Pendapatan Pucuk Teh Analisis Pendapatan Pucuk Teh

5.1.3. Pendapatan Pucuk Teh

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 11.439.155,- dengan jumlah rata-rata pendapatan sebesar Rp 1.906.525,83,-. Terlihat pada Lampiran 20, pada bulan Agustus sampai bulan Oktober jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan mengalami defisit karena pada bulan tersebut hasil produksi pucuk teh yang diperoleh rendah dan biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar daripada hasil penerimaan perusahaan. Jumlah pendapatan di bulan Agustus memiliki nilai defisit yang terkecil yaitu Rp -8.250.264,- dibandingkan bulan September Rp -14.545.204,- dan bulan Oktober Rp -23.129.707,-, karena biaya untuk pembelian pestisida bulan Agustus Rp 2.275.380,- yang diaplikasikan kepada tanaman produksi lebih besar daripada bulan September Rp 2.169.186,- dan bulan Oktober Rp 1.222.903,- sehingga tanaman produksi yang terserang hama dapat lebih banyak terselamatkan. Sedangkan jumlah pendapatan yang memiliki nilai defisit terbesar adalah bulan Oktober, karena hasil produksi yang diperoleh paling rendah dan biaya untuk pembelian pestisida yang diaplikasikan pada tanaman produksi juga paling kecil akibat terbatasnya biaya untuk membeli pestisida. Berikut merupakan Tabel 12, yaitu tabel pendapatan pucuk teh bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007. 52 Tabel 12. Pendapatan Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 2006 2007 No. Uraian Jumlah Rp Jumlah Rp 1 Penerimaan 297,938,400 879,713,900 2 Total Biaya Produksi 286.499.245 707.802.062 3 Jumlah Pendapatan 11,439,155 171,911,838 4 Rata-rata Pendapatanbulan 1,906,525.83 14,325,986.50 Di samping itu, pendapatan pucuk teh yang diperoleh pada tahun 2007 adalah Rp 171.911.838,- dengan jumlah rata-rata pendapatannya adalah sebesar Rp 14.325.986,50,-. Pada lampiran 21 dapat terlihat jumlah pendapatan di bulan Maret sebesar Rp -11.850.124,-, bulan Agustus sebesar Rp -12.331.102,-, bulan September sebesar Rp -34.946.474,-, dan bulan Oktober sebesar Rp -6.206.410,- mengalami defisit. Besarnya total biaya produksi pada bulan Maret dikarenakan pada bulan tersebut perusahaan mengeluarkan biaya yang besar yaitu Rp 77.388.324,- dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya untuk pembelian pupuk yang diaplikasikan pada pemeliharaan tanaman menghasilkan PTM. Jumlah pendapatan perusahaan di bulan September memiliki nilai defisit yang terbesar yaitu Rp -34.946.474,- karena hasil produksi pucuk teh yang diperoleh paling rendah sebanyak 14.693Kg akibat musim kemarau. Namun secara keseluruhan pendapatan perusahaan dapat menutup kerugian pada beberapa bulan tersebut. Seluruh hasil penjualan produk dari setiap kebun percobaan yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina dikelola oleh perusahaan pusat di Gambung, termasuk penjualan pucuk teh dari Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini. Atas 53 dasar hal tersebut, ketika Pusat Penelitian Teh dan Kina mengalami defisit pemasukan maka Kebun Percobaan Pasir Sarongge yang memberikan sumbangan pemasukan besar pun akan ikut terkena dampaknya. Dampak tersebut dapat berupa seperti keterlambatan atau kekurangan dalam pemberian dana sebagai biaya untuk setiap penggunaan komponen dalam produksi pucuk teh dan keterlambatan perusahaan pusat dalam pemberian dana sebagai biaya untuk pembayaran gaji dan upah tenaga kerja.

5.2. Marjin Keamanan Margin of Safety