5
Petani HR Pilihan
kerjasama dalam penjualan kayu
Koperasi Tengkulak
Analisis Teori Akses Ribbot
dan Peluso Analisis Biaya
Transaksi Pasar kayu bersertifikat
Pasar kayu non-sertifikat
Akses yang diperoleh petani dalam upaya
optimalisasi nilai lahankayu.
Keuntungan Riil hasil penjualan
kayu Premium
Price Harga Pasar
Kapasitas Bisnis Bargaining Position
Mekanisme penjualan kayu
Beban biaya administrasi
Biaya transaksi yang muncul dari pilihan
kerja sama.
1.5 Kerangka Pemikiran
Proses pengelolaan dan pengusahaan hutan rakyat yang melibatkan berbagai pihak mengharuskan adanya analisis yang komprehensif. Petani memiliki dua
pilihan bekerja sama dalam penjualan kayu, yaitu koperasi dan tengkulak. Setiap pilihan tersebut memiliki implikasi yang berbeda. Implikasi yang mungkin terjadi
akan menyentuh pada konteks upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga. Masyarakat desa pada umumnya lebih memilih untuk menanam tanaman
pangan dan buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tanaman kayu menjadi prioritas terakhir karena merupakan manifestasi dari tabungan. Maka dari
itu pada dasarnya pilihan kerja sama penjualan kayu milik petani harus dilakukan dengan mempertimbangkan faktor kehati-hatian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan teori akses dan biaya transaksi. Analisis akses digunakan untuk mengukur perubahan-perubahan kapasitas petani
hutan rakyat jika bergabung dengan koperasi. Perubahan tersebut berusaha menggambarkan manfaat dan korbanan petani. Biaya transaksi menggambarkan
besaran korbanan yang harus ditanggung petani dalam melakukan transaksi kerja sama penjualan kayu. Sedangkan akses merupakan bentuk manfaat yang diperoleh
dari pilihan kerja sama. Karakteristik petani yang subsisten akan mempengaruhi pola pengambilan keputusan dalam menjalin relasi pemasaran. Nilai kepuasan
yang dicari oleh petani dalam menjual kayu bersifat subjektif. Adanya keterbatasan terhadap faktor-faktor produksi membuat petani lebih cenderung
menghindari resiko kerugian Milner 1994.
Gambar 1.2 Implikasi pilihan kerjasama penjualan kayu oleh petani.
6
Pendekatan biaya transaksi digunakan untuk melihat perbandingan antara hasil penjualan kayu yang di terima petani dengan beban biaya transaksi yang
harus dikeluarkan dalam proses kerjasama penjualan kayu. Kedua pendekatan tersebut akan menghasilkan gambaran perbandingan manfaat dan kerugian yang
diperoleh petani dalam pengusahaan hutan rakyat. Pendekatan yang komprehensif tersebut akan menjelaskan hubungan antara berbagai pihak yang terlibat dalam
pengelolaan sumberdaya. Kadar pengetahuan dan informasi yang berbeda-beda akan membentuk sebuah pola relasi kekuasaan power dalam sebuah skema
transaksi Williamson 1985
.
2 METODOLOGI
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Koperasi Wana Lestari Menoreh KWLM di Kabupaten Kulon Progo dan Koperasi Wana Manunggal Lestari di Kabupaten
Gunung Kidul, keduanya terletak di Propinsi D.I Yogyakarta. Pemilihan lokasi penelitian yang dilakukan secara purposive karena terkait dengan jenis sertifikasi
hutan rakyat yang diperoleh. Pemilihan lokasi terkait dengan upaya untuk melihat dinamika dua koperasi yang memiliki jenis sertifikat berbeda dalam satu
karakteristik petani yang relatif sama. KWLM memiliki sertifikasi dari Forest Stewardship Council
FSC sedangkan KWML memiliki sertifikasi PHBML – LEI dari Lembaga Ekolabel Indonesia LEI. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Mei – Juni 2014.
2.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Metode kualitatif digunakan untuk menggali informasi terkait fenomena akar
permasalahan. Dalam aspek kualitatif kemudian digunakan metode Triangulasi sebagai metode validasi data. Metode ini adalah teknik pengumpulan data dengan
menggabungkan tiga sumber data Sugiyono 2008. Data tersebut diperoleh melalui pengamatan secara langsung di lapangan observasi, melakukan
wawancara wawancara mendalam dan Focus Goup Discussion, penelusuran dokumenlaporan dari stakeholders terkait, dan telaah hasil penelitian literatur
yang telah dilakukan sebelumnya. Jumlah contoh yang akan diambil sebagai sumber informasi tidak dibatasi dengan jumlah tertentu, namun lebih ditentukan
oleh dinamika informasi yang diperoleh. Apabila dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi, maka pengumpulan informasi
tersebut sudah cukup Bungin 2006. Selain itu juga dilakukan validasi data melalui studi literatur dari hasil penelitian yang sejenis yang telah dilakukan
sebelumnya. Pendekatan dalam pengambilan data terdiri dari pendekatan aktor dan
pendekatan kelembagaan dalam usaha hutan rakyat. Kedua pendekatan tersebut digunakan agar memperoleh gambaran yang lebih dalam Apter 1978.
Wawancara dilakukan secara purposive dengan informan yang secara langsung terlibat dalam pengusahaan hutan rakyat, yang terdiri dari:
7
1. Pengurus Koperasi,
2. Anggota koperasi petani hutan rakyat,
3. Pengepultengkulak,
4. Pembeli industripabrik, dan
5. Lembaga pendamping sertifikasi.
Data sekunder akan dikumpulkan melalui studi literatur dan studi data laporan dari hasil penelitian yang telah ada, dokumen koperasi, dan pihak terkait
lainnya seperti Badan Pusat Statistik BPS setempat, Dinas Kehutanan setempat, Bappeda, dan instansi-instansi yang lain. Tabel 2.1 menjelaskan jenis dan metode
pengumpulan data dalam penelitian ini. Responden yang menjadi tujuan wawancara merupakan petani anggota koperasi, namun dalam teknis pertanyaan
akan ditanyakan dua jenis pertanyaan. Pertanyaan tersebut akan dikaitkan pada kondisi sebelum dan setelah menjadi anggota koperasi. Metode pengumpulan data
pada dasarnya terdiri dari tiga tahap, yaitu observasi lapang, wawancara, dan FGD. Diskusi FGD merupakan tahapan dalam konteks klarifikasi dan konfirmasi
terhadap hasil wawancara dan observasi lapang. Tabel 2.1 Deskripsi data analisis akses dan metode pengumpulannya.
Jenis Akses Deskripsi
Metode Pengumpulan
Teknologi Kemampuan petani dalam mencari dan
menggunakan alat dalam proses pemanenan chainsaw dan truk angkutan,
Observasi lapang dan wawancara
Tenaga Kerja Kemampuan petani untuk mencari tenaga kerja dalam proses pemanenan.
Observasi lapang dan wawancara
Pengetahuan Informasi
Sumber pengetahuaninformasi pengelolaan hutan rakyat, terdiri dari:
Observasi lapang dan wawancara
1. Teknis pengelolaan hutan: Metode penaksiran potensi, standar kualitas kayu
grading bucking dan tata usaha kayu TUK. 2. Pasar dinamika suplai demand dan harga
Permodalan Akses dalam mendapatkan dukungan ekonomi.
Observasi lapang dan wawancara
Tabel 2.2 menjelaskan tentang analisis biaya transaksi. Proses pengumpulan data dalam analisis ini dilakukan dengan metode wawancara terstruktur.
Pengukuran biaya transaksi dilakukan dalam perspektif petani. Wawancara dilakukan kepada petani anggota koperasi yang pernah melakukan transaksi
penjualan kayu kepada koperasi dan tengkulak. Faktor yang menjadi penekanan dalam menghimpun data dan informasi adalah intensitas kegiatan pada setiap
variabel biaya transaksi. Proses pencarian data terbagi menjadi dua jenis variabel data, yaitu biaya yang harus dikeluarkan secara langsung dan biaya ikutan yang
secara tidak langsung harus dikeluarkan oleh petani. Biaya yang harus dikeluarkan secara langsung berupa biaya administrasi yang mana merupakan konsekuensi
dalam bergabung menjadi anggota koperasi. Sedangkan biaya ikutan adalah biaya transportasi dan komunikasi. Biaya tersebut harus dikeluarkan petani secara tidak
langsung untuk menjalani konsekuensi sebagai anggota koperasi. Biaya