Analisis Tanaman TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman caisim dapat tumbuh baik di tempat yang berudara panas maupun berudara dingin sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Syarat tumbuh caisim mulai dari ketinggian 5-1.200 m di atas permukaan laut dengan kondisi tanah gembur, pH 6-7, banyak mengandung humus, subur serta pembuangan airnya baik. Caisim varietas Tosakan dapat dipanen pada umur 22 hari setelah tanam, tinggi tanaman 40 cm, warna tangkai putih kehijauan, jumlah daun 12 helai, bentuk daun eliptik, memiliki potensi rata- rata 400 gram per tanaman. Ciri yang paling khas caisim varietas Tosakan dibanding dengan tanaman caisim varietas lain adalah memiliki warna daun hijau muda sehingga rasa daun tidak pahit East West Seed Indonesia, 2006. Hasil penelitian Sulistyaningsih 2003 mengemukakan bahwa upaya merekayasa mikroklimat untuk mencapai pertumbuhan optimum tanaman caisim dapat dilakukan dengan penanaman caisim di dalam rumah tanam greenhouse yang berupa rumah kaca, rumah plastik atau rumah kassa. Hal ini dilakukan selain dapat menahan pukulan air hujan dan serangan hama, bangunan ini juga dapat mengoptimalkan penggunaan pupuk daun, pestisida, mengawetkan lengas tanah dan menaikkan suhu dimalam hari. Penyakit yang menyerang tanaman ini adalah busuk basah erwina akar pekuk, yang dapat menjadi parah jika tanaman terluka pada waktu kegiatan budidaya. Penyakit akar pekuk dapat menjadi sangat parah dan menyebabkan pertumbuhan kerdil yang nyata, tetapi penyakit bercak daun Alternaria biasanya tidak menjadi masalah. Penyakit rebai semai Phythium spp akan merusak jika tanaman terlalu banyak diairi. Tanaman ini merupakan tanaman yang cepat tumbuh, oleh karena itu pemeliharaan bedengan benih yang bersih merupakan satu-satunya persyaratan untuk mengendalikan gulma Williams, 1993.

2.5. Analisis Tanaman

Analisis tanaman dalam arti sempit adalah penetapan konsentrasi suatu unsur atau suatu fraksi unsur yang dapat diekstrak dari contoh tanaman dari bagian tanaman tertentu dalam waktu tertentu dari bagian perkembangan morfologi tanaman. Konsentrasi biasanya ditetapkan atau dikonversikan dalam bahan kering. Dalam arti luas, dapat meliputi analisis komponen organik seperti asam amino dan asam-asam organik lainnya yang dapat ditentukan berdasarkan konsentrasi hara dalam tanaman sebagai nilai dari seluruh faktor yang mempengaruhinya. Tujuan analisis tanaman adalah untuk mendiagnosis atau memperkuat diagnosis gejala yang terlihat, mengidentifikasi gejala yang terselubung, mengetahui kekurangan hara sedini mungkin, menunjukkan bagaimana hara diserap tanaman, mengetahui interaksi atau antagonisme diantara hara, membantu memahami fungsi hara dalam tanaman dan membantu dalam mengidentifikasi masalah Leiwakabessy dan Sutandi, 2004. Tanaman dapat dianalisis dari berbagai senyawa organik dan anorganik, namun dalam pembicaraan di sini hanya senyawa anorganik yang akan dibahas. Menurut Aldrich 1973, dalam Leiwakabessy dan Sutandi, 2004 menyatakan umumnya ada dua jenis analisis tanaman, yaitu analisis total atau analisis kuantitatif analisis kimia total atau analisis spektrografis dan analisis semi kuantitatif uji cepat jaringan tanaman. Masing-masing analisis menggunakan beberapa fase pertumbuhan tanaman dan bagian tanaman tertentu atau seluruh tanaman. Konsentrasi beberapa unsur hara berubah cepat dengan waktu dan kematangan fisiologis Tyler dan Jorenz, 1962 dalam Leiwakabessy dan Sutandi, 2004. Komposisi hara tanaman tertentu tidak tetap selamanya, komposisi ini berubah dari bulan kebulan, bahkan pula bervariasi pada bagian-bagian tanaman itu sendiri Jones, 1991 dalam Leiwakabessy dan Sutandi, 2004. Perbedaan konsentrasi hara dapat terjadi pada jenis tanaman, jenis varietas dan lingkungan yang berbeda. Jika salah satu faktor seperti suplai hara, temperatur atau kelembaban dalam tanah bervariasi, maka konsentrasi hara dalam tanaman akan bervariasi Leiwakabessy dan Sutandi, 2004.

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan mulai November 2010 sampai dengan Mei 2011, di rumah kaca University Farm di Cikabayan, Bogor. Analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah lapisan atas 0-20 cm tanah Latosol Darmaga yang diambil dari kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Benih caisim yang digunakan adalah caisim varietas Tosakan. Pupuk standar yang digunakan adalah pupuk urea, SP-36 dan KCl. Terak baja yang digunakan berasal dari 2 sumber, yang pertama adalah terak baja yang berasal dari Sumitomo Metal Industry, Jepang dan yang kedua adalah terak baja yang berasal dari Krakatau Steel Industry, Indonesia. Bahan organik yang digunakan berasal dari pupuk kandang kotoran sapi yang diproduksi oleh Sarana Tani. Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh tanah terdiri dari: cangkul, skop, karung, penumbuk tanah, saringan 5 mm dan alat yang digunakan di rumah kaca antara lain: polybag, label, selang penyiram, ember, alat semprot, alat tulis, kamera, dll. Alat yang digunakan untuk perlakuan penelitian adalah gelas piala, gelas ukur, tabung reaksi, oven, pipet volumentrik 5 ml, pipet volumetrik 1 ml, grinder tanaman, mortar, labu takar 50 ml, 100 ml, 500 ml, 1L dan 2L. Adapun alat untuk analisis tanaman yaitu labu kjeldaldigestion, destilator dan labunya, flame photometer, AAS.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK faktorial 3 faktor dengan faktor utama adalah jenis terak baja yaitu S j terak baja yang berasal dari Sumitomo Metal Industry, Jepang dan S i terak baja yang berasal dari Krakatau Steel Industry, Indonesia. Faktor kedua yaitu terak baja dengan 4