Jenis dan Metode Pengumpulan Data

9 menentukan kerja sama penjualan kayu. Analisis akses merupakan pendekatan untuk menelaah manfaat yang diperoleh petani dari adanya koperasi. Manfaat tersebut berupa akses yang dapat dimanfaatkan petani dalam rangka memaksimalkan nilai lahan dan kayu. Tabel 2.3 merinci pada pendekatan teori, tujuan analisis, dan metodologi yang digunakan untuk mengetahui pola hubungan dan fenomena yang terjadi. Tabel 2.3 Pendekatan teori, tujuan analisis penelitian, dan metodologi penelitian. Pendekatan Teori Tujuan analisis Metodologi Teori akses Ribot dan Peluso 2003 Melihat sejauh mana akses yang dapat dimanfaatkan petani untuk me- maksimalkan nilai lahan dan kayu. Pemanfaatan akses tersebut menjadi sebuah kesatuan dalam pengelolaan sumberdaya dalam suatu bundle of power. Kategorisasi hasil wa- wancara responden ke dalam Teori Akses. Maneggunakan skala pengukuran Guttman. Teori biaya transaksi Williamson 1985; Abdullah et all 1998; Furubotn dan Richter 2005; Pavola dan Adger 2005 Adanya persyaratan sertifikasi untuk berkelompok organisasilembaga, maka akan memperpanjang rantai pengambilan keputusan untuk tataran individu petani hutan rakyat. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk biaya transaksi yang muncul akibat sertifikasi kayu. Analisis hasil wawanca- ra dan observasi kepada petani hutan. Sasaran dalam analisis ini ter- pisah dari sasaran ana- lisis akses power. Analisis data kemudian dilakukan dalam dua tahap Gambar 2.1, yang pertama adalah analisis informasi dalam konteks akses dan biaya transaksi dan tahap kedua adalah sintesa hasil analisis akses dan biaya transaksi untuk meng- gambarkan perubahan kapasitas dan pengetahuan petani dalam menjalankan bisnis hutan rakyat. Kapasitas bisnis hutan rakyat tersebut diukur untuk melihat sejauh mana pengetahuan dan informasi yang diberikan koperasi mampu memaksimalkan keuntungan yang diperoleh petani. Keuntungan petani dari hasil penjualan kayu ditentukan oleh sistem penjualan penaksiran potensi dan satuan penjualan kayu. Penelaahan dilakukan dengan membandingkan sistem penjualan kayu sebelum ada koperasi dan pasca kehadiran koperasi. Analisis akses akan menggambarkan potensi pilihan-pilihan yang dimiliki oleh petani dalam pengelolaan hutan. Hasil analisis akses tersebut dikaitkan dalam konteks bentuk kepemilikan kekuasaan dan jaringan petani dalam pengelolaan hutan. Definisi kekuasaan tersebut merupakan definisi dalam konteks pengetahuan dan informasi knowledge, yaitu kekuasaan yang bukan hanya dalam artian legal, namun lebih kepada kepemilikian faktor-faktor yang mampu memberikan sebuah kekuasaan dari sebuah akses terhadap metodepengelolaan sumberdaya alam. Faktor tersebut selalu identik dengan tingkat pengetahuan dan informasi Foucault 1980. Yang mana pengetahuan ini merupakan akumulasi dari akses. Semakin banyak pilihan yang dimiliki, maka semakin kuat kemampuan petani dalam memaksimalkan nilai sumberdaya Ostrom 1990. 10 Gambar 2.1 Tahapan analisis data.

2.3.1 Analisis kapasitas akses petani

Faktor yang menentukan dalam analisis ini menitikberatkan kepada seberapa jauh akses yang dimiliki dan yang dapat dimanfaatkan oleh petani dalam upaya memaksimalkan nilai dari sumberdaya yang dimiliki. Akses yang dapat dimanfaatkan oleh petani akan berhubungan dengan pihak-pihak yang memiliki penguasaan terhadap pengelolaan sumberdaya hutan rakyat. Maka dari itu analisis kapasitas akses petani dilakukan dengan terlebih dahulu memetakan penguasaan setiap aktor terhadap faktor-faktor produksi dalam bisnis hutan rakyat. Pengukuran kapasitas akses petani dilakukan melalui tujuh poin akses dalam Theory of Access oleh Ribot and Peluso 2003: 1. Akses terhadap teknologi. Akses terhadap teknologi menjadi sebuah instrument yang kuat untuk menguasai suatu sumberdaya. Penggunaan teknologi dapat diartikan sebagai sebuah bahasa yang menyatakan penguasaan seseorang terhadap teknologi. 2. Akses terhadap kapital. Adanya akses terhadap kapital modal akan menentukan pihak yang dapat memanfaatkan sumberdaya dengan cara mempertahankannya. Akses terhadap kapital dapat diartikan sebagai sebuah akses menuju kesejahteraan dalam konteks finansial dan peralatan. Akses ini dapat digunakan untuk mengontrol suatu hak terhadap sumberdaya, baik itu • Analisis karakteristik akses petani dalam pengelolaan dan pengusahaan hutan rakyat. Melihat perubahan-perubahan yang terjadi setelah berdirinya koperasi. Perubahan tersebut dalam konteks kapasitas bisnis petani hutan rakyat posisi tawar dan sistem penjualan kayu. Analisis Akses • Analisis biayakorbanan dan manfaat yang diterima oleh petani, baik dengan koperasi maupun tengkulak. •Information searching, decision making coordination, dan enforcing cost Analisis Biaya Transaksi • Analisis posisi tawar kekuatanpower petani dalam memaksimalkan nilai lahan dan kayu. • Akses + Biaya transaksi costbenefit = pertimbangan pengambilan keputusan. Decision making process Keterangan:  : Tahap pertama  : Tahap kedua 11 hak kepemilikan maupun untuk intervensi kepada pihak yang mengendalikan sumberdaya tersebut. Dalam konteks pengelola UMHR, kapabilitas pengurus koperasi SDM dilihat dari kemampuan para pengurus dalam mengelola pemanenan dan pengiriman kayu serta mekanisme lain dalam rangka memenuhi demand. 3. Akses terhadap pasar. Akses terhadap pasar akan mempengaruhi perilaku suatu pihak dalam hal penguasaan suatu sumberdaya. Kemampuan suatu pihak dalam memasarkan produk menjadi bargain dalam pemanfaatan suatu sumberdaya. Kemampuan ini termasuk didalamnya adalah akses terhadap capital, seperti peralatan, kredit, fasilitasi aktor di dalam pasar dan aktor lain terkait dalam pemasaran. 4. Akses terhadap buruh. Kepemilikan akses terhadap tenaga kerja akan menentukan manajemen dari suatu sumberdaya. Pihak-pihak yang memiliki kontrol terhadap tenaga kerja mempunyai kekuatan terkait distribusi penyediaan tenaga kerja, sehingga pihak ini mempunyai bargain yang kuat dalam produksi. Pihak yang memiliki akses terhadap tenaga kerja akan berelasi secara kuat dengan pihak yang menguasai sumberdaya. 5. Akses terhadap pengetahuan. Untuk sumberdaya tertentu, akses akan ditentukan lebih dari sekedar faktor ekonomi atau normatif dalam konteks pemenuhan kebutuhan subsisten petani, tetapi lebih ditentukan kepada faktor sosial, politik, dan budaya. Penguasaan terhadap pengetahuan dan informasi memiliki manfaat langsung terhadap sumberdaya, seperti keistimewaan suatu pihak dalam ketenagakerjaan, jaringan antar pihak, atau akses secara fisik. Status seseorang sebagai tenaga ahli memberikan kesempatan untuk memanipulasi kepercayaan pihak lain terkait pemanfaatan sumberdaya. 6. Akses terhadap kewenangan. Akses ini merupakan suatu bentuk kemampuan dari individu untuk menggunakan kekuatannya dalam konteks legal terhadap sumberdaya. Memiliki akses terhadap kewenangan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah jaring-jaring kekuasaan guna memperoleh manfaat dari sumberdaya. Pihak yang memiliki kewenangan tersebut pada dasarnya memiliki kunci utama dalam mekanisme pengendalian penguasaan sumberdaya. 7. Akses melalui identitas status sosial. Hal ini mempengaruhi distribusi manfaat dari suatu sumberdaya. Akses terhadap sumberdaya biasanya dimediasi oleh indentitas sosial dari sebuah komunitas, termasuk didalamnya umur, gender, etnis, agama, status, profesi, tempat kelahiran, tingkat pendidikan atau atribut lain yang merupakan identitas sosial. Identitas sosial akan menjadi instrumen yang sangat menentukan dalam membangun sebuah relasi sosial dalam rangka pemanfaatan sumberdaya. Pengambilan data di lapangan tidak menggunakan keseluruhan poin akses, namun menggunakan penyesuaian terhadap masing-masing poin. Variabel akses akan diukur menggunakan parameter dan indikator dengan memperhatikan relevansi antara poin teori akses dan kondisi serta karakteristik petani di lapangan. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan kondisi akses yang dimiliki petani sebelum dan setelah bergabung dengan koperasi. Hasil wawancara dan FGD akan dikelompokan dalam tabel matrikulasi karakteristik akses Tabel 2.4.

Dokumen yang terkait

Model pengembangan pembelajaran petani dalam pengelolaan hutan rakyat lestari (Kasus di kabupaten Gunung Kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan kabupaten Wonogiri, provinsi Jawa Tengah)

0 4 2

Model pengembangan pembelajaran petani dalam pengelolaan hutan rakyat lestari (Kasus di kabupaten Gunung Kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan kabupaten Wonogiri, provinsi Jawa Tengah)

0 3 499

Potensi Serapan Karbon di Hutan Rakyat Desa Dlingo Daerah Istimewa Yogyakarta

1 8 140

PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 3 12

SERTIFIKASI HUTAN RAKYAT (Studi Evaluasi Dampak Sertifikasi Hutan Rakyat Terhadap Petani Hutan Rakyat di Kelurahan Selopuro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah).

0 0 20

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta UU NO 13 2012

0 0 23

LPSE Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

0 0 6

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 9KSPVII2012 NOMOR : 36KDPRD2012

0 7 390

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 8KSPVII2012 NOMOR : 35KDPRD2012

0 0 61

Prosedur Sertifikasi Benih di BPSBP (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - UNS Institutional Repository

0 0 14