Latar Belakang Konservasi Ex-situ Bambu Duri (Bambusa blumeana J.A. & J.H. Schultes) di Arboretum Bambu Kampus Darmaga

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bambu merupakan tumbuhan yang memiliki batang berbentuk buluh, beruas, berbuku-buku, berongga, mempunyai cabang berimpang dan mempunyai daun buluh yang menonjol. Berbeda dengan rotan buluh bambu sulit dibengkokkan dan memiliki potensi serbaguna bagi kebutuhan manusia Sutiyono et al. 1996. Menurut Sharma 1980 diacu dalam Aziz 2000, terdapat kurang lebih 1250 spesies bambu dari 75 genus yang tersebar di berbagai tempat di dunia dan 9 genus diantaranya meliputi 31 spesies dilaporkan berada di Indonesia. Pada pertemuan nasional Strategi Penelitian Bambu Yayasan Bambu Lingkungan Lestari 1994 ditetapkan 12 spesies bambu langka yang merupakan indikator prioritas di Indonesia salah satunya adalahBambu duri Bambusa blumeana J.A. J.H. Schultes. Bambu duri B. blumeana tergolong hasil hutan non kayu yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Tumbuhan ini memiliki potensi yang besar khususnya dalam fungsi ekologi yakni mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat sehingga dapat menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air serta akar yang mampu mencegah erosi dan dapat menyerap air hingga 90 sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi karena bambu yang berupa rumpun dapat menciptakan iklim mikro di sekitarnya. Selain itu, bambu merupakan penghasil oksigen paling besar dibanding tumbuhan berkayu kemampuan fotosintesisnya 35 lebih cepat, daya serap karbon yang cukup tinggi, dan kemampuan yang cukup baik dalam memperbaiki lahan kritis. Budidaya dan pemanfaatan bambu duri di Indonesia pada umumnya belum banyak diusahakan secara intensif, padahal tumbuhan ini dapat tumbuh subur dan dikembangkan dengan baik di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan bambu duri tahan terhadap kekeringan dan dapat tumbuh di daerah tergenang air selama 3 bulan Heyne 1987. Pulau Jawa merupakan pengguna bambu paling banyak dengan konsumsi perbulan sekitar 456 juta batang, dimana 350 juta batang digunakan untuk perumahan. Menurut laporan FAO 1961 diacu dalam Sastrapradja 1977 di Pulau Jawa 80 penggunaan bambu adalah untuk bahan bangunan dan 20 untuk keperluan lainnya. Menurut data BPS 1986-1999 permintaan ekspor rebung bambu diperlukan sampai 4500 ton setiap tahunnya. Arboretum Bambu Kampus Institut Pertanian Bogor IPB, Darmaga mempunyai koleksi bambu duri B.blumeana yang keberadaannya saat ini belum banyak diketahui. Oleh karena itu, kajian terhadap konservasi bambu duri B.blumeana di Arboretum Kampus Darmaga sangat diperlukan sehingga dapat diketahui keberadaannya di Arboretum Bambu Kampus Darmaga dan kondisi kerusakan terhadap rumpun buluh dan rebung bambu duri B.blumeana serta dapat merumuskan mengenai program konservasi ex-situ bambu duri B.blumeana.

1.2 Tujuan Penelitian