Sastra Keagamaan Ungkapan Sufistik, Kriteria dan Pendekatan

Dalam dunia tasawuf sastra sufi memang mempunyai tempat tersendiri. Penyair-penyair sufi berbicara tentang mikrokosmos dan makrokosmos sering tidak dimengerti atau sering menimbulkan salah pengertian. Akan tetapi pikiran- pikiran penyair juga bersumber dari al- Qur’an dan Hadits. Dari masalah- masalah berat yang bersifat teologis filosofis seperti soal tauhid, takdir, wahyu, kenabian, alam semesta, sampai pada masalah social, etika, tingkah laku, terjalin dalam bentuk cerita, anekdot dengan melibatkan para malaikat, nabi, raja, sampai pada manusia dan bintang. 20 Dalam menafsirkan nilai-nilai dan pesan-pesan yang terdapat dalam karya sastra keagamaan atau ungkapan sufistik, penulis mengikuti pendekatan yang umumnya dipakai oleh pemawas sastra di lingkungan akademik, yaitu pendekatan instristik dan pendekatan ekstrintik yang seimbang. Yang dimaksud dengan pendekatan instrintik disini adalah pendekatan yang berusaha memahami dan menemukan unsur-unsur dalam intern yang erat hubungannya dengan karya sastra itu sendiri seperti tema, amanatintuisi, ide. Selanjutnya yang dimaksud dengan pendekatan ekstrinstik disini adalah menjelajahi faktor sastrawan sebagai pencipta karya sastra yang meliputi: a. Keriwayatanbiografi, pembicaraan tentang hidup pengarang; b. Kejiwaanpsikologi, pembicaraan tentang perkembangan jiwa pengarang; c. Kefalsafahanfilosofis, pembicaraan tentang ide pandangan hidup pengarang; d. Kemasyarakatansosiologi, pembicaraan tentang beberapa segi kehidupan masyarakat tempat lahirnya tokoh karya sastra itu; e. Kesejarahanpengamatan historis, pembicaraan tentang pertalian dan perbandingan tentang masa sebelumnya. Dengan tetap berpegangan pada prinsip pendekataan diatas masih ada satu sikap khas telaahan ini: dalam melakukan analisa dan tafsiran atas karya yang ditelaah, karangan ini lebih banyak merupakan ―pertimbangan filsafat‖ dan ―pertimbangan moral‖ dari tema-tema seorang penulis dalam hubungannya dengan manusia dan Tuhan. Analisa dan tafsiran yang bertolak dari sikappendirian ini, terutama untuk mendorong pembaca kearah melihat tema inti 20 Ibid., hal 172 sebuah karya sastra dengan lebih dalam supaya dapat menikmati dengan lebih dalam pula.

D. Pendidikan Islam

Istilah pendidikan berasal dari kata ―didik‖ dengan memberinya awalan ―pe‖ dan akhiran ―kan‖, yang mengandung arti ―perbuatan, hal, cara‖. 21 Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu ―paedagogie‖, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan ―education‖ yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjem ahkan dengan ―tarbiyah‖ yang berarti pendidikan. 22 Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik. Selain itu pendidikan juga berarti sebagai usaha yang dilakukakn oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwasanya pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Pendidikan merupakan ibadah dan upaya peningkatan kualitas diri seseorang. Pendidikan yang baik merupakan jalan untuk mencapai atau mendekatkan diri kepada Tuhan, dan melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam islam ada dua istilah yang dipakai untuk pendidikan, yaitu tarbiyah dan ta’dib. Kedua istilah ini mempunyai perbedaan yang mencolok. Menurut Naquib al-Atas Tarbiyah secara semantik tidak khusus ditunjukan untuk manusia, tetapi dapat dipakai kepada mahluk lain. Selain itu tarbiyah berkonotasi material; ia mengandung arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, 21 Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976, hal. 250 22 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 1994, hal. 1 memelihara, membuat, menjadikan bertambah pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil yang sudah matang dan menjinakan. 23 Adapun Ta’dib mengacu pada pengertian „ilm, pengajaran ta’lim dan pengasuhan yang baik tarbiyah. Dari pengertian tersebut ta’dib merupakan istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukan pendidikan dalam Islam. Pendidikan Islam secara fungsional merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan al-Insan al-Kamil melalui penciptaan situasi interaksi edukatif yang kondusif. Dalam posisi yang demikian, Pendidikan Islam adalah model rekayasa individual dan social yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat ideal ke masa depan. 24 Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara continue dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kendungan sampai akhir hayat. 25 Dalam konteks budaya, pendidikan Islam mempunyai tugas sebagai alat transmisi unsur-unsur pokok budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga identitas umat tetap terpelihara dan terjamin dalam tantangan zaman. Adapun sebagai interaksi antara potensi dan budaya, tugas pendidikan Islam adalah sebagai proses transaksi memberi, dan mengadopsi antara manusia dan lingkungannya. Dengan proses ini manusia akan dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengubah atau memperbaiki kodisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya. 26 23 Shed Muhammad Al-Naquib, Konsep Pendidikan dalam Islam, terj, Haidar Bagir, Bandung : Mizan, 1984, hal. 66 24 Al-Rasyidin, Rizal, op. cit., hal. 56 25 Ibid., h. 32 26 Hasan Langgalung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21, Jakarta : Pustaka al- Husna, 1988, hal .57 Untuk menjamin terlaksananya tugas pendidikan Islam secara baik, hendaknya terlebih dahulu dipersiapkan situasi kondisi yang bernuansa elastis, dinamis, dan kondusif sehingga tujuan yang ingin dicapai berhasil. Selanjutnya, tujuan pendidikan Islam diantaranya adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. 27 Sementara tujuan akhir pendidikan Islam yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah. 28 Menurut Khaldun, pendidikan Islam berpijak pada konsep dan pendekatan filosofis dan empiris. Melalui pendekatan ini, dapat memberikan arah terhadap visi tujuan pendidikan Islam secara ideal dan praktis. Menurutnya ada tiga tingkatan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pendidikan, yaitu : 1 pengembangan kemahiran dalam bidang tertentu. Diperlukan pendidikan secara sistematis dan mendalam agar tujuan ini bisa tercapai, 2 penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan zaman, dalam hal ini pendidik hendaknya ditujukan untuk memperoleh keterampilan yang tinggi pada profesi tertentu, 3 pembinaan pemikiran yang baik, hendaknya pendidikan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan potensi psikologis peserta didik. Melalui pengembangan akal, akan dapat membimbing peserta didik untuk menciptakan hubungan kerja sama social dalam kehidupannya guna mewujudkan kesejahteraan hidup dunia dan akhirat. 29 Menurut al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1 tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai wujud ibadah kepada Allah, 2 tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan Akhlaq al-Karimah, 3 tujuan pendidikan Islam adalah mengantarkan peserta didik mencapai kebahagiaan dunia dan 27 Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, hal 410 28 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Anlisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989, hal. 67 29 Mohamad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry, Jakarta : Bulan Bintang, 1984, hal. 190 akhirat. 30 Dengan ketiga tujuan ini diharapkan pendidikan yang di programkan akan mampu mengantarkan peserta didik pada kedekatan diri kepada Allah.

E. Dasar-dasar Pendidikan Islam