2.2.2. Bahan Organik Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan sumber bahan organik dan terdiri dari campuran kotoran padat, air seni, campuran dan sisa makanan ternak. Susunan
kimia dari pupuk kandang berbeda-beda tergantung dari : 1 spesies ternak, 2 umur dan keadaan ternak, 3 sifat dan jumlah campuran dan 4 cara penanganan
dan penyimpanan pupuk sebelum dipakai Soepardi, 1983. Susanto 2002 mengemukakan pupuk organik pupuk kandang
merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya. Pada umumnya nilai hara yang dikandung pupuk organik pupuk
kandang rendah terutama unsur makro nitrogen N, fosfor P dan kalium K rendah. Lingga 1986 menyatakan bahwa komposisi hara makro dari pupuk
kandang terdiri dari 0.5 N, 0.25 P
2
O5 dan 0.5 K
2
O. Kandungan hara dari pupuk kandang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pupuk buatan
Leiwakabessy dan Sutandi, 2004. Pupuk kandang dapat memberikan energi bagi kehidupan mikroorganisme tanah, menambah inokulum ke dalam tanah, serta
memperbaiki kondisi lingkungan terutama aerasi dan kelembaban tanah. Pupuk kandang yang diberikan ke dalam tanah dengan nisbah CN lebih dari 30 segera
diubah secara cepat oleh mikroorganisme heterotropik seperti bakteri, fungi dan aktinomicetes.
2.3. Karakteristik Tanah Latosol
Di Indonesia, tanah Latosol berada pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut dpl, di sekeliling kipas volkan dan kerucut volkan. Area Latosol
beriklim basah dan tropikal, curah hujan antara 2500 mm sampai 7000 mm Dudal dan Soepraptohardjo, 1957. Latosol adalah tanah yang penyebarannya luas di
Indonesia dan menempati area seluas 9 dari daratan Indonesia Soepardi, 1983. Tanah ini diantaranya dijumpai di daerah Darmaga, kabupaten Bogor. Latosol
coklat kemerahan yang kebanyakan terdapat di Bogor termasuk ke dalam order Inceptisol menurut sistem klasifikasi USDA terletak pada zona fisiografi Bogor
bagian barat, dengan bahan induk vulkanik kuarter berasal dari Gunung Salak Yogaswara, 1977.
Menurut Dudal dan Soepraptohardjo 1957 Latosol merupakan kelompok tanah yang mengalami proses pencucian dan pelapukan lanjut, perbedaan horizon
tidak jelas, memiliki hara dan pH rendah 4.5-5.5, kandungan bahan organik relatif rendah, konsistensinya lemah dan stabilitas agregatnya tinggi, terjadi
akumulasi seskuioksida dan pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerah-merahan atau kekuning-kuningan atau kuning tergantung dari komposisi
bahan induk, umur tanah, iklim dan elevasi. Batas membedakan Latosol adalah berdasarkan warna horizon B seperti Latosol merah, Latosol kekuningan, Latosol
coklat kemerahan, Latosol coklat Subardja dan Buurman, 1990. Tanah ini umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horizon kambik Hardjowigeno,
2003. Selanjutnya Soepardi 1983 menambahkan bahwa kapasitas tukar kation pada tanah Latosol yang rendah lebih disebabkan oleh kadar bahan organik yang
kurang dan sebagian lagi oleh sifat liat hidro-oksida, sehingga tanah Latosol ini miskin hara dan basa-basa yang dapat dipertukarkan. Tanah-tanah ini biasanya
memberikan respon yang baik terhadap pemupukan dan pengapuran. Sifat lain yang menonjol dan penting dari Latosol adalah terbentuknya
keadaan granular. Keadaan itu merangsang drainase dalam yang sangat baik. Selanjutnya, liat hidro-oksida tidak mempunyai sifat plastisitas dan kohesi yang
menjadi ciri liat silikat di daerah sedang sehingga memungkinkan tanah Latosol dapat segera diolah setelah hujan lebat tanpa memikirkan fisik tanah yang tidak
memuaskan Soepardi, 1983.
2.4. Karakteristik Tanaman Caisim