sebesar 302,94 ribu orang, dan pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar sebesar 76,10 ribu orang.
Tabel 4.7. Penduduk usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010-2011
Status Pekerjaan
Utama Februari 2010
Februari 2011 Laki-
laki Perem-
puan Jumlah
Laki- Laki
Perem- puan
Jumlah Berusaha
Sendiri 604.350
325.100 929.450
538.020 229.970
767.990 Berusaha
dibantu buruh tidak tetap
136.030 92.630
228.660 139.360
98.060 237.420
Berusaha dibantu buruh
tetap 164.790
35.520 200.310
141.750 52.180
193.930 Buruh
Keryawan 1.544.880
1.014.560 2.559.440 1.784.190
1.078.190 2.862.380
Pekerja bebas 72.380
41.560 113.940
102.930 49.290
152.220 Pekerja tidak
dibayar 43.300
133.800 177.100
89.870 163.330
253.200 Jumlah
2.565.730 1.643.170
4.208.900 2.796.120 1.671.020
4.467.140
Sumber: BPS, 2010
4.4. Kebijakan DKI Jakarta Terkait dengan Ketenagakerjaan
Mulai dari tahun 1990-an DKI Jakarta sudah mengalami perkembangan ekonomi yang cukup pesat. Investasi yang ditanamkan ke Jakarta relatif paling
besar dibandingkan dengan provinsi selain Jakarta. pembangunan infrastruktur sedang digencarkan oleh pemerintah daerah Jakarta dengan dukungan dari
pemerintah setempat. Pembangunan fasilitas dan sarana infrastruktur di Jakarta semakin berkembang. Fasilitas perkantoran, permukiman modern, supermarket
dan sarana transportasi jalan tol lingkar luar dan lingkar dalam Jakarta mampu menyerap tenaga kerja dan semakin memudahkan orang di luar Jakarta untuk
melakukan migrasi ke Jakarta dengan cepat dan murah, baik migrasi permanen maupun migrasi sirkuler.
Selain itu, tingkat Upah Minimum Regional yang tinggi di Jakarta juga mendorong migrasi penduduk ke Jakarta. Meningkatnya upah dari tahun ke tahun
hingga saat ini membuat Jakarta menjadi kota tujuan untuk bermigrasi. Hal ini menyebabkan pemuda usia produktif dari berbagai daerah di Indonesia
berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk mengadu nasib dengan mencari kerja atau ingin mencari pendapatan yang lebih tinggi.
Jumlah penduduk juga memberikan efek besar yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Meski jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta bukan
merupakan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, namun angkanya mencapai 9.588.200 jiwa dan termasuk provinsi dengan jumlah penduduk besar Lampiran
3. Hubungan antara jumlah penduduk dengan pertumbuhan ekonomi yang positif sesuai dengan pandangan ekonom klasik dan neo klasik. Menurut pandangan
ekonom klasik Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Straurt Mill maupun ekonom neo klasik Robert Solow dan Trevor Swan
mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu 1 jumlah penduduk, 2 jumlah stok barang modal,
3 luas tanah dan kekayaan alam, dan 4 tingkat teknologi yang digunakan Sukirno 2006. Perkembangan jumlah penduduk yang berhubungan positif
dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dari pandangan ekonom klasik Adam Smith. Smith berpendapat bahwa perkembangan produktivitas penduduk
akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam
perekonomian Guntur, 2010.
Apabila kita melihat jumlah migrasi yang masuk ke Jakarta dari tahun 1990 hingga 1995 cenderung meningkat, namun mulai tahun 2000 hingga tahun
2005 jumlahnya semakin menurun Lampiran 5. Hal ini disebabkan para migran lebih memilih tempat tinggal di wilayah sekitar Jakarta, seperti Depok, Bogor,
Tangerang dan Bekasi bodetabek. Karena harga lahan disana lebih murah dibandingkan Jakarta, selain itu didukung dengan sarana transportasi yang murah
dan mudah, sehingga banyak masyarakat yang melakukan commuting. Sebenarnya, keadaan seperti ini akan memberikan dampak yang baik bagi Jakarta
dan wilayah penyangga Jakarta bodetabek. Jakarta akan berkurang beban jumlah penduduknya dan wilayah penyangga Jakarta semakin berkembang dan maju.
Namun, meski beberapa tahun belakangan ini jumlah migrasi ke Jakarta mengalami penurunan, kepadatan penduduk tiap tahunnya justru semakin
meningkat Lampiran 4. Apabila melihat dari kepadatan penduduk per kilo meter persegi, Provinsi DKI Jakarta tetap berada peringkat paling atas untuk kategori
provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi yaitu mencapai 14.440 km
2
pada tahun 2010. Pentingnya pembangunan di daerah luar Jakarta juga diharapkan dapat membuat tingkat kepadatan penduduk Jakarta dapat teratasi. Migran
melakukan migrasi karena tidak adanya lapangan pekerjaan di daerah asal migran, oleh karena itu perlu adanya investasi untuk daerah sehingga dapat menyediakan
lapangan pekerjaan baru. Beberapa kebijakan telah diberlakukan dari pemerintah DKI Jakarta untuk
mengatasi kepadatan penduduk di daerah Jakarta, diantaranya adalah kebijakan pada saat hari raya. Saat hari raya idul fitri, aparat kepolisian ditugaskan untuk
melakukan pengecekkan rutin di tempat-tempat tertentu seperti terminal dan
stasiun. Aparat kepolisian ditugaskan untuk mengecek kartu identitas penduduk Kartu Tanda Penduduk. Jika ditemukan penduduk yang bukan berdomisili di
Jakarta, maka akan dikembalikkan ke daerah asal Bagian Kependudukan Provinsi DKI Jakarta. Namun, ketidakpatuhan penduduk Jakarta akan kebijakan yang
telah diberlakukan membuat peraturan yang telah dibuat tidak mencapai hasil seperti yang diharapkan. Hal ini masih butuh perbaikan sistem agar peraturan ini
dapat berjalan dengan baik.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN