Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

xx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengajaran menulis sebagai bagian integral dari pengajaran bahasa Indonesia, diberikan dengan tujuan agar siswa mampu menuangkan gagasannya dalam bahasa tulis dengan lancar dan tertib. Kehadiran pembelajaran menulis yang terencana dengan baik dirasakan amat mendesak, karena keterampilan menulis sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, kehadirannya mutlak diperlukan. Menurut Henry Guntur Tarigan 1986: 27 menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa dan negara dapat dilihat dari maju tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Salah satu fungsi pengajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan bahasa Indonesia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Untuk itu, pengajaran Bahasa Indonesia diberikan dengan tujuan agar siswa memiliki 1 keterampilan berbahasa Indonesia, 2 pengetahuan yang baik mengenai bahasa Indonesia, dan 3 sikap bahasa positif. Bahasa adalah sarana utama manusia untuk mengungkapkan gagasan atau perasaan kepada orang lain Sarwiji Suwandi dan Atikah Andriyani, 2008: 64. Oleh sebab itu, kemampuan berbahasa sangat penting bagi terwujudnya xxi kemampuan menulis. Penguasaan kosakata dan gramatikal kaidah morfologi dan sintaksis merupakan prasyarat untuk menciptakan tulisan atau karangan yang bernilai dengan bahasa yang baik dan benar. Karena semua anggota masyarakat bahasa terikat dengan segala macam kaidah bahasa kaidah fonologis, morfologis, sintaksis, maupun semantik yang mengatur pemakaian bahasa yang baik dan benar, ketaatan seseorang penulis dalam menggunakan semua kekayaan bahasa akan memudahkan pembaca dalam memahami dan menerima gagasan yang disampaikan penulis tersebut. Budhi Setiawan, Herman J Waluyo, dan Suyatno Kartodirjo 2006: 62 berpendapat bahwa; “Pengajaran bahasa tidak dapat dilepaskan dengan pengajaran pada umumnya yang bertujuan untuk: 1 eksistensi diri; 2 menampilkan potensi diri; 3 menggali informasi; 4 mengolah informasi; 5 memecahkan masalah; 6 kemampuan mengambil keputusan; 7 kemampuan berakting; 8 kemampuan komunikasi lisan, dan kemampuan menulis”. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan- keterampilan khusus, dan pengajaran secara langsung. Menyusun gagasan- gagasan harus logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Meskipun disadari bahwa penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern, dalam kenyataannya pengajaran keterampilan menulis kurang mendapatkan perhatian. Pelajaran mengarang sebagai salah satu aspek dalam pengajaran bahasa Indonesia kurang ditangani secara sungguh-sungguh. xxii Akibatnya, keterampilan menulis siswa juga kurang memadai Stefanus Y. Slamet, 2008: 95. xxiii Keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca baik selama pendidikan maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat Keberhasilan pelajar dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam menulis. Oleh karena itu, pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Hasil belajar merupakan suatu pernyataan bahwa seorang siswa telah mengalami perubahan tingkah laku yang berupa kemampuan atau keterampilan yang dapat diamati. Gagne dalam Sri Harini Ekowati, 2008: 20 membagi hasil belajar dalam lima kategori, antara lain: 1 kemampuan intelektual, 2 strategi kognitif, 3 informasi verbal, 4 keterampilan motorik, dan 5 sikap. Keterampilan intelektual merupakan kecakapan yang menjadikan pembelajar berkompetensi. Keterampilan ini berkaitan dengan pengetahuan tentang bagaimana pembelajar melakukan aktivitas pembelajaran. Strategi merupakan kemampuan seorang pembelajar untuk menentukan cara tertentu dalam melaksanakan suatu kegiatan. Setiap pembelajar memiliki strategi yang berbeda dalam melakukan aktivitas pembelajarannya. Informasi verbal merupakan kemampuan pembelajar untuk mengungkapkan sesuatu, seperti mengemukakan pemikiran, mengemukakan pendapat, dan lainnya dalam bentuk bahasa. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak dalam urutan dan koordinasi yang baik. Sedangkan sikap adalah kemampuan menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap ini xxiv berkaitan dengan nilai-nilai yang dihayati pembelajar, seperti nilai toleransi, nilai cinta terhadap sesuatu, dan nilai kesediaan untuk bertanggungjawab. Rendahnya kemampuan menulis pada siswa sering dilontarkan para pakar, antara lain bahwa lulusan SMP banyak yang belum dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Rendahnya kemampuan siswa dilontarkan oleh Henry Guntur Tarigan 1987: 12 yang mengatakan bahwa kualitas hasil belajar Bahasa Indonesia siswa sampai saat ini belum memuaskan. Meskipun pada hakikatnya siswa menyadari pentingnya memiliki keterampilan menulis sebagai bekal selanjutnya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tetapi setiap dihadapkan pada tugas menulis, siswa seringkali menghadapi kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat berupa kesulitan menggunakan kaidah tata bahasa dan ejaan yang tepat, pemilihan kosa kata yang tepat, penyusunan kalimat efektif. Kesulitan- kesulitan penyebab rendahnya kemampuan menulis pada siswa tersebut disebabkan oleh banyak faktor yang meliputi guru, siswa, maupun lingkungan. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan siswa menulis adalah kecerdasan emosional atau EQ Emotional Quotient. Hal ini seperti ditegaskan Goleman 1999: 31 bahwa ”kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dan belajar”. Ini mengandung arti bahwa kecerdasan emosional yang dimiliki siswa ada kaitannya dengan kemampuan siswa menuangkan ide serta gagasannya dalam menulis sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsang dari luar dan dari dalam diri individu yang sangat berperan xxv dalam kehidupan manusia khususnya dalam hubungannya dengan orang lain Marjono dan Alvi Rosyidi, 2006: 23. Dua macam kecerdasan yang berbeda ini, intelektual dan emosional mengungkapkan aktivitas bagian-bagian yang berbeda dalam otak Subyantoro, 2003: 70. Kecerdasan intelektual terutama didasarkan pada kerja nekorteks, lapisan dalam evolusi berkembang paling akhir di bagian atas otak. Adapun pusat- pusat emosi berada di bagian otak yang lebih dalam, dalam subkorteks yang secara evolusi lebih kuno; kecerdasan emosi dipengaruhi oleh kerja pusat-pusat emosi itu, tetapi dalam keselarasan dengan kerja pusat-pusat intelektual. Secara rinci kekurangterampilan siswa dalam hal ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain kurangnya kemampuan menguasai struktur kata ataupun kalimat pada diri siswa, kurang optimalnya pelaksanaan pembelajaran menulis di dalam kelas, kurangnya buku-buku bacaan, minimnya perbendaharaan kosa kata pada siswa, lingkungan yang kurang mendukung terhadap aktivitas siswa, rendahnya motivasi siswa untuk menulis.

B. Identifikasi Masalah