Biaya Produksi Pucuk Teh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Pendapatan Pucuk Teh

Pendapatan pucuk teh yang dianalisis adalah mulai bulan Juli tahun 2006 hingga bulan Desember tahun 2007 karena pada bulan Juli tahun 2006 perusahaan baru mulai menjual teh dalam bentuk pucuk basah. Pendapatan pucuk teh merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan pucuk teh. Setelah diketahui jumlah pendapatan pucuk tehnya, kemudian peneliti melakukan perhitungan marjin keamanan margin of safety untuk mengetahui sejauh mana tingkat penjualan boleh turun sebelum perusahaan mengalami kerugian.

5.1.1. Biaya Produksi Pucuk Teh

Biaya produksi pucuk teh terdiri dari biaya tetap fixed cost, biaya tidak tetap variable cost, dan total biaya produksi total cost. 1. Biaya Tetap fixed cost Biaya tetap merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang dihasilkan di atas lahan biaya ini harus dibayar apakah menghasilkan sesuatu atau tidak. Berdasarkan penelitian Hartono 2002; 46, biaya tenaga kerja tetap merupakan komponen dari biaya tetap. Komponen biaya tetap dalam penelitian ini adalah biaya tenaga kerja bulanan tenaga kerja tetap. Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini adalah milik pemerintah, sehingga penggunaan tanah yang dimiliki tidak dikenakan biaya pajak tanah ataupun sewa tanah. Pada Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini juga tidak terdapat biaya penyusutan karena biaya penyusutan dikeluarkan dan diolah oleh perusahaan pusat di Gambung. Tabel 7 di bawah ini merupakan pengeluaran biaya tetap pucuk teh pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007. Tabel 7. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 2006 2007 Komponen Biaya Tetap Jumlah Rp Rata-rata bulan Rp Jumlah Rp Rata-rata bulan Rp Tenaga kerja bulanan 50.323.572 8.387.262 128.470.083 10.705.840,25 Total Biaya Tetap 50.323.572 8.387.262 128.470.083 10.705.840,25 Sumber: Laporan Manajemen Bulanan Keuangan dan Umum PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge diolah, 2006-2007 Jumlah tenaga kerja bulanan tahun 2006 yang berhubungan dengan proses budidaya teh ini terdapat 11 orang tenaga kerja bulanan, sehingga hanya 11 orang tersebut yang dimasukkan ke dalam perhitungan biaya tetap ini. Total biaya tenaga kerja bulanan yang dikeluarkan oleh perusahaan pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 50.323.572,- dengan biaya rata- rata per bulan sebesar Rp 8.387.262,-. Total biaya tetap per bulannya dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan total biaya tenaga kerja bulanan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 128.470.083,- dengan biaya rata-rata per bulannya yaitu sebesar Rp 10.705.840,25,-. Rata-rata gaji tenaga kerja bulanan pada tahun 2007 mengalami kenaikan, penetapan kenaikan gaji ini ditetapkan atas dasar kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan pusat. Total biaya tetap per bulannya dapat dilihat pada Lampiran 3. 40 2. Biaya Tidak Tetap variable cost Biaya tidak tetap merupakan biaya yang secara langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang diusahakan dan input variabel yang dipakai. Sesuai dengan penjelasan dalam Hernanto 1991; 179 mengenai penggolongan biaya, yang termasuk kedalam biaya tidak tetap dalam penelitian ini antara lain biaya tenaga kerja harian, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya peralatan, biaya pengangkutan, dan biaya lain-lain. Sumber dana untuk setiap penggunaan komponen dalam produksi pucuk teh yang digunakan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge berasal dari perusahaan pusat di Gambung. Sedangkan untuk bibit, perusahaan tidak mengeluarkan biaya karena bibit yang digunakan berasal dari pohon induk teh yang ada di kebun. Komponen dan biaya tidak tetap pucuk teh disajikan pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 2006 No. Komponen Biaya Tidak Tetap Jumlah Rp Rata-ratabulan Rp 1 Tenaga kerja harian 210.644.899 35.107.483,17 89,19 2 Pupuk 187.575 31.262,50 0,08 3 Pestisida 12.640.173 2.106.695,50 5,35 4 Peralatan 2.947.750 491.291,67 1,25 5 Pengangkutan 9.405.276 1.567.546 3,98 6 Lain-lain 350.000 58.333,33 0,15 Total Biaya Tidak Tetap 236.175.673 39.362.612,17 100 Sumber: Laporan Manajemen Bulanan Keuangan dan Umum PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge diolah, 2006 41 Berdasarkan Tabel 8 di atas, biaya tenaga kerja harian yang dikeluarkan oleh perusahaan pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 210.644.899,- atau 89,19 dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 35.107.483,17,-. Tenaga kerja harian ini berasal dari bagian pembibitan dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan PTBM, pemeliharaan kebun induk, pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM, serta pemetikan. Dari beberapa bagian tersebut, pemetikan mempunyai jumlah pengeluaran yang paling besar yaitu sebesar Rp 150.786.935,- atau 71,58 dari total biaya tenaga kerja harian dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya Rp 25.131.155,83,- seperti yang terlihat pada Lampiran 6. Besarnya pengeluaran tersebut sesuai dengan penjelasan dalam Ghani 2002; 71 yang menyebutkan bahwa dalam budidaya teh, tenaga kerja pemetikan menyerap biaya yang paling banyak begitupun dengan jumlah tenaga kerjanya. Jumlah tenaga kerja pemetikan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge adalah 58 orang atau 74.35 dari total tenaga kerja perkebunan sebanyak 78 orang. Rata-rata standar upah pemetikan tahun 2006 untuk tenaga kerja harian tetap adalah Rp 434,096,- dan untuk tenaga kerja harian musiman sebesar Rp 378,750,-. Pada pupuk, biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 187.575,- atau 0,08 dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 31.262,50,-. Pengeluaran biaya pupuk ini digunakan untuk bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM. Pemupukan yang diberikan melalui tanah sudah diberikan pada bulan April, dan bulan Mei semester awal tahun 2006 dan dilakukan sebanyak dua kali. Pemupukan tanah pada bulan Januari dan 42 bulan Juli yang digunakan berasal dari sisa dana yang ada. Pengeluaran biaya pupuk tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8. Kecilnya biaya pupuk yang dikeluarkan perusahaan dikarenakan tidak adanya biaya untuk pemupukan tanah pada bulan Juli sampai bulan Desember semester dua, sedangkan idealnya pupuk diberikan sebanyak empat kali aplikasi. Selain tidak ada dana pemupukan, karena pada bulan Juli sudah memasuki musim kemarau, maka perusahaan menggunakan pupuk daun yang diberikan untuk blok-blok tanaman tertentu saja agar lebih ekonomis. Dalam Ghani 2002; 60 dijelaskan, pupuk daun ekonomis digunakan sebagai pengganti apabila tidak memungkinkan diberi pupuk melalui tanah. Pengeluaran perusahaan untuk pestisida adalah sebesar Rp 12.640.173,- atau 5,35 dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 2.106.695,50,-. Pestisida ini digunakan untuk pembibitan, pemeliharaan kebun induk, dan pemeliharaan tanaman menghasilkan. Pengaplikasian pestisida banyak digunakan pada bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM yaitu sebesar Rp 11.876.739,- dengan biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 1.979.456,50,-. Adimulya 2006; 32 menjelaskan, serangan hama terhadap tanaman akan meningkat pada musim kemarau karena angin membantu penyebaran hama. Sedangkan penyakit akan menyerang tanaman pada musim hujan karena ketika musim hujan, maka kelembaban akan meningkat sehingga memicu pertumbuhan jamur yang menimbulkan penyakit. Pada Lampiran 10 terlihat di bulan Juli sampai bulan September pembelian pestisida untuk pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM lebih besar dibandingkan 43 dengan bulan Oktober sampai bulan Desember, hal tersebut dikarenakan musim kemarau sehingga menyebabkan serangan hama yang lebih banyak dari bulan- bulan sebelumnya. Biaya peralatan yang dikeluarkan pada bulan juli sampai bulan Desember tahun 2006 dalam penelitian ini terdiri dari plastik sungkup, paku, bambu, kawat, tali rapia, plastik polibag, bilik carang, waring, sarung tangan, dan buku untuk pencatatan. Jumlah biaya peralatan yang dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp 2.947.750,- atau 1,25 dengan biaya rata-rata per bulannya Rp 491.291,67,-. Pada bulan Agustus perusahaan banyak mengeluarkan biaya untuk pembelanjaan peralatan keperluan pembibitan. Biaya peralatan yang dikeluarkan dapat dilihat pada Lampiran 12. Di samping itu, biaya pengangkutan yang dikeluarkan perusahaan adalah RP 9.405.276,- atau 3,98 dengan jumlah biaya rata-rata per bulan yaitu Rp 1.567.546,-. Biaya pengangkutan dikeluarkan untuk pengangkutan pucuk teh dari kebun ke pabrik. Komponen yang termasuk kedalam biaya pengangkutan di penelitian ini adalah biaya upah pengemudi, bahan bakar, dan biaya pemeliharaan kendaraan. Pada bulan Desember biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah pengeluaran yang paling besar yaitu sebesar Rp 2.570.874,-. Hal ini dikarenakan besarnya biaya untuk pemeliharaan truk sebesar Rp 1.331.667,-. Secara lebih rinci, biaya pengangkutan dapat dilihat pada Lampiran 14. Sedangkan jumlah biaya lain-lain dalam penelitian ini adalah sebesar Rp 350.000,- atau 0,15 dengan jumlah biaya rata-rata per bulan sebesar 44 Rp 58.333,33,-. Biaya lain-lain yang dikeluarkan merupakan biaya dari bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM. Komponen dan biaya tidak tetap pucuk teh bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007 terdiri dari biaya tenaga kerja harian, pupuk, pestisida, peralatan, pengangkutan, dan biaya lain-lain sesuai pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Bulan Januari-Desember Tahun 2007 2007 No. Komponen Biaya Tidak Tetap Jumlah Rp Rata-ratabulan Rp 1 Tenaga kerja harian 487.346.537 40.612.211,42 84,12 2 Pupuk 25.033.242 2.086.103,50 4,32 3 Pestisida 38.064.520 3.172.043,33 6,57 4 Peralatan 1.883.682 156.973,50 0,33 5 Pengangkutan 25.131.023 2.094.251,92 4,34 6 Lain-lain 1.872.975 156.081,25 0,32 Total Biaya Tidak Tetap 579.331.979 48.277.664,92 100 Sumber: Laporan Manajemen Bulanan Keuangan dan Umum PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge diolah, 2007 Berdasarkan Tabel 9 di atas, pada tahun 2007 biaya tenaga kerja harian yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 487.346.537,- atau 84,12 dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya adalah sebesar Rp 40.612.211,42,-. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tersebut adalah untuk bagian pembibitan dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan PTBM, pemeliharaan kebun induk, pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM, serta bagian pemetikan. Sama seperti dengan tahun 2006, pada tahun 2007 ini komponen biaya tenaga kerja harian bagian pemetikan memiliki jumlah pengeluaran yang paling besar yaitu Rp 353.938.959,- atau 72,62 dari total 45 biaya tenaga kerja hariannya dengan biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 29.494.913,25,-. Pada tahun 2007, rata-rata standar upah pemetikan untuk tenaga kerja harian tetap mengalami kenaikan menjadi Rp 620.758,- dan upah tenaga kerja harian musiman menjadi Rp 570.750,-. Penetapan kenaikan standar upah ini ditetapkan atas dasar kebijakan perusahaan pusat. Jumlah tenaga kerja bagian pemetikan pada tahun 2007 berkurang menjadi 55 orang atau 76,38 dari total tenaga kerja di perkebunan sebanyak 72 orang. Persentase jumlah tenaga kerja pemetikan tahun 2007 mengalami kenaikan karena diikuti dengan berkurangnya tenaga kerja perkebunan dari bagian pembibitan menjadi tiga orang dan bagian pemeliharaan menjadi 14 orang. Bila dibandingkan dengan tahun 2006 selama satu tahun, berkurangnya jumlah tenaga kerja pemetikan tahun 2007 menyebabkan biaya tenaga kerja pemetikan yang dikeluarkan menjadi berkurang juga. Biaya dari komponen tenaga kerja harian ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Total pengeluaran biaya pupuk tahun 2007 sebesar Rp 25.033.242,- atau 4,32 dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulan sebesar Rp 2.086.103,50,-. Biaya pupuk tersebut digunakan pada pemeliharaan kebun induk dan paling banyak digunakan pada tanaman menghasilkan PTM. Penggunaan pupuk yang diberikan melalui tanah pada bulan Maret merupakan pengeluaran yang paling besar, pupuk tersebut merupakan gabungan dua aplikasi pemupukan dengan bulan sebelumnya. Pemupukan urea pada bulan Oktober yang diberikan untuk tanaman menghasilkan berasal dari sisa dana yang ada saja. Sama seperti dengan bulan Juli sampai bulan Desember semester dua tahun 2006, pada bagian tanaman menghasilkan tidak diberikan pupuk tanah dikarenakan tidak 46 adanya dana untuk membeli pupuk sehingga perusahaan menggunakan pupuk daun untuk blok-blok tanaman tertentu saja. Biaya pupuk daun bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM pada tahun 2007 lebih besar dari tahun 2006, karena harga pupuk daun tahun 2007 mengalami kenaikan. Biaya pupuk tahun 2007 dapat dilihat di Lampiran 9. Di samping itu, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pembelian pestisida adalah sebesar Rp 38.064.520,- atau 6,57 dari total biaya tidak tetap dengan biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 3.172.043,33,-. Biaya pestisida yang dikeluarkan untuk bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM mulai bulan Oktober sampai bulan Desember lebih besar dibandingkan dengan bulan- bulan sebelumnya, hal ini dikarenakan pada bulan tersebut sudah memasuki musim hujan yang menyebabkan kelembaban meningkat sehingga memicu pertumbuhan jamur yang menimbulkan penyakit dan menyerang tanaman produksi. Pengaplikasian pestisida diterapkan pada pembibitan, pemeliharaan kebun induk dan paling banyak dilakukan pada pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM karena tanaman menghasilkan merupakan tanaman produksi. Rincian pengeluaran biaya pestisida dapat dilihat pada Lampiran 11. Pada tahun 2007 perusahaan mengeluarkan biaya untuk pembelian peralatan seperti plastik sungkup dan polibag yang digunakan di bagian pembibitan. Sedangkan paku, sprayer, alat kompa, sarung tangan, masker, buku pencatatan, dan lain-lain digunakan di bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM. Total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 1.883.682,- atau 0,33 dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya 47 sebesar Rp 156.973,50,-. Pengeluaran biaya peralatan ini digunakan untuk pembibitan dan pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM seperti terlihat pada Lampiran 13. Biaya pengangkutan yang dikeluarkan adalah RP 25.131.023,- atau 4,34 dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya yaitu Rp 2.094.251,92,-. Biaya pengangkutan dikeluarkan untuk pengangkutan pucuk teh dari kebun ke pabrik. Pada bulan Desember biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah pengeluaran yang paling besar yaitu sebesar Rp 4.876.830,-. Hal ini dikarenakan besarnya biaya untuk pemeliharaan truk sebesar Rp 3.365.500,-. Secara lebih rinci, biaya pengangkutan dapat dilihat pada Lampiran 15. Sedangkan biaya lain-lain yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 1.872.975,- atau 0,32 dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata- rata per bulannya Rp 156.081,25,-. Biaya lain-lain yang dikeluarkan pada tahun ini merupakan biaya dari bagian pembibitan, pemeliharaan kebun induk, pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM, dan pemetikan. 3 Total Biaya Produksi total cost Total biaya produksi adalah total biaya tidak tetap ditambah dengan total biaya tetap. Total biaya produksi bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 286.499.245,- dengan jumlah persentase total biaya tetap sebesar 17,57 dan total biaya tidak tetap sebesar 82,43 dari total biaya produksi. Besarnya persentase biaya tidak tetap ini dikarenakan biaya tenaga kerja harian yang besar sebesar 73,52 dari total biaya produksi. Di samping itu, total biaya tidak tetap tahun 2007 memiliki persentase lebih besar yaitu 68,85 48 daripada persentase total biaya tetap sebesar 18,15 . Sama halnya seperti pada tahun 2006, komponen biaya tidak tetap yang memiliki pengeluaran paling besar adalah biaya tenaga kerja harian karena jumlah tenaga kerja yang diserap juga banyak. Di bawah ini merupakan Tabel 10, yaitu tabel total biaya produksi pucuk teh bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007. Tabel 10. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 2006 2007 No. Biaya Produksi Jumlah Rp Jumlah Rp Biaya Tetap 1 - Tenaga kerja bulanan 50.323.572 17,57 128.470.083 18,15 2 Total Biaya Tetap 50.323.572 17,57 128.470.083 18,15 Biaya Tidak Tetap - Tenaga kerja harian 210.644.899 73,52 487.346.537 68,85 - Pupuk 187.575 0,07 25.033.242 3,54 - Pestisida 12.640.173 4,41 38.064.520 5,38 - Peralatan 2.947.750 1,03 1.883.682 0,27 - Pengangkutan 9.405.276 3,28 25.131.023 3,55 3 - Lain-lain 350.000 0,12 1.872.975 0,26 4 Total Biaya Tidak Tetap 236.175.673 82,43 579.331.979 81,85 5 Total Biaya Produksi 286.499.245 100 707.802.062 100 Bedasarkan hasil perhitungan total biaya produksi dari bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007, diketahui bahwa komponen biaya dari total biaya produksi yang paling besar dikeluarkan oleh perusahaan adalah komponen biaya tenaga kerja, maka 49 dana yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih diutamakan kepada pemenuhan upah tenaga kerja. Seperti yang dijelaskan oleh Ghani 2002; 117 bahwa budidaya teh memiliki karakteristik khas di antaranya padat karya. Dengan demikian kemampuan mengelola tenaga kerja menjadi sangat penting.

5.1.2. Penerimaan Pucuk Teh