Pemanfaatan Bambu Duri Konservasi Ex-situ Bambu Duri (Bambusa blumeana J.A. & J.H. Schultes) di Arboretum Bambu Kampus Darmaga

mempengaruhi retensi air dalam lapisan topsoil yang mampu meningkatkan aliran air bawah tanah. b. Fungsi konstruksi 1. Kontruksi bangunan tahan gempa serta rancangan perumahan rumah sangat sederhana dengan menggunakan bahan bambu untuk tiang, dinding, kuda- kuda, dan atap. 2. Sebagai pagar alami di sekitar rumah masyarakat. c. Fungsi sosial budaya 1. Bambu menjadi kelengkapan dalam upacara adat, upacara pernikahan, dan lain-lainnya. 2. Sebagai alat musik khas komunitas tertentu seperti angklung, calung, suling, dan gambang. 3. Beberapa tempat, spesies bambu tertentu menjadi bagian dari mitos kelengkapan ritual masyarakat yang bernilai magis. d. Fungsi ekonomi 1. Aneka bentuk kerajinan mulai dari kebutuhan rumah tangga, cinderamata, perdagangan, dan industri. 2. Pengembangan wirausaha kerajinan di Indonesia berusaha bersaing untuk meningkatkan kualitas, penampilan dan manfaat produk barang yang dihasilkan agar dipasarkan oleh pasar lokal maupun luar negeri.

2.6 Pemanfaatan Bambu Duri

a. Rebung Rebung tumbuh dari kuncup akar rimpang di dalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua. Rebung dapat digunakan untuk membedakan jenis bambu karena menunjukkan warna yang khas pada ujung dan bulu-bulu yang terdapat di pelepahnya. Sutiyono et al. 1996 menyatakan bahwa pucuk rebung bambu muda adalah bagian yang penting karena merupakan daerah pertumbuhan dengan ciri- ciri pendek, masif, penuh zat makanan dan terlindung oleh selubung yang kaku. Rebung bambu memiliki kandungan serat yang cukup tinggi sehingga sangat bermanfaat dalam proses pencernaan, mencegah kanker usus, menetralisir lemak dan melancarkan peredaran darah Andoko 2003. Selain itu, menurut Sutiyono et al. 1996, nilai gizi rebung bambuduri setiap 100 g rebung yang dimakan mengandung 87-88 g air; 3,9-4,4 g protein; 0,5 g lemak; 5,5 g karbohidrat; 1 g serat; 1 g abu; 20-24 mg Ca; 40-45 mg P; 0,1-0,4 mg Fe; 76 IU vitamin A; 0,16 mg vitamin B1; 0,05 mg vitamin B2 dan 0,3-0,5 mg vitamin C. Jenis bambu duri memiliki kadar HCN kecil atau tidak ada. Menurut Asrori 2008 HCN atau asam sianida merupakan asam lemah yang bersifat korosif dan apabila dikonsumsi langsung akan membahayakan tubuh, senyawa HCN yang mudah larut dalam air dan mudah menguap pada suhu diatas 26 C. Andoko 2003 menyatakan apabila rebung bambu mengandung HCN yang tinggi maka akan memiliki ciri rasa yang pahit dan berbahaya untuk dikonsumsi. b. Daun Masyarakat di daerah Jawa Barat atau dikenal dengan suku Sunda memanfaatkan daun bambu sebagai wadah pembungkus makanan. Makanan tersebut diantaranya adalah “koecang” yang terbuat dari beras yang dikukus menggunakan daun bambu. Daun bambu memberikan aroma khas pada makanan yang dibungkusnya dan memberikan warna hijau alami pada makanan tersebut.Menurut Sutiyono et al. 1996 daun bambu duri dapat digunakan untuk pakan ternak, obat pencuci mata, bronchitis, gonorrhea dan demam. c. Buluh bambu batang Menurut Sutiyono et al. 1996, buluh bambu duri memiliki buluh dengan diameter besar, berdinding tebal dan beruas pendek. Bambu jenis ini cocok digunakan untuk bahan bangunan seperti tiang, jembatan dan tanggul. Selain itu, bambu ini memiliki kandungan selulosa yang tinggi, lignin yang rendah dan serat yang mudah dipisahkan sehingga cocok digunakan untuk bahan pulp dan kertas. Petani Filipina biasanya menggunakan bambu ini untuk ditanam di sekeliling rumah mereka sebagai penahan angin. Bambu ini juga ditanam sebagai pencegah erosi di tepi-tepi sungai. Bambu ini cocok digunakan sebagai pagar penahan angin karena buluhnya mudah dipotong, warna menarik, tumbuh dengan cepat, tajuknya rimbun dan mudah dibentuk, toleransi yang tinggi terhadap pemangkasan, serta pemeliharaan yang mudah dan melindungi tanah dari erosi Sutiyono et al. 1996.

2.7 Budidaya Bambu