diacu dalam Sastrapradja 1977 di Pulau Jawa 80 penggunaan bambu adalah untuk bahan bangunan dan 20 untuk keperluan lainnya. Menurut data BPS
1986-1999 permintaan ekspor rebung bambu diperlukan sampai 4500 ton setiap tahunnya.
Arboretum Bambu Kampus Institut Pertanian Bogor IPB, Darmaga mempunyai koleksi bambu duri B.blumeana yang keberadaannya saat ini belum
banyak diketahui. Oleh karena itu, kajian terhadap konservasi bambu duri B.blumeana di Arboretum Kampus Darmaga sangat diperlukan sehingga dapat
diketahui keberadaannya di Arboretum Bambu Kampus Darmaga dan kondisi kerusakan terhadap rumpun buluh dan rebung bambu duri B.blumeana serta
dapat merumuskan mengenai program konservasi ex-situ bambu duri B.blumeana.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : 1.
Mengidentifikasi kondisi kerusakan pada rumpun bambu duri B. blumeana di Arboretum Bambu Kampus Darmaga.
2. Mengidentifikasi faktor penyebab kerusakan rumpun bambu duri
B.blumeana. 3.
Merumuskan program konservasi ex-situ bambu duri B.blumeana di Arboretum Bambu Kampus Darmaga.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan data dan informasi mengenai keberadaan bambu duri B.blumeana sehingga konservasi ex-situ
bambu duri B.blumeana lebih ditingkatkan dan masyarakat lebih peduli serta tertarik untuk membudidayakannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bio-ekologi Bambu Duri 2.1.1 Taksonomi bambu duri
Bambu merupakan nama bagi kumpulan rumput-rumputan berbentuk pohon kayu atau perdu melempeng dengan batang yang biasanya tegak, kadang
memanjat, mengayu dan bercabang-cabang serta dapat mencapai umur panjang yakni 40-60 tahun Heyne 1987. Taksonomi Bambu duri Bambusa blumeana
J.A. J.H. Schlutes menurut Dransfield dan Widjaja 1995 adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monokotil
Ordo : Gramineae
Famili : Poaceae
Subfamili : Bambusideae
Nama lokal : Bambu duri
Nama ilmiah : Bambusa blumeana J.A. J.H.Schultes
Nama sinonim : Bambusa blumeana BI.ex.Schult.f., Bambusa spinosa Blume ex Nees 1825, B. pungens Blanco 1837, Bambus arundo
Blanco 1845 Nama Inggris
: Spiny bamboo dan thorny bamboo Nama Indonesia : Bambu duri, haur cucuk Sunda, pring gesing Jawa.
2.1.2 Morfologi bambu duri
Bambu duri dicirikan oleh buluh yang berbiku-biku dengan duri pada cabang-cabangnya dan membentuk rumpun padat. Rebung muda berwarna hijau
kekuningan dengan bulu hitam tersebar, kadang hijau dengan garis-garis kuning pada pelepahnya. Buluh bambu memiliki tinggi mencapai 25 m, diameter
mencapai 15 cm, dinding tebalnya mencapai 3 cm atau kadang hampir tidak berlubang pada buluh yang tumbuh di dataran kering, ruas panjangnya 25-60
cm, gundul, hijau dengan buku-buku yang menonjol jelas. Buku-buku pada buluh
bagian pangkal tertutup akar udara. Percabangan muncul di seluruh buku- bukunya, cabang umumnya tumbuh secara horizontal dan ditumbuhi duri tegak
atau melengkung, satu cabang lebih besar daripada cabang lainnya. Pelepah buluh mudah luruh dengan kuping pelepah buluh bercuping, tinggi 2-5 mm, dengan
buluh kejur panjangnya 4-25 mm, daun pelepah buluh menyebar Widjaja 2001.
2.1.3 Ekologi bambu duri
Habitat Bambu duri dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim kering, mulai dari dataran rendah sampai tempat dengan ketinggian 300 m dpl. Jenis ini
dapat tumbuh di tanah yang terlalu basah saat musim hujan dan terlalu kering saat musim kemarau. Bambu duri banyak ditanam dan tumbuh liar di Jawa dan diduga
berasal dari Jawa Timur Sastrapradja et al. 1977. Menurut Heyne 1987 bambu duri merupakan tumbuhan yang asli berasal
dari India dan Srilangka kemudian menyebar luas hingga ke seluruh Asia Tenggara khususnya di Indonesia menyebar ke Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Madura, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Ambon, Maluku, Halmahera, Kepulauan Laut Ternate, dan Irian Jaya.
2.2. Arboretum
Konservasi terhadap kekayaan genetis yang mewakili flora dan fauna bertujuan untuk melestarikan dan mengamankan kekayaan biotik yang kita miliki
Salim 1986 diacu dalam Dinata 2009. Menurut Dinas Kehutanan Republik Indonesia 1990, konservasi flora dan fauna dapat dilaksanakan baik di dalam
kawasan konservasi in-situ, maupun di luar kawasan konservasi ex-situ. Tujuan dari konservasi tersebut adalah untuk melindungi dan melestarikan jenis,
terutama pada flora dan fauna yang tergolong langka. Konservasi ex-situ dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan
semuajenis flora dan fauna untuk menghindari bahaya kepunahan.Salah satu alternatif bentuk aplikasi konservasi tumbuhan secara ex-situ adalah arboretum.
Arboretum merupakan
salah satu
upaya untuk
menangkarkan dan
membudidayakan tanaman asli Indonesia. Selain itu, arboretum dapat ditata sedemikian rupa sehingga mampu menghubungkan bentuk antara kebun raya dan
kebun koleksi kehutanan, terutama dalam fungsinya sebagai sumber plasma
nutfah. Menurut Taman 1955 diacu dalam Dinata 2009 arboretum adalah taman pohon-pohonan ataukayu-kayuan, termasuk jenis bambu yang bermanfaat
bagi ilmu pengetahuanterutama ilmu kehutanan. Menurut SK Rektor Institut Pertanian Bogor tanggal 18 Agustus
1995nomor : 086Um1995 tentang pengelola Arboretum atau Taman Hutan Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga menyatakan bahwa keadaan
Arboretum atau Taman Hutan Kampus Darmaga memiliki fungsi dan manfaat yang penting bagi pengelola baik sebagai upaya penghijauan kampus, upaya
konservasi jenis secara ex-situ, keindahan maupun sebagai pengatur tata udara, tata air dan tata tanah bagi wilayah di sekitarnya.
2.3 Status Kelangkaan