perkawinan dan jenis pekerjaan. Dengan adanya sifat selektif dalam proses migrasi maka timbullah ciri-ciri atau sifat-sifat karakteristik dari mereka yang
turut serta dalam proses migrasi tersebut. Alatas dan Edy 1992 secara umum menyebutkan beberapa jenis migran,
yaitu migran semasa hidup, migran kembali, migran total dan migran risen. Migran semasa hidup life time migran adalah orang-orang yang pada saat
pencacahan tidak bertempat tinggal di tempat kelahirannya, sedangkan migran kembali adalah orang yang kembali ke tempat kelahirannya setelah sebelumnya
pernah berpindah ke tempat lain. Migran total adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat lain selain tempat kelahirannya, jadi dalam migrasi
total mencakup pengertian migran semasa hidup dan migran kembali, secara spesifik jumlah migran total dikurangi migran kembali merupakan migran semasa
hidup. Migran risen adalah orang-orang yang akhir-akhir ini melakukan
perpindahan. Dilihat dalam satu tahun atau lima tahun terakhir, maka migran risen adalah mereka yang pada saat pencacahan tinggal ditempat yang berbeda dengan
tempat tinggal lima tahun sebelumnya.
2.2. Penyebab Migrasi
Migrasi dilakukan seseorang karena adanya tekanan lingkungan alam, ekonomi, sosial dan budaya. Menghadapi tekanan lingkungan ini ada tiga
kemungkinan yang dilakukan masyarakat. Pertama, mereka yang bertahan di
tempat, karena menganggap tempat yang sekarang adalah tempat terbaik dan dianggap paling banyak memberikan kemungkinan bagi terpenuhinya kebutuhan
hidup tentu saja tidak dilupakan kemungkinan usaha perbaikan lingkungan
hidupnya dan pembaharuan. Kedua, mereka pindah tempat atau migrasi. Ketiga,
mereka melakukan peralihan antara keduanya, yaitu tetap tinggal di tempat lama tetapi mencari pekerjaan baru secara berkala dan terus menerus atau commutery
Hugo, 1981. Menurut Hardjosudarmo 1965 terjadinya migrasi disebabkan oleh tiga
faktor yaitu: 1.
Faktor pendorong push factor yang ada pada daerah asal, yakni adanya pertambahan penduduk yang mengakibatkan timbulnya tekanan penduduk,
adanya kekeringan sumber alam, adanya fluktuasi iklim, dan ketidaksesuaian diri dengan lingkungan.
2. Faktor penarik pull factor yang ada pada daerah tujuan, yakni adanya
sumber alam serta sumber mata pencaharian baru, adanya pendapatan- pendapatan baru, dan iklim yang sangat baik.
3. Faktor lainnya other factor, yakni adanya perubahan-perubahan
teknologi, seperti
munculnya mekanisasi
pertanian yang
bias menyebabkan berkurangnya permintaan tenaga kerja untuk pertanian. Hal
ini memaksa buruh tani untuk pindah ke tempat atau pekerjaan lain. Selain itu juga karena adanya perubahan pasar, faktor agama, politik dan faktor
pribadi. Sedangkan menurut Sumaryanto dan Halim 1989 dalam Refiani 2006,
arus dan volume migrasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat daya tarik pull atau daya dorong push. Daya tarik dapat berupa produktivitas kerja yang
lebih tinggi di daerah tujuan atau fasilitas lain yang memungkinkan individu itu
memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sedangkan daya dorong pada umumnya berupa suatu set peubah yang menyebabkan individu itu merasa sulit
memperbaiki taraf hidupnya di tempat asal. Sebagai contoh, pemilikan aset yang rendah, kesempatan kerja yang sempit, produktivitas kerja di tempat asal yang
rendah, dan lain-lain. Perbedaan tingkat gerak penduduk di desa-desa berkaitan dengan ketimpangan sosial dan regional.
Rhoda 1980 dalam Anitawati dan Chairil 1986 menyatakan bahwa faktor-faktor pendorong dan penarik mempunyai hubungan yang sangat erat,
dimana orang yang terdorong untuk bermigrasi juga tertarik oleh harapan untuk menemukan sesuatu yang lebih baik di tempat tujuan. Perolehan lowongan
pekerjaan bagi migran di daerah tujuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain faktor
individu seperti
tenaga kerja,
pendidikan, keterampilankeahlian non pertanian dan umur, serta faktor informasi. Informasi
pekerjaan dapat bersumber antara lain dari teman dan saudara. Munir 1981 mengelompokkan faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan migrasi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong misalnya:
1. Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas
barang-barang tertentu yang bahan bakunya masih sulit diperoleh seperti hasil tambang, kayu dan bahan dari hasil pertanian.
2. Menyempitnya lapangan kerja di daerah asal misalnya pedesaan akibat
masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin capital intensive. 3.
Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, dan suku di daerah asal
4. Tidak cocok lagi dengan adat, budaya dan kepercayaan di tempat asal.
5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa
mengembangkan karir pribadi. 6.
Bencana alam baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
Sementara faktor-faktor penarik antara lain: 1.
Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan kerja.
2. Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
3. Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.
4. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya
iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya. 5.
Tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung. 6.
Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik orang-orang dari desa atau kota kecil.
Mantra 1994 berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi
antar daerah. Todaro dan Smith 2004 menyebut motif utama tersebut sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional. Faktor yang memengaruhi untuk
melakukan migrasi ke perkotaan karena adanya dua harapan, yaitu harapan untuk memperoleh pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada
yang diperoleh di pedesaan.
Menurut Todaro 2004 karakteristik yang penting dari para migran pada dasarnya dibagi dalam tiga kategori umum, yaitu demografis, pendidikan dan
ekonomi. 1.
Karakteristik demografis. Para migran di kota negara-negara berkembang umumnya terdiri dari pemuda yang berumur antara 15 sampai 24 tahun.
2. Karakteristik pendidikan. Tampaknya ada asosiasi yang jelas antara
tingkat pendidikan dengan kecenderungan untuk bermigrasi, yaitu mereka yang berpendidikan lebih tinggi, lebih banyak melakukan migrasi daripada
yang berpendidikan rendah. 3.
Karakteristik ekonomi. Presentase yang paling besar dari para migran adalah mereka yang miskin, tidak punya sawah atau tanah, orang yang
tidak punya keterampilan dan sudah tidak ada kesempatan lagi untuk bekerja di tempat asal.
Greenwood 1975 mengemukakan beberapa variabelfaktor yang menentukan seseorang untuk bermigrasi, yaitu:
1. Jarak dan biaya langsung perpindahan. Migrasi akan menurun dengan
semakin jauhnya jarak, karena jarak dapat berfungsi sebagai pencerminan dari biaya transportasi dan biaya perjalanan.
2. Pendapatan. Migran potensial akan memilih lokasi dimana nilai nyata dari
manfaat bersih yang diharapkan adalah terbesar, artinya seseorang akan melakukan migrasi bila pendapatan bersih di daerah tujuan lebih besar
daripada di daerah asal. 3.
Informasi. Informasi yang tersedia mengenai daerah alternatif memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan dari kaum migran untuk
menentukan daerah tujuan. Umumnya orang akan cenderung menuju tempat dimana ia telah mengetahui informasi mengenai daerah tersebut
dari pada daerah yang mereka tidak ketahui atau hanya sedikit informasi yang tersedia.
4. Karakteristik migran dan keputusan bermigrasi. Karakteristik yang
menentukan dalam keputusan melakukan migrasi adalah umur dan tingkat pendidikan. Peluang melakukan migrasi pada angkatan kerja menurun
seiring dengan meningkatnya umur. Semakin tinggi pendidikan akan memperbesar peluang seseorang untuk melakukan migrasi, sebab dengan
semakin tinggi pendidikan, maka informasi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan juga besar.
Migrasi dari
pedesaan ke
perkotaan mencerminkan
adanya ketidakseimbangan antara pedesaan dan perkotaan. Kebutuhan hidup yang terus
meningkat menuntut setiap orang terutama para kepala keluarga untuk mencari penghasilan yang lebih besar. Jika di daerah tempat tinggal dianggap tidak dapat
menyediakan lapangan pekerjaan yang mempunyai penghasilan yang layak maka mereka akan lebih memilih untuk bermigrasi. Pilihan ini merupakan pilihan
terbaik mereka, meskipun belum pasti apakah mereka akan mendapatkan pekerjaan atau tidak di tempat tujuan.
Mantra 1994 mengemukakan beberapa faktor yang memengaruhi arah dan arus migrasi penduduk di Indonesia, diantaranya adalah:
1. Pasang surutnya pembangunan di provinsi tujuan.
2. Tersedianya pasaran kerja.
3. Letaknya yang berdekatan.
4. Merupakan daerah penerimaan transmigrasi.
Wilayah perkotaan dengan proses pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan fasilitas yang lengkap mendorong setiap orang terutama pengangguran
untuk mengadu nasib. Arus masuk migrasi akan semakin banyak dalam waktu yang relatif cepat. Migrasi masuk ke kota termasuk kota Jakarta sangat erat
kaitannya dengan kebijakan pembangunan yang bersifat bias kota urban bias. Pembangunan di DKI Jakarta yang memiliki peran dan fungsi sebagai pusat
kegiatan ekonomi, telah menarik penduduk desa untuk datang ke kota ini dalam upaya mendapatkan kesempatan kerja atau usaha, lebih-lebih ketika lapangan
pekerjaan di desa sangat terbatas. Fenomena ini sejalan dengan teori Todaro 2004 yang menjelaskan terjadinya perpindahan penduduk disebabkan oleh
tingginya upah atau pendapatan yang dapat diperoleh di daerah tujuan. Kesenjangan upah atau pendapatan yang besar antara desa dan kota mendorong
penduduk desa untuk datang ke kota.
2.3. Migrasi Sebagai Investasi Sumber Daya Manusia