Sedangkan aliran humanistik beranggapan bahwa manusia senantiasa dalam proses wujud becoming namun tidak pernah selesai dan tidak
pernah sempurna. Tingkah laku manusia tidak semata-mata digerakan oleh dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun oleh rasa tanggung
jawab sosial dan kebutuhan untuk mencapai sesuatu. Selanjutnya aliran behaviorisme beranggapan bahwa tingkah laku
manusia merupakan reaksi dari rangsangan yang datang dari luar dirinya. Manusia ditentukan oleh lingkungan karena proses interaksi terus menerus
antar individu dengan lingkungannya. Hubungan interaksi itu diatur olehhukum-hukum belajar, pembiasaan, dan peniruan.
40
b. Peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani
maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. dari segi rohaniah, ia
memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.
41
Melalui paradigma di atas menjelaskan behwa peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain untuk
membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan. Potensi suatu kemampuan dasar
yang dimilikinya tidak akan tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa bimbingan pendidik.
42
Imam al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fathiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki peserta didik antara
lain adalah : 1
Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah. 2
Mempunyai sifat yang berimbang antara duniawi dan ukhrawi.
40
Hasan Lunggulung, Teori-teori Kesehatan Mental, Selangor : Pustaka Muda, 1983, hal.
240
41
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : al- Ma’arif,
1989, hal. 32
42
Al-Rasyidin, Rizal, loc. cit
3 Bersikap tawadhu.
4 Menjaga fikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai
aliran. Tidak fanatic terhadap suatu aliran. 5
Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum maupun agama. 6
Belajar secara bertahap dan berkelanjutan. 7
Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian berlanjut pada ilmu yang lainnya.
8 Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu yang dipelajari.
9 Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
10 Mengenal nilai-nilai yang dapat bermanfaat baik untuk duniawi maupun
ukhrawi.
43
G. Hasil Penelitian yang Relevan.
1. Biografi dan Pemikiran Rabiah al-Adawiyah Riwayat
hidup sufi
perempuan yang
bernama Rabiah
al- Adawiyah99H717M-185H801M telah tersusun pada puluhan buku-buku
yang ada, tetapi riwayat tersebut tidak selalu menjelaskan secara terperinci tentang biografi sufi perempuan tersebut. Terlalu banyak pembahasan
mengenai Rabi’ah condong ke arah konsep mahabbah yang dilakukannya dalam sejarah Islam. Pemikiran-
pemikiran Rabi’ah yang berkaitan dengan akhlak juga menarik untuk ditilik lebih dalam lagi. Studi ini bertujuan untuk
menjelaskan dan memaparkan tenta ng riwayat hidup Rabi’ah al-Adawiyah
dan pemikiran-pemikirannya. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah siapakah sosok seorang Rabi’ah al-Adawiyah dan apa saja pemikiran-
pemikirannya.
44
2. Ta’dib, Konsep Ideal Pendidikan Islam
43
Fathiyah Hasan Sulaiman, Pandangan Ibnu Khaldun tentang Ilmu dan Pendidikan, H.M.D.Dahlan, Bandung : CV. Diponogoro, 1987, hal. 24
44
Raihanah. ―Biografi dan Pemikiran Rabiah al-Adawiyah,‖ Skripsi pada Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011