Peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani

Selanjutnya pemahaman cinta yang di tanamkan dan berkembang dalam pendidikan Islam kurang mendapatkan perhatian yang serius oleh para pendidik, padahal, sebenarnya cinta itu memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan, melalui cinta seseorang dapat menghayati tentang kehidupan, hakikat penciptaan, dan cinta merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mencapai makrifat atau mengenal Tuhan. Maka dari itu kiranya ungkapan-ungkapan atau syair yang terlontar diucapakan dari Rabiah yang umumnya bertemakan tentang cinta sangat tepat di sampaikan oleh seorang pendidik kepada peserta didiknya agar peserta didik dapat memahami tentang hakikat cinta baik yang bersifat ke-Tuhanan maupun social atau sesama, dan juga peserta didik dapat memahami nilai-nilai spiritual yang terdapat dalam kehidupan Rabiah serta dapat mengambil ibrah dari kehidupan dan pola pikir Rabiah tentang cinta. Oleh karena itu, seyogyanya seorang pendidik mereformasi kembali pendidikan Islam melalui metode-metode yang lebih efektif dalam proses pendidikan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan cara menginternalisasikan syair atau sastra dalam proses pendidikan Islam, Karna melalui sastra, seorang pendidik bisa mengembangkan peserta didik dalam hal keseimbangan antara spiritual, emosional, etika, logika, estetika, dan kinestetika.

BAB III BIOGRAFI RABIAH AL-ADAWIYAH

A. Biografi Rabiah al-Adawiyah

Suatu teori, pemikiran, ide atau ajaran seseorang tokoh dapat dikenali dan dipahami dengan lebih baik apabila diketahui latar belakang kehidupannya. Karena itu, sebelum memasuki pokok pembahasan yang lebih jauh, perlu dikemukakan terlebih dahulu tentang riwayat hidup Rabiah al-Adawiyah. Dengan demikian akan diketahui keadaan yang melatarbelakangi perjalanan hidup, serta corak sistem pemikirannya.

1. Latar Belakang Keluarga

Ismail, ayah dari Rabiah adalah seorang yang menghabiskan masa siangnya dengan bekerja dan malam harinya dihabiskan untuk beribadah. Ia mempunyai seorang istri dan tiga orang anak perempuan. Hidupnya sangat sederhana. Suatu waktu ismail berdoa kepada Allah agar ia dikarunia seorang anak laki-laki agar dapat membantu kehidupan keluarganya karena kondisi kelurga yang hidup sangat sederhana. Saat itu istrinya sedang mengandung anak yang ke-empat. Setiap hari Ismail bekerja sangat keras untuk menghidupi keluarganya. Ia menanggung empat jiwa manusia ditambah satu jiwa lagi yang sedang dalam kandungan istrinya. Beban penderitaan Ismail pun terasa semakin berat, akan tetapi ia tetap bersabar dan bertawakal serta ikhtiar untuk memenuhi semua kebutuhan keluarganya meskipun dalam hidup yang sangat sederhana.

2. Kelahiran dan Masa Kanak-kanak Rabiah al-Adawiyah