xxx mudah dan jelas. Pada dasarnya, menulis bukan hanya melahirkan pikiran atau
perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis
bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai. Keterampilan menulis dikuasai seseorang sesudah menguasai
keterampilan berbahasa yang lain. Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang
sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, berbicara dan membaca.
a. Hakikat Menulis
Penggunaan istilah menulis dan mengarang merupakan dua hal yang dianggap sama pengertiannya oleh sebagian ahli dan berbeda oleh sebagian ahli
lainnya. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya Suparno
dan M. Yunus, 2003: 3. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat
dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat: penulis sebagai penyampai pesan,
isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis adalah bagian aktivitas yang melibatkan pikiran atau ide dan mentransferkan ke kertas Hadley, 1993: 3. Menulis menurut McCrimmon
dalam Stefanus Y. Slamet 2008: 96, merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan
xxxi cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan
jelas. Senada dengan pendapat itu Mary S. Lawrence menyatakan bahwa menulis adalah mengkomunikasikan apa dan bagaimana pikiran penulis.
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tadi Tarigan dalam Khaerudin Kurniawan, 1995: 67. Menulis bukan hanya menggambar huruf-huruf tersebut, tetapi ada
pesan yang dibawa oleh penulis melalui gambar-gambar huruf-huruf tersebut yaitu karangantulisan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, ide, pendapat,
dan pengalaman disusun secara sistematis dan logis. Terampil menulis tanpa terampil mengarang tidak mempunyai arti sebab
tidak ada yang dinikmati pembaca. Sebaliknya, terampil mengarang belum tentu terampil menulis sebab dalam keterampilan mengarang yang terlibat hanya
ekspresi atau imajinasi belaka. Hal ini dapat dilakukan baik melalui bahasa lisan maupun bahasa tulis. Akan tetapi, kalau terampil menulis berarti ia terampil
mengarang karena ada karangan yang dihasilkan sebagai ekspresi pikiran, perasaan, gagasan, kehendak, dan sebagainya. Dengan kata lain, mengarang
merupakan bagian dari menulis, keduanya saling melengkapi. Menulis termasuk ke dalamnya mengarang dapat diartikan sebagai
kegiatan menyusun atau mengorganisasikan buah pikiran, ide, gagasan dengan menggunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Menyusun atau
mengorganisasikan suatu gagasan menjadi rangkaian bahasa tulis yang teratur,
xxxii sistematis, dan logis bukan pekerjaan yang mudah melainkan suatu pekerjaan
yang memerlukan pelatihan dan ketekunan yang terus-menerus. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa menulis merupakan
kebutuhan pokok baik dalam bidang akademik maupun nonakademik yang berarti suatu kegiatan menyampaikan pesan komunikasi dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai medianya. Kegiatan kepenulisan tersebut juga sangat terkait dengan penalaran.
Penalaran reasoning adalah suatu proses berpikir dengan menghubung- hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu yang dianggap
bahan bukti, menuju pada suatu kesimpulan. Dengan perkataan lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah
kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli.
Selain faktor keterampilan, menulis juga merupakan faktor kognitif seperti dikemukakan Pujiati Suyata 1997. Aspek kognitif diperlukan dalam penemuan
ide, kemudian mengembangkan ide itu menjadi tulisan. Untuk pengembangan ide tersebut, diperlukan penalaran. Dengan penalaran yang baik, ide akan berkembang
dengan baik pula. Dengan demikian, menulis sebenarnya merupakan kegiatan terpadu antara aspek kognitif dan psikomotor.
Secara umum, penalaran atau pengambilan kesimpulan itu dapat dilakukan secara induktif dan deduktif. Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang
bertolak dari hal-hal yang khusus menuju sesuatu yang umum. Sementara itu,
xxxiii penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang
umum pada peristiwa yang khusus untuk mencapai sebuah kesimpulan. Bertolak pada beberapa pengertian menulis seperti yang telah diungkapkan
oleh beberapa ahli diatas, terdapat sejumlah unsur yang berlaku dalam aktivitas menulis. Unsur-unsur itu adalah: 1 menulis, 2 makna atau gagasan yang
disampaikan, 3 bahasa atau sistem tanda konvensional sebagai medium penyampai gagasan atau ide, 4 pembaca sebagai sasaran, 5 tujuan yang
diinginkan penulis terhadap gagasan yang disampaikan kepada pembaca, dan 6 adanya interaksi antara penulis dan pembaca lewat tulisan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan untuk menuangkan buah pikiran, ide dan
gagasan, pengalaman dan perasaan kepada orang lain dengan bahasa dan kalimat yang efektif sehingga maknanya mudah dipahami pembaca. Sedangkan pengertian
kemampuan menulis di sini diartikan sebagai kecekatan seseorang dalam mendayagunakan
semua fungsi
kognitifnya untuk
menyusun dan
mengkomunikasikan gagasannya itu dengan medium bahasa kepada orang lain sehingga terjadi interaksi antara keduanya demi pencapaian tujuan.
Sebagai alat komunikasi yang tidak langsung, penulis memiliki maksud dan tujuan. Tujuan yang diharapkan adalah responsi atau jawaban yang
diharapkan dapat diperoleh dari pembaca atau perubahan yang diharapkan pada diri pembaca.
xxxiv
1 Manfaat Menulis
Graves dalam Suparno dan Mohamad Yunus menjelaskan tentang manfaat menulis adalah: a peningkatan kecerdasan, b pengembangan daya inisiatif dan
kreativitas, c penumbuhan keberanian, dan d mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a Peningkatan Kecerdasan Menulis meningkatkan kecerdasan. Saat menulis siswa mengembangkan
gagasannya dengan
bernalar: menghubung-hubungkan
fakta, membandingkannya dan menggunakan struktur bahasa yang logis agar dapat
dipahami pembaca. Untuk itu diperlukan kecerdikan penulis, ketajaman pikiran.
b Pengembangan Daya Inisiatif dan Kreativitas Kegiatan menulis mengarah pada pengembangan daya inisiatif dan kreativitas.
Untuk mengembangkan gagasan pokok menjadi informasi yang lebih rinci kemudian dikemasnya menjadi kalimat-kalimat efektif agar pembaca dapat
menangkap pesan yang disampaikan penulis diperlukan daya inisiatif dan kreativitas yang tinggi.
c Penumbuhan Keberanian Kegiatan menulis memupuk keberanian untuk berpendapat. Kegiatan menulis
diawali dengan adanya penentuan masalah yang dihadapi penulis. Dengan demikian berbagai literatur penulis memperoleh masukan dan saran
pemecahannya. Penulis dituntut untuk berani membuat keputusan menurut
xxxv perasaan, pikiran, gaya penuangan gagasan yang mungkin berbeda satu sama
lain. Penuangan gagasan melalui tulisan yang dihasilakannya akan berisiko munculnya penilaian pembaca. Oleh karena itu, penulis berani menghadapi
berbagai kritik baik positif maupun negatif dari pembaca.
d Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi Kegiatan menulis mendorong kemauan dan kemampuan untuk memperoleh
dan mengumpulkan informasi. Bahan yang akan ditulis adalah informasi. Informasi diperoleh dari berbagai sumber. Makin banyak sumber yang dibaca
akan memantapkan penulis dalam mengambil keputusan dan terpercaya. Berbagai cara penulis mencari informasi yaitu dengan membaca,
mendengarkan, dan bercakap-cakap. Dengan demikian, penulis terpacu untuk mengenal bermacam-macam sumber dengan caranya.
2 Tujuan Menulis
Sehubungan dengan hal ini, Hugo Hartig dalam Henry Guntur Tarigan, 1986: 24-25 mengemukakan tujuan penulisan yaitu:
a Assignment Purpose Tujuan Penugasan Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.
Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang
ditugaskan membuat laporan, notulen rapat.
xxxvi b Altruistic Purpose Tujuan Altruistik
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami,
menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak
akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun secara tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah
”lawan” atau ”musuh”. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan.
c Persuasive Purpose Tujuan Persuasif Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan
yang diutarakan. d Informational Purpose Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan. Tulisan
yang bertujuan memberi informasi atau keteranganpenerangan kepada para pembaca.
e Self-Expressive Purpose Tujuan Pernyataan Diri. Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca. f Creative Purpose Tujuan Kreatif
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan
keinginan mencapai bnorma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nlai artistik, nilai-nilai kesenian.
xxxvii g Problem Solving Purpose Tujuan Pemecahan Masalah
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi
serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Tulisan atau karangan secara umum terdiri atas dua hal yaitu terdiri atas isi dan bentuk. Isi merupakan suatu yang ingin diungkapkan penulis. Apa yang ingin
penulis sampaikan akan menentukan cara pengungkapannya, apakah akan lebih bersifat formal atau informal. Sedangkan bentuk tulisan merupakan bentuk
mekanik atau karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan alinea. Menurut Heaton dalam Stefanus Y. Slamet, 2006: 48-49 kompleksitas
kegiatan menulis untuk menyusun karangan yang baik meliputi: 1 keterampilan gramatikal; 2 penuangan isi; 3 keterampilan stilistika; 4 keterampilan
mekanis; dan 5 keterampilan memutuskan. Sehubungan dengan kompleksnya kegiatan yang diperlukan untuk keterampilan menulis, menulis harus dipelajari
atau diperoleh melalui proses belajar dan berlatih dengan sungguh-sungguh. 3 Tahapan Menulis
Dalam pembelajaran menulis seringkali siswa mengalami kesulitan dalam menemukan ide. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pengajar dapat
menggunakan rancangan tulisan untuk memudahkan dalam menulis. Rancangan tulisan berisi perincian topik-topik yang dibagi dalam subtopik-subtopik.
Rancangan tulisan adalah pedoman bagi penulis untuk mewujudkan tulisannya
xxxviii Sri Harini Ekowati, 2008: 23. Secara terperinci rancangan tulisan dapat
membantu penulis dalam hal-hal sebagai berikut: 1 untuk menyusun karangan secara teratur, 2 memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda,
3 menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali, 4 memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.
Menurut McCrimmon 1984: 10-11 ada tiga tahap proses menulis yaitu: a. Perencanaan Planning yang merupakan prosedur yang digunakan untuk
menghasilkan suatu karya yang diharapkan dan merupakan serangkaian strategi yang dirancang untuk mendapatkan dan menghasilkan informasi
dalam menulis. b. Membuat Bagan Drafting yang merupakan serangkaian strategi yang
dirancang untuk menyusun dan mengembangkan suatu tulisan. c. Perbaikan Revising yang merupakan prosedur untuk mengembangkan dan
memperbaiki suatu karya yang sedang berjalan dan merupakan serangkaian strategi yang dirancang untuk memeriksa kembali dan mengevaluasi kembali.
Oshima dan Hogue menyebutkan ada tiga tahapan yang masing-masing tahapan memiliki langkah-langkah dalam menulis 1991: 2-12, yaitu: 1 Pra
menulis prewriting memilih dan membatasi topik dan mengungkap gagasan, 2 Merencanakan atau menguraikan planning or out lining membuat subdaftar
menulis kalimat utama, dan menguraikan, 3 Menulis dan merevisi draft writing and revising draft menulis draf kasar yang pertama, merevisi isi dan mengatur,
mengoreksi draf kedua, dan menulis salinan terakhir.
xxxix Sebagai suatu proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas kegiatan
yang terjadi dan melibatkan beberapa fase tahap yaitu fase pramenulis persiapan, penulisan pengembangan isi karangan, dan pascapenulisan telaah
dan revisi atau penyempurnaan tulisan. Meskipun demikian, masing-masing fase dari ketiga fase penulisan di atas tidaklah dipandang secara kaku, selalu berurut,
dan terpisah-pisah. Ketiganya harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seseorang penulis dalam proses tulis-menulis. Urutan dan
batas antarfase itu sangatlah luwes, bahkan dapat tumpang tindih. Sewaktu menulis sangat mungkin seseorang melakukan aktivitas yang terdapat pada setiap
fase secara bersamaan. Dalam tahap prapenulisan dan penulisan, misalnya dapat melakukan sekaligus kegiatan telaah dan revisi. Atau, ketika sedang berlangsung
kegiatan pada tahap penulisan ternyata kerangka karangan yang yang dibuat terlalu sempit, terlalu luas, atau kurang sistematis sehingga harus memperbaiki
kerangka karangan tersebut. Pemahaman fase-fase seperti itu perlu digarisbawahi agar tidak
membelenggu dalam kegiatan menulis. Bahkan harus sebaliknya, membantu mempermudah kegiatan menulis yang dilakukan.
Menurut Weaver dalam Stefanus Y. Slamet 2008, 111 secara padat di dalam proses penulisan terdiri atas lima tahap, yaitu 1 persiapan rehearsing,
2 pembuatan draft drafting, 3 perevisian revising, 4 pengeditan editing, dan 5 pemublikasian publishing.
Senada dengan itu Tompkins dan Hoskisson 1995 kegiatan yang dilakukan pada proses penulisan, yaitu 1 prapenulisan prewriting, 2
xl pembuatan draft drafting, 3 perevisian revising, 4 pengeditan editing, 5
pemublikasian publishingsharing.
a Prapenulisan prewriting Prapenulisan merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini merupakan
langkah awal dalam menulis yang mencakup kegiatan 1 menentukan dan membatasi topik tulisan, 2 merumuskan tujuan, menentukan bentuk tulisan, dan
menentukan pembaca yang akan ditujunya, 3 memilih bahan, serta 4 menentukan generalisasi dan cara-cara mengorganisasikan ide untuk tulisannya.
Tahap ini merupakan tahap yang amat penting dalam kegiatan menulis. Oleh karena itu, pada tahap pramenulis kadang diperlukan stimulus untuk merangsang
munculnya respon yang berupa ide atau gagasan. Pengembangan ide ke dalam kerangka karangan dapat menggunakan
berbagai pola pengembangan. Secara umum, karangan terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, permasalahan, dan penutup. Pada bagian pendahuluan dapat
dikemukakan latar belakang masalah, kemudian bagian berikutnya berupa permasalahan yang akan dikemukakan dan pendekatan yang akan digunakan
untuk menguraikan masalah itu. Bagian penutup biasanya berisi kesimpulan dan saran. Pengembangan masalah dapat dilakukan dengan pola alamiah dan rasional.
Pola alamiah adalah pola pengembangan yang disesuaikan dengan urutan waktu terjadinya peristiwa kronolis, dan urutan tempat atau ruang space order.
Sementara itu, pola pengembangan rasional, dapat dilakukan berdasarkan 1 urutan sebab akibat atau sebaliknya, 2 problem solving atau pemecahan masalah,
3 aspek, dan 4 topik.
xli b Pembuatan Draft Drafting
Dalam tahap pembelajaran yang berpusat pada siswa, tahap menulis ini dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam tulisan. Siswa mula-mula
mengembangkan ide atau perasaannya dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat hingga menjadi sebuah wacana sementara draft. Fokus perhatian terarah pada
penuangan ide secara tertulis. Di samping itu, hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek mekanis bahasa, seperti penulisan huruf, tanda baca, maupun aspek
mekanis lainnya juga perlu mendapat perhatian. Pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan sangat diperlukan. Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk
pemilihan kata, gaya bahasa, pembentukan kalimat, sedangkan teknik penulisan untuk penyusunan paragraf dengan penyusunan karangan secara utuh.
Apabila pada tahp pramenulis belum ditentukan judul karangan, maka pada akhir tahap ini, penulis dapat menentukan judul karangan. Beberapa
persyaratan yang perlu diperhatikan pada saat menentukan judul, antara lain singkat, 2 provokatif, dan 3 relevan dengan isi. Di samping itu, yang perlu
diingat bahwa judul sebaiknya disusun dalam bentuk frase bukan kalimat.
c Perevisian Revising Pada tahap merevisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan.
Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokok dan ide penjelas, serta
sistematika dan penalarannya. Sementara itu, aspek kebahasaan meliputi pilihan kata, struktur bahasa, ejaan, dan tanda baca. Pada tahap revisi masih
xlii dimungkinkan mengubah judul karangan apabila judul yang telah ditentukan
dirasakan kurang tepat. Pengertian revisi tidak sekedar memperbaiki rancangan tulisan, tetapi juga
mencakup upaya memenuhi kebutuhan pembaca sehingga tidak jarang bagian- bagian dalam sebuah rancangan tulisan perlu ditambah, dipindah, dihilangkan,
dan disusun kembali. Revisi dapat dilakukan penulis sendiri maupun orang lain. Jika dilakukan
sendiri diperlukan tenggang waktu antara penyelesaian dengan pelaksanaan revisi. Jika revisi dilakukan bersama temannya, pelaksanaannya dapat berupa kerja
kelompok kecil.
d PengeditanPenyuntingan Editing Hasil tulisankarangan perlu dilakukannya pengeditan penyuntingan. Hal
ini berarti penulis sudah hampir menghasilkan sebuah bentuk tulisan akhir. Pada bagian ini perhatian difokuskan pada aspek mekanis bahasa sehingga siswa dapat
memperbaiki tulisannya dengan membetulkan kesalahan penulisan kata maupun kesalahan mekanis lainnya. Adapun tujuan kegiatan penyuntingan adalah
membuat tulisan dapat dibaca secara optimal oleh pembacanya. Jika sebuah tulisan tidak dapat dibaca berarti penulis telah melakukan hal yang sia-sia karena
ungkapan perasaannya tidak dibaca orang. Sebagaimana dengan kegiatan revisi, sebaiknya penyuntingan dilakukan
selang beberapa waktu seusai membuat draftnya. Pelaksanaannya adalah dengan membaca kata per kata atau bagian per bagian sehingga dapat ditemukan
kesalahan-kesalahannya untuk dibetulkan.
xliii e Pemublikasian PublishingSharing
Publikasi mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama, publikasi berarti menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan, sedangkan
pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk noncetakan. Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan, peragaan,
pembacaan di depan kelas. Senada dengan pernyataan-pernyataan di atas, Peyroutet 1991 dalam Sri
Harini Ekowati, 2008: 23 mengatakan bahwa sebelum menulis disarankan untuk mempersiapkan rancangan tulisan, sebab rancangan tulisan dapat memudahkan
seseorang dalam menulis. Ada beberapa model kerangka karangan seperti: Le plan lineaire, le plan thematique, le plan oriente, dan le plan journalistique en
relief. Strategi pembelajaran menulis dengan kerangka karangan merupakan strategi dengan penyampaian materi pelajaran oleh pengajar dilakukan dengan
tahapan : 1 Pendahuluan : a pengajar menginformasikan tujuan pembelajaran saat itu, b pengajar memberikan tema atau judul tulisan. 2 Kegiatan inti: a
pengajar bersama-sama dengan siswa membahas tema yang diberikan dan membuat kerangka karangan melalui diskusi dan tanya jawab, b pengajar
menginventarisirmengumpulkan dan menuliskan di papan tulis ide-ide yang muncul, c bersama-sama dengan siswa menyusun rancangan tulisan yang
disepakati, d setelah kerangka karangan siap, siswa mulai menyusun tulisannya, secara kelompok atau individua. 3 Penutup : a selama proses penulisan
karangan, siswa dapat bertanya kepada pengajar, b setelah karangan tulisan selesai, pengajar melakukan evaluasi.
xliv Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses menulis meliputi
tahap-tahap prapenulisan, penulisan, revisi, mengedit, publikasi. Pemakaian bahasa dalam tulis-menulis merupakan pemakaian yang menuntut kegiatan
encoding, kegiatan untuk menghasilkan atau menyampaikan bahasa kepada pihak lain, yakni pembaca. Bahasa yang dikaitkan kegiatan tersebut bersifat integral,
merupakan kesatuan yang padu dari berbagai unsur kebahasaan yang ada, yang biasanya dikategorikan dengan unsur-unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa.
Dalam suatu tulisan baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan padu. Kegiatan
menulis menghendaki orang untuk menguasai lambang-lambang atau simbol- simbol visual dan tata tulis, khususnya yang menyangkut masalah ejaan. Unsur
situasi dan paralinguistik yang sangat efektif membantu komunikasi dalam berbicara, seperti ekspresi muka dan gerak-gerik tubuh, tak dapat dimanfaatkan
dalam menulis. Kelancaran komunikasi dalam suatu tulisan sangat bergantung pada bahasa yang dilambangvisualkan.
4 Ragam Tulisan
Weaver dalam Henry Guntur Tarigan, 1986: 27 membuat klasifikasi tulisan menjadi empat bentuk, yaitu: eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi.
Menurut Sabarti Akhadiah, 1997: 1.14 menyatakan ragam tulisan terbagi atas lima jenis yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
xlv a Deskripsi Pemerian
Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan
penulisnya Stefanus Y. Slamet, 2008: 103. Menurut Nurudin 2007: 61 merupakan bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan
pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Gorys Keraf 1995: 16 juga menjelaskan bahwa deskripsi adalah semacam
bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca,
seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu. Deskripsi adalah tulisan yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari
pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi daya khayal pembaca
sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya. Dalam penulisan deskripsi penulis berusaha melukiskan
sesuatu dengan sehidup-hidupnya, sehingga dengan imajinasi dapat merasakan kesan sesuai dengan kesan perasaan penulisnya. Berdasarkan berbagai pendapat di
atas berarti melalui deskripsi, seorang penulis menolong pembaca menggunakan ketajaman perasaan, penglihatan, senyuman dan rasa untuk pengalaman yang
berasal dari pengalaman penulisnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tulisan berbentuk deskripsi adalah bentuk wacana yang melukiskan atau
menggambarkan suatu objek yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca.
xlvi b Narasi Penceritaan dan Pengisahan
Narasi penceritaan atau pengisahan adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa Stefanus Y. Slamet, 2008: 103.
Menurut Nurudin 2007: 71 narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia
dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu. Hal senada juga diungkapkan oleh Gorys Keraf 1995:
17 bahwa narasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu peristiwa atau kejadian, sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami
sendiri oleh para pembaca. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sasaran utama penulisan bentuk narasi adalah memberikan gambaran sejelas-jelasnya kepada
pembaca mengenai fase, urutan, langkah, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. Bentuk karangan ini dapat ditemukan misalnya pada karya sastra prosa
atau drama, biografi atau autobiografi, laporan peristiwa serta resep atau cara membuatnya dan melakukan suatu hal. Dalam tulisan narasi materi atau cerita
yang diuraikan dapat berupa fakta sesuai dengan kenyataan atau dapat pula berupa cerita fiktif rekaan belaka. Tujuannya agar pembaca memiliki gambaran imajinasi
tentang berlangsungnya cerita tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bentuk tulisan narasi adalah
bentuk tulisan yang menceritakan suatu peristiwa secara kronologis kepada pembaca.
xlvii c Eksposisi pemaparan atau paparan
Eksposisi paparan adalah ragam wacana yang yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat
memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya Stefanus Y. Slamet, 2008: 103. Menurut Nurudin 2007: 67 eksposisi adalah bentuk
tulisan yang yang berusaha untuk menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan,
menerangkan bagan atau tabel, atau mengulas sesuatu. Gorys Keraf 1995: 7 mengatakan bahwa eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Dari berbagai pendapat di atas dijelaskan bahwa sasaran utama
eksposisi adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan
oleh penulis sekedar memperjelas apa yang akan disampaikannya. Eksposisi adalah jenis tulisan yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau
menguraikan suatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada
maksud mempengaruhi pikiran, perasaan dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang akan
disampaikannya, sehingga dalam tulisan eksposisi penulis berusaha memaparkan fakta secara objektif. Tulisan eksposisi berupa data, fakta, angka peta, gambar-
gambar, grafik-grafik sebagai penjelasan uraiannya. Buku pelajaran termasuk jenis tulisan eksposisi.
xlviii Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa eksposisi adalah bentuk
wacana yang tujuannya untuk memberitahukan atau menguraikan suatu hal yang dapat memperluas dan menambah pengetahuan pembacanya.
d Argumentasi Pembahasan atau Pembuktian Argumentasi pembahasan atau pembuktian adalah ragam wacana yang
dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya Stefanus Y. Slamet, 2008: 104. Menurut Nurudin 2007: 78
tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya. Pernyataan ini lebih ditegaskan
lagi oleh Gorys Keraf 1995: 10 yang menyatakan bahwa argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran.
Argumentasi adalah jenis tulisan yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena tujuannya
meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka penulis akan menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat
keobjektifan dan kebenaran yang disampaikan sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis. Berbagai pendapat di atas
menunjukkan bahwa tujuan tulisan berbentuk argumentasi untuk meyakinkan pendapat atau pemikiran penulis kepada pembaca. Penulis dituntut untuk dapat
menyajikan pendapatnya secara logis, kritis, dan sistematis. Penulis juga harus dapat menyampaikan bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan
kebenaran sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis. Corak karangan seperti ini misalnya hasil penilaian, pembelaan,
xlix dan
pertimbangan buku.
Dalam tulisan
argumentasi, penulis
selalu membentangkan pendapat disertai alasan-alasan dan bukti-bukti yang kuat. Dalam
tulisan argumentasi ini, penulis mempergunakan contoh-contoh analogi serta sebab akibat atau pola deduktif induktif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tulisan argumentasi adalah bentuk tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran
dengan membuktikan pendapat secara logis, kritis, dan sistematis yang disampaikan oleh penulisnya.
e Persuasi Persuasi adalah ragam wacana yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap
Stefanus Y. Slamet, 2008: 104. Nurudin 2007: 82 menegaskan bahwa persuasi berarti membujuk atau meyakinkan. Hal ini lebih lengkap dikatakan oleh Gorys
Keraf 1995: 14 bahwa persuasi adalah suatu bentuk wacana yang merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain
atau para pembaca, agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak
terlalu percaya akan apa yang dikatakan itu. Dengan acuan berbagai pendapat di atas berarti persuasi adalah tulisan yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. Persuasi lebih menggunakan pendekatan emosional. Seperti argumentasi, persuasi juga
menggunakan bukti atau fakta. Hanya saja dalam persuasi bukti-bukti itu digunakan seperlunya atau kadang-kadang dimanipulasi untuk menimbulkan
kepercayaan pada diri pembaca bahwa apa yang disampaikan di penulis itu benar.
l Contoh karangan ini adalah propaganda, iklan, selebaran atau kampanye. Dalam
persuasi penulis selalu berusaha mempengaruhi pendirian, pendapat atau gagasan atau perasaan pembaca agar mengikuti pendapat penulis.
Dengan demikian dapat disimpulkan persuasi adalah suatu bentuk wacana yang bertujuan untuk membujuk atau mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca
mengenai sesuatu hal yang disampaikan oleh penulisnya.
5 Kriteria Tulisan yang Baik
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan
mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai. Hal ini disebabkan
kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa maupun unsur isi harus terjalin baik sehingga menghasilkan
karangan yang runtut dan padu. Kelancaran komunikasi dalam suatu karangan sama sekali tergantung pada
bahasa yang dilambangvisualkan. Karangan adalah suatu bentuk sistem komunikasi lambang visual Burhan Nurgiyantoro, 2001: 296. Agar komunikasi
lewat lambang tulis dapat seperti yang diharapkan penulis hendaklah menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap.
Tulisan yang baik dihasilkan oleh penulis yang baik. Penulis yang baik diindikasikan adanya kemampuan menerapkan prinsip-prinsip menulis. Sri
Hastuti 1988: 18 mengemukakan beberapa prinsip menulis untuk menghasilkan tulisan yang baik, yaitu:
li a Kalimat yang disusun tidak berbelit-belit dan sebaliknya tidak pendek dan
tidak kaku karena terpotong-potong. b Kalimat-kalimat hendaknya mengandung maksud yang jelas dengan dukungan
petikan kata yang tepat dan mengandung nilai makna yang tepat pula. c Variasi pilihan kata yang denotatif maupun konotatif yang tepat agar dapat
menjaga perhatian yang jelas. d Kejelasan dapat tampak dari kesatuan perpaduan yang tidak mondar-mandir.
e Penempatan paragraf sesuai dengan pikiran. f Kesinambungan pikiran yang tersurat dalam kalimat yang saling berhubungan
dengan teratur. g Penulisan ejaan sesuai yang berlaku.
h Pemilihan kata atau istilah sesuai dengan bidang yang diuraikan. Atar Semi 1990: 16 mengutarakan bahwa ciri-ciri tulisan yang baik
adalah tulisan yang akurat, singkat, dan jelas. Menurut Muhsin Ahmadi 1990 mengemukakan prinsip-prinsip menulis
yang harus diperhatikan oleh penulis, yaitu: a Penemuan evention adalah proses mencari ide, gagasan untuk berbicara atau
menulis. b Pengaturan arrangement adalah proses pencarian dan prinsip-prinsip
mengorganisasikan gagasan. c Gaya style adalah proses membuat pilihan tentang struktur kalimat dan diksi
pada waktu menulis.
lii Sejalan dengan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria tulisan
yang baik adalah tulisan yang akurat, singkat, jelas, bermakna, padu utuh, layak, ekonomis, sesuai dengan aturan yang ada.
6 Teknik Penilaian Hasil Tulisan Siswa
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tak mungkin dipisahkan dari kegitan pendidikan dan pengajaran secara umum. Semua kegiatan pendidikan
yang dilakukan harus selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Kiranya merupakan suatu hal yang janggal jika terjadi adanya kegiatan pengajaran
yang dilakukan seorang guru di kelas tanpa pernah diikuti oleh adanya suatu penilaian. Tanpa mengadakan suatu penilaian, tidak mungkin dapat menilai dan
melaporkan hasil siswa secara objektif. Pada hakikatnya, kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata
untuk menilai hasil belajar siswa saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan pengajaran yang dilakukan itu sendiri. Artinya, berdasarkan
informasi yang diperoleh dari penilaian terhadap hasil belajar siswa itu pula dipergunakan sebagai umpan balik penilaian terhadap kegiatan pengajaran yang
dilakukan. Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil
dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan Sarwiji Suwandi, 2008: 15. Penilaian dapat dilakukan secara tepat
jika tersedia data yang berkaitan dengan objek penilaian. Penilaian berkaitan dengan aspek kualitatif dan kuantitatif. Menurut Davies 1981, pengertian
penilaian mengacu pada proses yang menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan,
liii kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang dan objek. Adapun Sudjana
1992 membatasinya sebagai suatu proses memberi nilai objek tertentu berdasarkan suatu kriteria yang tertentu pula. Menurut Burhan Nurgiyantoro
1994: 19 penilaian pada hakikatnya merupakan alat ukur untuk mengetahui seberapa jauh tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai setelah
siswa mengalami aktivitas belajar. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian
merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru sebagai bagian dari sistem pengajaran yang direncanakan untuk mengetahui perkembangan,
kemajuan, dan hasil belajar siswa selama program pendidikan.
a Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dengan Penilaian Kelas Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi dasar setelah mengikuti proses pembelajaran Depdiknas, 2007: 3. Sementara itu,
menurut Supranata dan Hatta dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 20 penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka proses
pembelajaran. Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru
untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan indikator pencapaian belajar yang terdapat dalam kurikulum. Penilaian berbasis kelas ini dapat dilaksanakan di dalam danatau di luar kelas.
liv Penilaian kelas dilakukan melalui suatu proses dengan langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapai hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Untuk menjaring data atau mengumpulkan informasi tentang profil peserta didik dilaksanakan melalui
berbagai teknik atau cara, seperti penilaian unjuk kerja performance, penilaian tertulis paper and pencil test atau lisan, penilaian proyek, penilaian produk,
penilaian melalui kumpulan hasil kerjakarya peserta didik portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana
yang menyenangkan,
sehingga memungkinkan
peserta didik
menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar peserta ddidik dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang dimiliki
peserta tersebut sebelum mengikuti proses pembelajaran, dan dianalisa apakah ada peningkatan kemampuan, atau tidak. Tingkat kemampuan satu peserta didik tidak
dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, agar tidak merasa rendah diri, merasa dihakimi oleh pendidik tetapi dibantu untuk mencapai
kompetensi atau indikator yang diharapkan. Manfaat penilaian kelas antara lain; 1 untuk memberikan umpan balik
bagi siswa agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi, 2 untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar
yang dialami siswa dalam mencapai kompetensi, 3 untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang
lv digunakan, 4 untuk masukan bagi pendidik guna merancang kegiatan belajar, 5
untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite satuan pendidikan tentang efektivitas pendidikan, 6 untuk memberi umpan balik bagi pengambil
kebijakan dalam mempertimbangkan konsep penilaian kelas yang digunakan. Dalam buku Model Penilaian Kelas Depdiknas, 2007: 4 dikemukakan
prinsip-prinsip penilaian kelas mencakup: 1 validitas, 2 reliabilitas, 3 menyeluruh, 4 berkesinambungan, 5 objektif, 6 mendidik. Sementara itu
Sarwiji Suwandi 2008 menjelaskan prinsip umum penilaian kelas meliputi: 1. valid penilaian berbasis kelas harus mengukur apa yang seharusnya diukur
dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya dan sahih; 2. mendidik penilaian harus memberi sumbangan yang positif terhadap
pencapaian hasil belajar siswa, dirasakan sebagai penghargaan yang memotivasi bagi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu semangat untuk
meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil; 3. berorientasi pada kompetensi mampu menilai pencapaian kompetensi yang
dimaksud dalam kurikulum; 4. adil dan objektif tidak membeda-bedakan;
5. terbuka kriteria penilaian hendaknya terbuka sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan;
6. berkesinambungan penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan kemajuan siswa;
lvi 7. menyeluruh penilaian terhadap hasil belajar siswa hendaknya mencakup
kognitif, afektif, dan psikomotorik serta berdasarkan berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa; dan
8. bermakna mudah dipahami dan mudah ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan penilaian kelas artinya penilaian mengacu pada keterampilan berbahasa siswa yang diperoleh di kelas.
Kegiatan menilai melibatkan perbandingan. Keputusan yang merupakan hasil dari penilaian kelas dicapai dengan melakukan pembandingan antara berbagai
komponen pembelajaran dan konteks pembelajaran yang meliputi faktor masukan, tujuan, perencanaan, kegiatan dan hasil dan melakukan tindakan untuk
mengurangi ketidaksesuaian komponen-komponen tersebut sehingga hasil yang diharapkan tercapai. Jika sudah sesuai, pembelajaran dilanjutkan tanpa melakukan
perubahan apapun. Penilaian dilaksanakan setiap waktu dalam proses pembelajaran, demikian pula upaya perbaikan apabila perlu.
b Penilaian Pembelajaran Bahasa Secara Holistik dan Analitik Penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat
holistik, impresif, dan selintas. Jadi, penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas.
Penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan. Akan tetapi, agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat diperoleh informasi yang lebih
terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-edukatif, penilaian
lvii hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis Zaeni
Machmoed dalam Burhan Nugiyantoro, 2001: 305. Penilaian dengan pendekatan analisis merinci karangan ke dalam aspek-
aspek atau kategori-kategori tertentu. Perincian karangan ke dalam kategori- kategori tersebut antara karangan yang satu dengan yang lain dapat berbeda
tergantung jenis karangan itu sendiri. Walaupun pengkategorian itu dapat bervariasi, kategori-kategori yang pokok hendaknya meliputi: 1 kualitas dan
ruang lingkup isi, 2 organisasi dan penyajian isi, 3 gaya dan bentuk bahasa, 4 mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan 5
respon afektif guru terhadap karya tulis. Selain model tersebut, analisis unsur- unsur karangan seperti dikemukakan Zaeni Machmoed, oleh Harris 1969, dan
Halim 1974 mengemukakan beberapa unsur analisis karangan. Unsur-unsur yang dimaksud adalah 1 content isi, gagasan yang dikemukakan, 2 form
organisasi isi, 3 grammar tata bahasa dan pola kalimat, 4 style gaya: pilihan struktur dan kosa kata, dan 5 mechanis ejaan. Bobot penilaian
disesuaikan, misalnya 1 sampai dengan 10. Akan tetapi, mungkin tidak adil jika tiap unsut itu diberi bobot yang sama. Idealnya, pembobotan itu mencerminkan
tingkat pentingnya masing-masing unsur dalam karangan. Dengan demikian, unsur yang lebih penting diberi bobot yang lebih tinggi.
b. Kemampuan Menulis Eksposisi
Kemampuan menulis itu kompleks dan kadang-kadang sukar untuk diajarkan. Kemampuan itu tidak hanya tentang penguasaan gramatikal atau
retorikal, tetapi juga menyangkut elemen-elemen konseptual dan penilaian.
lviii Analisis berikut bersangkut paut dengan kelompok kemampuan yang bervariasi
yang diperlukan untuk menulis prosa yang baik. Pengelompokan yang umum dan yang pokok sebagai berikut.
1. Penggunaan bahasa: kemampuan untuk menulis yang benar dengan kalimat- kalimat yang baik.
2. Kemampuan menulis mekanik: kemampuan untuk menggunakan secara benar aturan khusus untuk bahasa tulis, misalnya: tanda baca fungtuasi, ejaan.
3. Perlakuan isi: kemampuan untuk berpikir secara kreatif dan mengembangkan pikiran-pikiran, termasuk semua informasi yang tidak relevan.
4. Keterampilan-keterampilan gaya bahasa: kemampuan untuk memanipulasi kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf dan menggunakan bahasa secara
efektif. Keterampilan-keterampilan menilai: untuk menulis materi-materi yang
sesuai untuk bertujuan khusus dengan pemikiran pembaca, bersama-sama dengan kemampuan menyeleksi, mengorganisasikan, dan mengurutkan informasi yang
relevan J.B. Heaton, 1986: 135. Istilah kemampuan menulis mengacu kepada pengertian pengetahuan dan
pemahaman menulis. Penguasaan terhadap menulis bahasa Indonesia berarti kemampuan untuk mengetahui dan memahami struktur bahasa yang sesuai dengan
kaidah yang berlaku. Kemampuan menulis merupakan kemampuan untuk mengetahui, memahami, dan menggunakan unsur-unsur kata, kalimat, paragraf
dan tata tulis-menulis.
lix Menurut Byrne 1979, 3:
”Keterampilan pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol- simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi
kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui
kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan
berhasil.” Dalam ilmu bahasa, konsep kemampuan menulis tidak terlepas dari
konsep kompetensi dan performansi yang dikemukakan oleh Chomsky. Chomsky membedakan antara performansi dan kompetensi. Kompetensi merupakan
pengetahuan seseorang penutur mengenai kaidah-kaidah bahasa itu dalam situasi konkret Chomsky, 1965: 16. Savignon 1983: 9 mengistilahkan kompetensi
ialah apa yang penutur ketahui sedangkan performansi ialah apa yang penutur lakukan.
Kemampuan menulis sangat diperlukan oleh siswa di mana saja berada, karena kemampuan menulis merupakan kebutuhan yang mendasar dan diperlukan
siswa dalam lingkungan akademis dan nonakademis, seperti yang disampaikan oleh Paulston, Cristina, dan Bratt 1966: 205 menjelaskan sebagai berikut, ”Skill
in writing is a basic necessary in the academis environment, and even the non academic student. Who has no need to write reports and message, memoir in
vitation and the like”. Di dalam menulis terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan penulis
agar ia dapat menghasilkan tulisan yang baik dan efektif.
lx Pertama, penulis harus terlebih dahulu memikirkan dan merenungkan ide
atau gagasannya secara jelas dan terperinci. Kedua, penulis harus menuangkan dalam bentuk kalimat yang baik lugas, cermat, dan jelas sehingga pembaca
menghayati sesuai dengan yang diinginkannya. Setiap bahasa di dunia ini mempunyai sistem penulisannya sendiri-sendiri.
Hubungan antara sistem penulisan dan bahasa yang bersangkutan sangatlah erat. Karena sistem penulisan tidak lain merupakan tanda-tanda tulisan untuk
melambangkan bahasa yang disampaikan Sri Hastuti, 1985: 98. Menurut pendapat Furneux 1999: 57 mengemukakan bahwa “writing is
essentially a social a bout the text type orgence you produce” Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif Henry
Guntur Tarigan, 1986: 3. Dengan demikian, menulis merupakan kemampuan berbahasa yang menuntut seseorang dapat menghasilkan sesuatu sebagai
ungkapan buah pikirannya secara tertulis. Muchsin Ahmadi 1990: 22 mendefinisikan, menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan
mengkomunikasikan makna dalam tatanan ganda, bersifat interaktif, dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem
konvensional yang dapat dilihat. Iim Rahmina 1997: 3 menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan pengungkapan ide, gagasan, perasaan, atau emosi
secara tertulis. Pendapat ini didukung oleh Roekhan dan Martutik 1991: 49 yang menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan
bahasa untuk menyatakan ide,pikiran, atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tulis.
lxi Menurut Burhan Nurgiyantoro 2001: 296 agar komunikasi lewat
lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap.
Bahasa yang teratur merupakan manifestasi pikiran yang teratur pula. Sedangkan menurut Jazir Burhan 1988: 14 memberikan batasan bahwa menulis adalah
kemampuan memahami isi hati sendiri dan mengeluarkannya secara tertulis. Sementara itu, menurut Lado 1964: 143, menulis adalah menempatkan
atau menurunkan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami seseorang sehingga orang lain akan dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahmi gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak
menggambarkan kesatuan bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis.
Tulisan merupakan rangkaian huruf-huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan ejaan dan tanda baca. Oleh karena itu menulis merupakan
keterampilan berbahasa. Sebagai keterampilan makna banyak hal yang terlibat dalam kegiatan menulis. Gagasan yang mendasari tulisan, susunan kalimat yang
runtut untuk bisa dipahami pembaca, dan kaidah gramatika. Semuanya itu perlu dikuasai seseorang agar mampu menulis dengan baik.
Frucling dan Oldham 1988: 7 menyatakan bahwa: ”Kita menulis untuk berkomunikasi. Pernyataan semacam itu perlu dibuat
jelas atau juga rapuh. Namun, banyak orang tidak bisa berkomunikasi saat mereka menulis. Mereka miskomunikasi. Mengapa? Karena menulis
secara efektif untuk bisa berkomunikasi betul-betul membutuhkan
lxii pemikiran dan tidak sedikit latihanbanyak berlatih dari rata-rata orang
yang bisa menguasai penulisan. Menulis setiap hari, menulis topik esensia, bukanlah merupakan yang mendatangkan ketidakjlasan, keterampilan
esoteric hanya diketahui orang tertentu saja sehingga hanya beberapa orang yang menguasai”
Orang menulis untuk berkomunikasi. Agar tulisan tersebut dapat dipahami maka seseorang harus mampu membuat pernyataan dalam bentuk kalimat yang
efektif. Hal ini menghindari ketidakjelasan pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, latihan menulis harus sesering mungkin dilakukan, agar dapat menulis dengan
baik. Perlu diketahui bahwa kemampuan menulis tidak mudah dikuasai. Perlu
waktu dan usaha yang keras untuk bisa menghasilkan tulisan yang bermutu. Tulisan yang baik akan memberikan kesenangan dan kepuasan hati tersendiri bagi
penulisnya. Namun, sangat sedikit orang yang bisa demikian. Pemilihan topik yang baik sebagai bahan tulisan dapat dilakukan dengan cara pemecahan masalah.
Hal ini akan membantu seseorang dalam menyusun atau membuat tulisan. Memang dalam kenyataan menulis tidak selalu mudah. Dalam menulis
orang tidak dapat menggunakan bahasa atau gerak tubuh, intonasi, nada, kontak, mata dan semua ciri lain yang dapat membantu orang menangkap makna seperti
dalam bercakap-cakap. Dalam kaitan ini Scott dan Ytrebeg antara lain menyatakan, ”You can’t make the same use of body language, intonation, tone eye
contact and all the other features whisch help you to convey meaning then you talk” Scott dan Ytreberg, 1998: 68.
lxiii Penulis berkomunikasi dengan pembaca hanya dengan ekspresi verbal
satuan-satuan bahasa, dan tidak dapat melakukan ekspresi nonverbal seperti yang dapat dilakukan oleh pembicara.
Berbeda dengan pendapat di atas, Arswendo Atmowiloto 2004: 1 menyatakan bahwa mengarang itu gampang mudah, dengan alasan dapat
dipelajari, sedangkan Atar Semi berpendapat bahwa menulis tidak sulit, tetapi tidak pula mudah. Menurutnya, kecakapan menulis dapat menjadi milik semua
yang pernah menduduki bangku sekolah Atar Semi, 1990: 7-8. Sabarti Akhadiah Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan 1998: 2 juga berpendapat, dengan latihan
yang sungguh-sungguh kemampuan menulis itu dapat dimiliki oleh siapa saja. Menurut Takala dalam Muchsin Ahmadi, 1990: 24 dikatakan bahwa
menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan mengorganisasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu dengan menggunakan sistem tanda konvensional yang dapat dibaca. Untuk dapat memiliki kemampuan menulis orang tidak cukup hanya memiliki
keluasan bahan substansi yang hendak ditulis saja, tetapi perlu juga memiliki kompetensi linguistik atau kemampuan kebahasaan yang memadai. Kemampuan
kebahasaan yang perlu dimiliki misalnya kemampuan kosa kata, pemilihan diksi yang tepat, pemahaman piranti kohesi dan koherensi, kemampuan penalaran
berbahasa, kemampuan menguasai struktur kalimat morfologi sintaksis. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan menulis merupakan
kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Untuk menulis sebuah karangan yang sederhana pun, secara teknis
lxiv kita dituntut memenuhi persyaratan dasar seperti kalau kita tidak menulis
karangan yang rumit. Kita harus memilih topik, membatasinya, mengembangkan gagasan, menyajikannya dalam kalimat dan paragraf yang tersusun secara logis,
dan sebagainya Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan, 1996: 2. Hal ini juga diungkapkan oleh J.B. Heaton 1983: 146 sebagai bagian dari
keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks.
Berdasarkan uraian di atas kemampuan menulis adalah kemampuan menuangkan ide-ide ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai
secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan baik. Keterampilan menulis juga
menuntut kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu
gagasan.
1 Pengertian Menulis Eksposisi
Secara lebih rinci akan dibahas mengenai pengertian menulis eksposisi. Eksposisi adalah jenis tulisan yang dimaksudkan untuk menerangkan,
menyampaikan, atau menguraikan suatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya Sabarti Akhadiah, 1997:
1.14. Menurut Gorys Keraf 1995: 7 eksposisi adalah suatu bentuk tulisan yang
berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana eksposisi digunakan untuk menjelaskan wujud
lxv dan hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan,
komunikasi perkembangan teknologi, pertumbuhan ekonomi kepada pembaca. Karangan eksposisi berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan
tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca Muslich Masnur, dalam
http:www.muslich-masnur.blogspot.com200708jenis-karg- dan-langkah-langkah-mengarang
. Lebih lanjut dijelaskan oleh A. Ashadi Alimin dalam
http:www.tupei.comblogskine05. eksposisi adalah bentuk wacana atau
karangan yang bermaksud menjelaskan, mengembangkan atau menerangkan suatu gagasan. Tujuannya untuk menambah pengetahuan pembaca tetapi tidak untuk
mengubah pendirian atau mempengaruhi sikap pembaca. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa eksposisi adalah tulisan
tentang uraian suatu hal untuk menjelaskan suatu objek kepada pembaca agar dapat memperluas pengetahuan dan pandangan pembaca.
Eksposisi merupakan sebuah paparan atau penjelasan. Jika ada paragraf yang menjawab pertanyaan apakah itu? Dari mana asalnya? Paragraf tersebut
merupakan paragraf eksposisi. Eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat
pengetahuan atau informasi yang sejelas-jelasnya Lia Amalia Erwan dalam http:www.perpustakaan-online.blogspot.com200804paragraf-
eksposisi14.html .
Dalam tulisan ekposisi, pembaca bebas untuk menerima atau menolak apa yang dibacanya, karena penulis ekposisi tidak memaksa pembaca untuk menerima
atau mengikuti apa yang disampaikan, karena di dalamnya mengandung informasi
lxvi yang perlu disampaikan kepada pembaca. Bentuk tulisan eksposisi sering kali
dipakai dalam tulisan ilmiah sederhana atau artikel-artikel ilmiah. Artikel-artikel yang dimuat di media massa biasanya menggunakan bentuk wacana ekposisi. Di
samping itu tulisan bentuk eksposisi digunakan untuk menguraikan teori ilmiah populer dan dalam uraian tersebut tidak bermaksud mempengaruhi pembaca.
Suatu tulisan yang berbentuk wacana eksposisi tidak mempengaruhi pembaca atau hanya menerangkan saja, tetapi bukan berarti penulis wacana eksposisi harus
memiliki tanggung jawab tentang gagasan yang diungkapkan. Apa yang diungkapkan harus merupakan suatu pikiran atau gagasan yang aktual, logis, dan
problematis. Bahasa yang digunakan dalam tulisan yang berbentuk eksposisi bersifat informatif, yaitu untuk menjelaskan atau memaparkan analisis dengan
sejelas-jelasnya. Seperti yang diuraikan di atas tulisan eksposisi adalah suatu tulisan yang
berusaha memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penulis wacana eksposisi harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut. a. Mengetahui objek yang akan ditulisnya. Sebelum memulai menulis sebaiknya
melakukan pengumpulan bahan-bahan penulisan dengan cara menggandakan penelitian, wawancara, maupun studi pustaka.
b. Kemampuan untuk menganalisis permasalahan secara konkret. Bahan yang dikumpulkan tersebut dievauasi dan dianlisis, kemudian dituangkan ke dalam
bentuk tulisan yang final Gorys Keraf, 1995: 32.
lxvii
2 Metode-Metode dalam Menulis Eksposisi
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyampaikan permasalahan dalam bentuk wacana eksposisi. Dengan menggunakan metode-
metode yang ada, dapat membantu terarahnya pembahasan masalah. Menurut Gorys Keraf 1995: 7 metode-metode atau cara-cara yang biasa
digunakan untuk menyampaikan informasi melalui eksposisi ini adalah sebagai berikut: a metode identifikasi; b metode perbandingan; c metode ilustrasi; d
metode klasifikasi; e metode analisis analisis bagianm, analisis fungsional, analisis proses, dan analisis kausal. Berikut dijelaskan keterangan dari metode-
metode tersebut.
a Metode Identifikasi Metode identifikiasi merupakan sebuah metode yang menyebutkan ciri-ciri
atau unsur-unsur pengenalan suatu objek yang diuraikan. Metode identifikasi ini digunakan untuk menjelaskan atau menjawab pertanyaan apa atau siapa dari objek
yang dikemukakan. Bertolak dari metode ini, seorang penulis eksposisi mulai menjelaskan
dengan kata-kata mengenai apa dan siapa objek yang digarapnya, sehingga dapat memperjelas pembaca. Dalam hal ini ketajaman mengenali sejumlah ciri-ciri
suatu objek penulisan merupakan modal yang penting, untuk mengidentifikasikan kecermatan, ketelitian, dan memperluas wawasan penulis.
Keberhasilan suatu tulisan dengan menggunakan metode identifikasi tergantung pada kemampuan penulis dalam menerapkannya. Dalam menggunakan
metode ini, seorang penulis eksposisi hendaknya memiliki ketajaman penglihatan
lxviii untuk mengadakan kaitan-kaitan, sehingga dapat menampilkan identifikasi suatu
objek yang diuraikannya secara tepat dan jelas.
b Metode Perbandingan Metode perbandingan merupakan suatu cara untuk menunjukkan
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan antara dua objek atau lebih. Seorang penulis wacana eksposisi yang menggunakan metode perbandingan ini
menunjukkan adanya kesamaan atau perbedaan sehingga pembaca jelas dan dapat memahaminya.
Metode perbandingan dapat dipergunakan untuk menyampaikan informasi tentang suatu hal dengan menghubungkan dua hal yang telah dikenal,
menyampaikan dua pokok persoalan atau lebih dengan menghubungkan prinsip- prinsip umum.
c Metode Ilustrasi Metode ilustrasi merupakan suatu metode yang dipergunakan untuk
memberikan suatu gambaran dan penjelasan yang khusus dan konkret atas suatu gagasan umum. Dalam metode perbandingan ini, penulis menjelaskan suatu
gagasan umum yang lebih luas lingkupnya dengan mengutip atau menunjukkan suatu kalimat yang khusus cakupannya. Hubungan antara kalimat yang khusus
dan kalimat yang lebih luas merupakan prinsip yang fundamental dalam metode ilustrasi ini.
Metode ilustrasi sering dipakai dalam wacana eksposisi karena dengan metode ilustrasi ini, seseorang dapat menampilkan hal-hal yang konkret. Untuk
lxix mengonkretkan gagasan umum yang disampaikan, digunakan contoh-contoh yang
bersifat langsung. Contoh yang dipergunakan harus berhubungan dengan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya.
d Metode Klasifikasi Metode klasifikasi digunakan untuk menampilkan pengelompokan yang
sesuai dengan pengalaman manusia. Selain itu, dapat digunakan untuk menempatkan barang atau hal sebagai objek penulisan yang tampak jelas
kedudukannya dalam hubungannya dengan kalimat lain yang bersesuaian atau berdekatan.
Klasifikasi sangat penting untuk persiapan menggarap sebuah tema, untuk menyajikan bagaimana struktur sebuah tema, untuk menyiapkan materi-materi
penjelas dalam mengembangkan sebuah tema. Dalam mengadakan klasifikasi, penulis harus menerapkan prinsip yang
jelas. Klasifikasi yang dilakukan harus logis, konkret dan komplit. Metode klasifikasi ini dapat dijadikan sebagai dasar sebuah tulisan.
e Metode Definisi Metode definisi digunakan untuk menjelaskan suatu hal, pokok pikiran,
gagasan, ide, konsep, barang dengan tujuan agar pembaca memperoleh pengertian yang jelas dan benar mengenai hal yang dijelaskan. Biasanya definisi digunakan
untuk menjelaskan suatu hal yang mengandung beberapa pengertian. Definisi digunakan juga untuk menjelaskan konsep yang abstrak yang sudah dikenal
umum secara garis besar. Misalnya kata demokrasi, biasanya dimasukkan istilah
lxx yang populer. Namun demikian, masih diperlukan penjelasan secara tepat sesuai
dengan konteks tertentu. Dalam hal seperti itulah diperlukan definisi agar pengertiannya jelas dan terbatas.
Definisi dibagi menjadi dua macam yaitu: definisi formal dan definisi luas. Definisi formal yaitu definisi yang mengandung dua bagian dengan kedudukan
yang sama, hal yang didefinisikan, seperti A = B, atau B = A. Definisi luas yaitu definisi yang menjelaskan suatu konsep yang rumit, sehingga penjelasannya
merupakan suatu paparan atau uraian dalam sejumlah kalimat dan disertai contoh- contoh.
f Metode Analisis Metode analisis digunakan untuk menguraikan suatu objek berdasarkan
unsur-unsur atau komponen-komponen yang terkandung dalam objek itu. Unsur- unsur yang tidak ada dalam objek yang diuraikan tidak perlu diciptakan. Metode
analisis digunakan untuk mengemukakan apa-apa yang memang terkandung dalam objek yang diuraikan.
Sesuai dengan sifat unsur atau komponen yang membentuk struktur suatu hal, maka analisis dapat dibagi menjadi analisis bagian, analisis fungsional,
analisis proses, dan analisis kausal. Analisis bagian dapat digunakan untuk menganalisis suatu objek, sehingga
diperoleh gambaran yang terperinci mengenai unsur-unsur atau komponen- komponen sebagaimana adanya.
Analisis fungsional digunakan untuk menganalisis fungsi-fungsi unsur atau komponen yang bersangkutan dalam kerangka struktur objek itu sendiri.
lxxi Analisis fungsional dapat dilanjutkan dengan analisis proses, yaitu analisis
terhadap proses terjadinya tiap-tiap unsur dalam suatu objek yang dinamik. Analisis kausal digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat yang
logis mengenai suatu objek. Misalnya seorang penulis ingin menjelaskan masalah pencemaran air atau pencemaran lingkungan, lebih tepat menggunakan analisis
kausal. Analisis kausal ini memerlukan suatu kejadian untuk merunut berbagai hal yang berkaitan dengan objek yang bersangkutan, dan kemudian menjelaskan
berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga diperoleh kesimpulan yang logis. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang ingin
menulis wacana eksposisi dapat menggunakan metode-metode seperti tersebut di atas. Dalam memilih suatu metode harus disesuaikan dengan objek yang akan
digarapnya. Pada kenyataannya metode-metode tersebut di atas kadang-kadang digunakan secara penggabungan. Hal seperti itupun tidak salah, karena suatu
objek dapat digarap dengan bermacam-macam metode dalam suatu wacana, untuk memperjelas pembahasan. Namun, pasti ada salah satu metode yang menonjol
dalam membahas atau yang digunakan untuk menggarap suatu objek. Penulisan yang baik akan memanfaatkan beberapa metode sekaligus sesuai
dengan kebutuhannya. Seorang penulis yang menggunakan beberapa metode harus memperhatikan adanya satu metode yang dominan sesuai dengan tujuan
suatu penulisan. Seperti yang diungkapkan McCrimmon dalam Stefanus Y. Slamet 2008,
96 menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu
lxxii subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya
sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Pada dasarnya menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau
perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis
bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai.
3 Ciri-Ciri Tulisan Eksposisi
Tulisan eksposisi memiliki ciri-ciri yang tampak pada masalah-masalah tertentu sebagaimana dikemukakan oleh Gorys Keraf 1995: 20-24 bahwa
eksposisi memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut. a Tujuan
Tujuan tulisan eksposisi berusaha untuk menjelaskan atau menerangkan suatu pokok persoalan, tanpa usaha mempengaruhi pembaca.
b Keputusan Dalam eksposisi penulis menyerahkan keputusannya kepada pembaca,
untuk menerima atau tidak menerima apa yang dikatakan oleh penulis.
c Rasa Frustasi Dalam eksposisi penulis tidak bermaksud mengundang reaksi, ia sama
sekali tidak bermaksud mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca. Terarah kepada pembaca untuk setuju atau tidak setuju, sebagai akibatnya maka penulis
lxxiii eksposisi tidak akan merasa frustasi atau sekurang-kurangnya tidak
memperlihatkan rasa frustasi kalau pendapatnya tidak diikuti oleh pembaca.
d Gaya Penyajian Cara penyajian dalam eksposisi lebih condong ke gaya informatif. Gaya
ini hanya berusaha untuk menguraikan objeknya dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca dapat menangkap informasinya dengan mudah.
e Gaya Bahasa Dalam eksposisi, gaya penyajian dipengaruhi juga oleh gaya bahasa yang
digunakan. Gaya bahasa yang digunakan dalam eksposisi adalah gaya bahasa berita tanpa rasa subjektif dan emosional. Maksudnya penulis sama sekali tidak
menggunakan kata-kata yang membangkitkan emosi para pembaca, bahkan penulis dalam berargumentasi selalu bersifat rasional dan objektif.
f Fakta Dalam eksposisi fakta-fakta dipakai hanya sebagai alat konkretisasi, yaitu
membuat rumusan, kaidah, atau kesimpulan yang dikemukakan itu menjadi lebih konkret. Karena berfungsi sebagai alat konkretisasi, maka fakta yang disajikan
pun secukupnya saja.
4 Teknik Penulisan Eksposisi
Sebuah eksposisi biasanya diwarnai oleh sifat topik yang digarap dan penyajian yang digunakan. Keterampilan penulis memadukan kedua unsur itu
dengan jalinan bahasa yang baik dan lancar akan menandai kualitas sebuah
lxxiv eksposisi. Walaupun demikian, sebagai bentuk tulisan yang paling umum digarap,
eksposisi mengandung tiga bagian utama yaitu sebuah pendahuluan, tubuh eksposisi, dan kesimpulan Gorys Keraf, 1995: 9.
a Bagian Pendahuluan Bagian pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan memilih topik itu,
pentingnya topik, luas lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan tujuan penulisan, kerangka acuan yang digunakan. Tentu saja tulisan populer,
pendahuluan tidak perlu menyajikan semua unsur yang dikemukakan di atas. Penulis boleh memilih beberapa dari semua segi yang dikemukakan itu, sebagai
dasar untuk mengembangkan tulisan itu dalam isi eksposisi.
b Tubuh Eksposisi Agar uraian mengenai tubuh atau isi eksposisi ini disajikan dengan teratur,
penulis harus mengembangkan sebuah organisasi atau kerangka karangan terlebih dahulu. Berdasarkan organisasi tadi, penulis kemudian menyajian uraiannya
mengenai tiap bagian secara terperinci, sehingga konsep atau gagasan-gagasan yang ingin diinformasikan pada para pembaca tampak jelas. Eksposisi dapat
mempergunakan bermacam-macam metode penyajian, yaitu dengan mengadakan analisa mengenai topik garapan analisis umum, analisis bagian, analisis fungsi,
analisis proses, analisis kausal, menyodorkan sebuah klarifikasi, memberikan batasan mengenai objek tadi, mengadakan perbandingan, menyajikan ilustrasi
mengenai pokok bahasan, sehingga gagasan atau informasi yang akan disampaikan jelas bagi pembaca.
lxxv Dalam ruang lingkup metode-metode yang disajikan itu, penulis
mengajukan fakta-fakta untuk mengkonkretkan informasi yang disampaikan itu. Kaitan antara fakta dengan fakta harus dijalin sedemikian rupa sehingga kelihatan
logis dan masuk akal. Pendapat dan gagasan yang disampaikan biasanya dijalin dalam alinea-alinea yang ada dan kompak.
c Kesimpulan Penulis akhirnya menyajikan kesimpulannya mengenai apa yang disajikan
dalam isi eksposisi. Sesuai dengan sifat eksposisi, apa yang disimpulkan tidak mengarah kepada usaha mempengaruhi para pembaca. Kesimpulan yang
diberikan hanya bersifat semacam pendapat atau kesimpulan yang dapat diterima atau ditolak pembaca. Yang penting penulis sudah menyajikan informasi
mengenai topik tadi, untuk memperluas wawasan atau pandangan pembaca. Menurut William Bright dalam
http:wwwsadc.orgweb2writing.html- WilliamBright
agar komunikasi lewat lambang tulis dapat seperti yang diharapkan, penulis hendaknya menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang
tepat, teratur dan lengkap. Bahasa tulis sifatnya lebih prestise karena kerap dihubungkandigunakan untuk berpolitik, ekonomi, dan institusi pendidikan.
Mengacu pada beberapa ciri tersebut, tugas menulis eksposisi disampaikan kepada murid dengan jalan 1 menentukan judul sesuai dengan tema yang
diberikan, 2 menentukan maksud dan tujuan menulis sesuai dengan temajudul yang dipilih. Berkait dengan tujuan ini, siswa dituntut agar menerangkan sejelas
mungkin topik yang hendak ditulisnya. Jika perlu, fakta-fakta atau informasi yang dipandang dapat mengkonkretkan konsep yang ditulis dapat disajikn tetapi
lxxvi seperlunya saja, 3 meminta siswa untuk mengungkapkan atau menyajikan objek
tulisannya dengan gaya informatif, yaitu dengan menguraikan sejelas-jelasnya objek tulisan tersebut sehingga mudah dipahami oleh pembacanya, 4 karena
penyajiannya bersifat informatif, maka siswa diminta menggunakan gaya bahasa berita dalam tulisannya, tidak perlu memakai gaya bahasa yang mengundang rasa
subjektif dan emosional pembaca. Maksudnya siswa sama sekali tidak boleh menggunakan kata-kata yang dapat membangkitkan emosi pembaca, tetapi harus
selalu bersifat rasional dan objektif, 5 menyuruh siswa agar mengorganisir isi tulisannya secara runtut dan baik dengan pilihan ejaan, kosa kata dan struktur
kalimat yang benar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hakikat kemampuan menulis
eksposisi yaitu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasanide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman-pengalaman dalam bahasa tulis yang
jelas dan bertujuan untuk memberitahukan atau memberi informasi kepada orang lain mengenai suatu objek tertentu.
2. Hakikat Kecerdasan Emosional