Status Kelangkaan Konservasi Ex-situ

nutfah. Menurut Taman 1955 diacu dalam Dinata 2009 arboretum adalah taman pohon-pohonan ataukayu-kayuan, termasuk jenis bambu yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuanterutama ilmu kehutanan. Menurut SK Rektor Institut Pertanian Bogor tanggal 18 Agustus 1995nomor : 086Um1995 tentang pengelola Arboretum atau Taman Hutan Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga menyatakan bahwa keadaan Arboretum atau Taman Hutan Kampus Darmaga memiliki fungsi dan manfaat yang penting bagi pengelola baik sebagai upaya penghijauan kampus, upaya konservasi jenis secara ex-situ, keindahan maupun sebagai pengatur tata udara, tata air dan tata tanah bagi wilayah di sekitarnya.

2.3 Status Kelangkaan

International Union for Conservation of Natures 2011, mengelompokkan kategori kelangkaan tumbuhan menjadi 5 kategori sebagai berikut: 1. Punah extinct: kategori untuk spesies tumbuhan yang diketahui telah musnah dan hilang sama sekali dari permukaan bumi. 2. Genting endangered: kategori untuk spesies tumbuhan yang terancam kepunahan dan tidak akan dapat bertahan tanpa perlindungan yang ketat untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya. 3. Rawan vulnerable: kategori untuk spesies tumbuhan yang tidak segera terancam kepunahan tetapi terdapat dalam jumlah yang sedikit dan ekploitasinya terus berjalan sehingga perlu dilindungi. 4. Jarang rare: kategori untuk spesies tumbuhan yang populasinya besar tapi tersebar secara lokal atau daerah penyebarannya luas tetapi tidak sering dijumpai serta mengalami erosi berat. 5. Terkikis indeterminate: kategori untuk spesies tumbuhan yang jelas mengalami proses kelangkaan tetapi informasi keadaan sebenarnya belum mencukupi untuk menempatkannya secara pasti dalam salah satu kategori di atas.

2.4 Konservasi Ex-situ

Konservasi menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan dan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Konservasi ex-situ adalah konservasi jenis flora dan fauna yang dilakukan di luar habitat alaminya Widada et al. 2006. Konservasi ex-situ adalah upaya perlindungan, pemanfaatan dan pelestarian spesies di luar habitat aslinya berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian. Prioritas pelestarian ex-situ diberikan untuk spesies yang habitatnya telah rusak atau tidak dapat diamankan lagi. Menurut Zuhud et al. 2001 diacu dalam Hasanah 2008, tujuan pelestarian ex- situ adalah untuk diintroduksi kembali ke habitat aslinya yang bertujuan untuk kegiatan pemuliaan dan untuk tujuan penelitian dan pendidikan. Menurut Sudarmonowati 2005 diacu dalam Farisa 2012, beberapa permasalahan dalam konservasi ek-situ antara lain keterbatasan fasilitas seperti fasilitas tempat penyimpanan koleksi untuk jangka panjang, keterbatasan tenaga terlatih dan keterbatasan dana karena upaya konservasi ex-situ memerlukan dana yang tidak sedikit. Teknik konservasi ex-situ di lapang memerlukan lahan yang luas dan tidak semua jenis tanaman dapat hidup di luar habitat aslinya. Sementara itu, konservasi ex-situ di laboratorium dengan kultur jaringan dapat menghemat tempat, namun masih banyak jenis tanaman yang belum dapat dikembangkan dengan kultur jaringan. Konservasi ex-situ di lapang antara lain arboretum kebun penelitian dan pendidikan, kebun raya, bank benih, bank gen lapangan dan kebun koleksi. Peranan dari kebun koleksi terutama adalah sebagai laboratorium hidup, gene pool dan gene bank tumbuhan obat, dimana kisaran yang besar dari variasi genetik jenis dapat diperoleh. Bank keanekaragaman sumberdaya hayati ini berperan sangat penting sebagai sumber genetik untuk kegiatan penangkaran dan perakitan benih dan bibit unggul Zuhud 1989. Kelemahan dari konservasi ex-situ di lapang adalah kemungkinan kehilangan koleksi akibat faktor alam seperti kemarau panjang, banjir, longsor dan lain-lain. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan atau satwa di luar habitat aslinya ex-situ, baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 pasal 15 menyatakan bahwa pemeliharaan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya dilaksanakan untuk menyelamatkan sumber daya genetik dan populasi jenis tumbuhan dan satwa. Pemeliharaan meliputi juga koleksi jenis tumbuhan dan satwa di lembaga konservasi. Fungsi lembaga konservasi dijelaskan dalam pasal 22 yaitu: 1 pengembangbiakan dan atau penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap mepertahankan kemurnian jenisnya; 2 tempat pendidikan, peragaan dan penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan.

2.5 Kegunaan Bambu