Karakteristik Terak Baja Logam Berat dalam Terak Baja

2.1.2. Karakteristik Terak Baja

Di Indonesia, terak baja belum banyak dikenal penggunaanya sebagai pupuk Soepardi dan Suwandi, 1981. Terak baja yang berasal dari Indonesia setiap tahunnya diproduksi sekitar 350.000 ton, tetapi belum banyak yang digunakan untuk bidang pertanian Mulyadi et al., 2001. Selama ini terak baja banyak digunakan sebagai bahan dasar pembentuk beton. Susunan kimia dari terak baja berbeda-beda, baik dalam jenis, unsur maupun kadarnya, tergantung pada bahan baku dan cara pembuatan baja. Terak baja umumnya mengandung unsur utama Ca dan Si Mulyadi et al., 2001. Selain itu, terak baja juga mengandung unsur lainnya yang terdapat dalam jumlah sedikit seperti: Mn, Zn, Cu, dan Mo sehingga bahan ini memungkinkan digunakan sebagai pupuk Boxus, 1965. Hasil penelitian Suwarno dan Goto 1997 menunjukkan bahwa terak baja Indonesia mengandung 42.6 Fe 2 O 3 , 7.21 Al 2 O 3 , 21.6 CaO, 11.6 MgO, 14.6 SiO 2 dan 0.37 P 2 O 5 dan menurut Sumawinata et al. 2010 terak baja Jepang mengandung 8.12 Fe 2 O 3 , 2.05 Al 2 O 3 , 53.36 CaO, 2.86 MgO, 6.57 SiO 2 dan 0.84 P 2 O 5 .

2.1.3. Logam Berat dalam Terak Baja

Logam berat merupakan istilah yang digunakan untuk unsur-unsur transisi yang mempunyai densitas lebih dari 5 gcm 3 Fardiaz, 1992 dalam Sudarmadji et al ., 2006. Penggunaan terak baja dianggap sebagai limbah B3 Bahan Berbahaya dan Beracun diatur dalam PP No. 85 tahun 1999. Bahan Berbahaya dan Beracun B3 adalah setiap bahan yang konsentrasi, jumlah dan sifatnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya Pasal 1 17 UU No. 23 1997. Darmono 1995 menyatakan limbah yang mengandung As, Cd, Pb dan Hg selain berasal dari limbah penggunaan batu bara dan minyak juga berasal dari limbah pabrik peleburan besi dan baja, pengabuan sampah, pabrik produksi semen dan limbah dari penggunaaan logam yang bersangkutan untuk hasil produksinya pabrik baterai atau aki, listrik, pigmen atau cat warna atau tekstil, pestisida, gelas, keramik dan lain-lain. Tanaman memerlukan unsur mineral dari dalam tanah sebagai unsur nutrisi dalam jumlah yang sedikit tetapi peka terhadap kandungan logam berat yang tinggi. Akumulasi logam berat dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam dalam tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah dan spesies tanaman yang sensitif terhadap logam berat tertentu Darmono, 1995. Selanjutnya Alloway 1990 dalam Darmono 2005 mengemukakan bahwa tanaman menjadi mediator penyebaran logam berat pada makhluk hidup dan tanaman menyerap logam berat melalui akar dan daun stomata. Logam berat terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar yang selanjutnya akan masuk ke dalam siklus rantai makanan.

2.2. Bahan Organik