Pendidik dapat juga diartikan sebagai seorang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan dan mensucikan hati sehingga menjadi dekat
dengan Khaliqnya. Berkenaan dengan konsep ini, an-Nahlawi menyimpulkan bahwa selain bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan keterampilan
kepada peserta didik, tugas utama yang perlu dilakukan pendidik adalah Tazkiyat an-Nafs, yaitu mengembangkan, membersihkan, mengangkat jiwa
peserta didik kepada Khaliq-Nya, menjauhkannya dari kejahatan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrah-Nya.
32
Selanjutnya, an-Nahlawi membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, yaitu :
a. Mempunyai watak dan sifat ke-Tuhan-an yang terwujud dalam
tujuan, tingkah laku, dan pola pikirnya. b.
Bersifat ikhlas, melaksanakan tugasnya semata-mata karena mencari rhido Tuhan dan menegakan kebenaran.
c. Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada
peserta didik. d.
Jujur dalam menyampaikan segala pengetahuannya. e.
Senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami dan mengkajinya lebih lanjut.
f. Mampu menggunakan metode secara bervariasi sesuai dengan
keadaan atau perkembangan zaman. g.
Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak. h.
Mengetahui psikis peserta didik. i.
Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa, keyakinan, atau pola pikir
peserta didik. j.
Berlaku adil terhadap semua peserta didik.
33
Dalam pendidikan Islam seorang pendidik tidak hanya menyiapkan seorang peserta didik memainkan peranannya sebagai individu dan anggota masyarakat
32
An-Nahlawi, op. cit., h. 239.
33
An-Nahlawi. Loc. cit
saja, tetapi juga membina sikapnya terhadap agama, tekun beribadat, mematuhi peraturan agama, serta menghayati dan mengamalkan nilai luhur agama dalam
kehidupan sehari-hari. Dan agar fungsi-fungsi tersebut dapat terlaksana dengan baik maka seorang pendidik harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Beriman.
Seorang pendidik Islam harus seseorang yang beriman, yaitu meyakini akan keesaan Allah. Iman kepada Allah merupakan asas setiap aqidah. Dan
dengan bagaimana Allah SWT selanjutnya akan diikuti pula dengan keimanan kepada yang lainnya.
Keyakinan terhadap keesaan Allahseperti diatas disebut juga ―tauhid‖. Kalimat tauhid dalam Islam adalah kalimat: ―la ilaha illa Allah‖ yang
berarti: Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam,
sehingga Islam dikenal sebagai agama Tauhid. Yaitu agama yang mengesakan Allah.
Menurut Al- Faruqi ―iman‖ atau ―tauhid‖ inti dan esensi dari ajaran Islam,
merupakan pandangan umum dari realitas kebenaran dan waktu, sejarah dan nasib manusia sebagai pandangan umum ia tegakkan atas dasar prinsip
―idealitionality‖, teologi, kapasity of man, melleability of nature dan responsibility and judment, dan sebagai falsafah dan pandangan hidup
memiliki implikasi dalam segala aspek kehidupan dan pemikiran manusia, seperti dalam sejarah, pengetahuan, filsafat, etika, sosial, ummah, keluarga,
ekonomi, ketertiban dunia dan estetika.
34
Oleh karena itu iman atau tuhid bukan saja merupakan kepercayaan yang bersifat pribadi akan tetapi mempunyai eksistensi terhadap seluruh aspek
kehidupan. Oleh karena itu seorang pendidik aIslam harus mempunyai keimanan yang benar. Iman yang benar harus memiliki tiga syarat, yaitu:
a. Pengakuan dengan hati.
b. Pengucapan dengan lidah, dan
34
Ismail Raji al-Faruqi, Tauhid its Implication for Thought and life, Brentwood AS: The International Institute or Islamic Thought, 1982, hal.10
c. Pengamalan dengan anggota badan.
2. Bertakwa.
Syarat yang terpenting yang harus pula dimiliki oleh pendidik Islam adalah ―taqwa‖. Yang berarti menjaga diri agar selalu mengerjakan perintah
Allah dan meninggalkan larangan-Nya, serta merasa takut kepada-Nya baik secara senmbunyi maupun terang-terangan. Banyak ayat-ayat Al-
Qur’an yang memerintahkan dan menganjurkan untuk bertaqwa, seperti dalam
Firman Allah SWT:
Artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.‖ Q.S. 3:102.
3. Ikhlas.
Pendidik yang ikhlas hendaklah berniat semata-mata karena Allah dalam seluruh pekerjaan edukatifnya, baik berupa perintah, larangan, nasehat,
pengawasan atau hukuman yang dilakukannya. Ikhlas bukan berarti ia tidak boleh menerima imbalan jasa, akan tetapi jangan terniat dalam hati bahwa
pekerjaan mendidik yang dilakukannya karena mengharapkan mateeri, akan tetapi semata-mata sebagai pengabdian kepada Allah SWT. Karena ia
menerima gajji, itu karena rezeki dari Allah SWT yang tentu harus pula diterimanya, dan kalau tidak ada gaji ia akan tetap melaksanakan tugas.
Ikhlas dalam perkaataan dan perbuatan adalah sebagian dari asa iman dan keharusan Islam. Allah tidak akan menerima perbuatan tanpa dikerjakan
secara ikhlas. Perintah untuk ikhlas tercantum dalam Al-Q ur’an dengan
tegas: