xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan sangat erat hubungannya dengan perkembangan suatu bangsa. Pendidikan merupakan proses kontinu yang bermula sejak
seseorang dilahirkan hingga meniggal dunia. Konsep itu kemudian dijadikan asas pendidikan seumur hidup yaitu pendidikan informal, pendidikan formal, dan
pendidikan non formal yang saling mengisi dan saling memperkuat. Sekolah merupakan salah satu pendidikan yang mengusahakan suatu
kondisi belajar mengajar secara formal dan terencana untuk semua siswa secara klasikal. Belajar merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan dari
pendidikan. Pada hakekatnya belajar mengajar di sekolah adalah interaksi aktif antar komponen-komponen yang ada didalamnya. Adapun interaksi yang terjadi
adalah antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan tempat belajar.
Proses belajar akan berhasil dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri individu, misalnya kemauan dan kemampuan anak. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu, misalnya kedisiplinan dan kondisi
keluarga. Kedisiplinan merupakan salah satu potensi yang ada di dalam diri
seseorang yang berbuat aktif. Apabila jiwa kedisiplinan tersebut mendapat dorongan yang kuat baik dari guru, orang tua maupun teman sebaya akan dapat
menumbuhkan potensi tersebut dengan baik. Kedisiplinan perlu ditanamkan pada diri anak, khususnya dalam kegiatan
belajar. Penanaman kedisiplinan pada anak dapat diperoleh dari keluarga, karena keluarga merupakan tempat pertama bagi anak dalam memperoleh pendidikan.
Penanaman kedisiplinan belajar anak didalam keluarga dapat dilakukan dengan cara sosialisasi. Sosialisasi akan berjalan efektif bila ada interaksi antar anggota
xvi keluarga khususnya interaksi anak dengan orang tua. Dengan adanya interaksi
memungkinkan terjalinnya komunikasi antara anak dengan orang tua, sehingga memudahkan orang tua untuk menanamkan kedisiplinan belajar pada anak.
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju proses kedewasaan yang ditandai dengan emosi yang masih belum stabil dan masih
berusaha untuk menunjukkan identitas diri. Remaja tidak ingin dinilai dan diperlakukan sebagai anak-anak lagi. Masa-masa ini hubungan remaja dengan
teman sebaya lebih akrab, mereka bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah bersama teman sebayanya dibandingkan bersama keluarga. Remaja
meniggalkan rumah dan bergaul secara lebih luas dalam lingkungan sosialnya. Pergaulan meluas mulai dari terbentuknya kelompok-kelompok teman sebaya
peer group sebagai suatu wadah penyesuaian. Di dalamnya timbul persahabatan yang merupakan ciri khas pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Di
dalam peer group tidak dipentingkan adanya srtuktur organisasi, namun diantara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan
kegagalan kelompoknya. Keluarga mempunyai fungsi yang sangat kuat pengaruhnya terhadap
pendewasaan anak. Orang tua mempunyai peran yang besar dalam pembentukan pola kepribadian anak. Adanya ikatan emosional yang kuat antara siswa dengan
orang tua akan lebih mudah dalam memberikan pengaruh tentang berbagai hal kepada siswa termasuk dalam penanaman kedisiplinan belajar. Pengaruh
kehidupan keluarga baik yang bersifat langsung ataupun tidak langsung merupakan tempat sosialisasi pertama yang dialami seseorang sangat kuat.
Kuatnya pengaruh keluarga karena nilai-nilai yang diperoleh individu dalam keluarga merupakan nilai pertama. Sebelum berhubungan dengan sikap dasar dari
keluarga, nilai dan sikap itu akan mengendap dalam dirinya dan tidak mudah goyah meskipun ia akan menerima pengaruh lainnya di luar kaluarga Khairuddin,
1985: 85 Dalam keluarga yang memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan anak
adalah orang tua, sehingga peran orang tua disini sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam menetukan berhasil tidaknya pendidikan anaknya. Orang tua
xvii yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anaknya, mungkin acuh tak
acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, yang dapat menjadikan penyebab kesulitan belajar. H. Abu Ahmadi, Widodo Supriyanto,
1991: 81. Tidak adanya pengawasan dari orang tua dan kurangnya interaksi antara orang tua dengan anak di dalam keluarga mengakibatkan kurangnya
kedisiplinan belajar pada anak dan menjadikan anak merasa bebas. Sehingga dalam penanaman kedisiplinan belajar pada siswa sangat diperlukan adanya
interaksi yang erat antara orang tua dengan siswa. Karena dengan adanya intensitas interaksi antar anggota keluarga dengan siswa, maka siswa akan
mempunyai kendali atau pedoman dalam bertindak. Agar siswa tidak salah dalam perbuatan dan perilakunya maka diperlukan
lingkungan yang tepat termasuk kelompok teman sebaya. Karena pengaruh kelompok teman sebaya ini sangat besar pada diri siswa. Kelompok teman sebaya
peer group dalam memberikan pengaruh terhadap kedisiplinan belajar ada beberapa kelompok yaitu kelompok yang mendukung, kelompok yang netral, dan
kelompok yang menghambat. Kelompok yang mendukung dapat memberikan dampak yang positif karena memberikan motivasi bagi siswa untuk disiplin dalam
belajar, kelompok yang netral tidak memberikan pengaruh apapun, sedangkan kelompok yang menghambat akan memberikan dampak yang negatif bagi siswa
karena siswa akan meniru apa yang dilakukan oleh teman sebayanya bahkan sering melakukan tindakan yang menyimpang. Dalam pelaksanaanya bentuk
peraran kelompok teman sebaya dan interaksi siswa dalam keluarga dapat dilihat sebagai berikut:
1. Adanya kelompok bergaul yang anggotanya kebanyakan berasal dari teman dekat yang mempunyai kepentingan yang sama.
2. Adanya kelompok belajar yang anggotanya kebanyakan berasal dari teman dekat akrab.
3. Adanya kedisiplinan belajar anak tidak terlepas dari peran orang tua di dalam keluarga.
Dari uraian permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Antara Peranan Kelompok Teman Sebaya Peer Group dan
xviii Interaksi Siswa Dalam Keluarga Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI di
MAN 1 Sragen.
B. Identifikasi Masalah