yang Ada di Desa Bakaran Wetan