Tingkat Kerusakan Berdasarkan Pengamatan Visual Kayu

kehilangan bobot berkisar antara 5 sampai dengan 10. Hal ini menunjukkan bahwa jamur S. commune pada kayu mangium tidak cocok digunakan sebagai kontrol dalam uji ketahanan kayu terhadap jamur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mandang dan Pandit 1997 bahwa sifat ketahanan kayu A. mangium termasuk ke dalam kelas awet III.

4.4 Tingkat Kerusakan Berdasarkan Pengamatan Visual Kayu

Pengamatan visual kayu merupakan pengamatan yang dilakukan untuk melihat pengaruh serangan jamur pelapuk S. commune secara kasat mata terhadap contoh uji kayu yang diumpankan selama kurang lebih 90 hari. Secara umum, terlihat bahwa kolonisasi miselium menyebar mulai dari sisi dinding sel kayu menuju ke bagian tengah permukaan kayu, serta semakin menebal dan merata di seluruh permukaan kayu seiring dengan bertambahnya lama inkubasi. Dari pengamatan yang dilakukan, terlihat bahwa contoh uji kayu yang telah diserang oleh jamur pelapuk S. commune mengalami perubahan warna, yaitu menjadi lebih terang cokelat muda atau kemerahan dan rapuh, seperti terlihat pada keempat jenis kayu rakyat yang diujikan berikut ini. Gambar 6, 7,8, dan 9 Sengon arah serat longitudinal dan cross section Sumber foto : Laila F. Gambar 6. Contoh Uji Kayu Sengon arah serat longitudinal dan cross section a. CU kayu sengon sebelum pengumpanan; b. CU kayu sengon setelah pengumapanan yang masih diselimuti oleh jamur; c. CU kayu sengon setelah pengumpanan selama 90 hari berwarna lebih gelap dan lebih lunak dibandingkan dengan sebelum pengumpanan. c. b. a. Karet arah serat longitudinal dan cross section Sumber foto : Laila F. Gambar 7. a. Miselium pada Contoh Uji Kayu Karet arah serat longitudinal mengeluarkan bakal buah; b. Kayu karet cross section yang masih diselimuti jamur; c. Kayu Karet arah cross section setelah pengumpanan selama 90 hari berwarna lebih coklat dan gelap dibandingkan sebelum pengumpanan. Tusam arah serat longitudinal dan section Sumber foto : Laila F. Gambar 8. a. Kayu Tusam sebelum pengumpanan; b. Miselium pada Kayu Tusam arah serat longitudinal; c. Miselium pada Kayu Tusam arah serat cross section; dan d. Kayu tusam arah serat longitudinal setelah pengumpanan selama 90 hari berwarna lebih coklat dan gelap dibandingkan sebelum pengumpanan. c. b. a. b. a. d. c. Mangium arah serat longitudinal dan cross section Gambar 9. a. Contoh Uji Kayu mangium longitudinal sebelum pengumpanan; b. Miselium pada Kayu mangium arah serat cross section; c. Kayu mangium arah serat cross section setelah pengumpanan selama 90 hari berwarna lebih coklat dan gelap dibandingkan sebelum pengumpanan.

4.5 Ketahanan Alami Kayu

Dokumen yang terkait

Uji Potensi Fungi Pelapuk Putih Pada Kayu Karet Lapuk (Hevea brasilliensis Muell. Arg) Sebagai Pendegradasi Lignin

6 108 45

Pemanfaatan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.) sebagai Bahan Pengawet Alami Untuk Mengendalikan Serangan Fungi Schizophyllum commune pada Kayu Karet (Hevea brasiliensis)

2 47 49

Ketahanan Papan Komposit Dari Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Dan Plastik Polipropilen (PP) Terhadap Fungi Pelapuk Kayu(Pycnophorus sanguinius FR dan Schizophyllum commune FR)

2 61 68

Pengaruh Peneresan terhadap Jamur Pelapuk Schizophyllum commune Fr. Pada Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dan Kayu Afrika (Maesopsis emini Engl.)

0 9 59

Pemanfaatan Limbah Cair Industri Cengkeh Hasil Pengolahan Rokok sebagai Penghambat Aktivitas Organisme Perusak Kayu : Rayap Captotermes curvignathus Holmgren dan Jamur Schizophyllum commune Fries

0 10 82

Perubahan Sifat Kimia Kayu Sengon Dan Pinus Oleh Jamur Pelapuk Schizophyllum Commune Dan Ganoderma Appianatum

0 6 8

Jamur tiram sebagai jamur uji keawetan alami kayu karet dan sengon dengan metode standar nasional Indonesia dan standar industri Jepang

0 7 116

Lima Jenis Jamur Pelapuk Kayu Asal Bogor untuk Uji Keawetan Kayu dengan Metode Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7207-2006

0 8 44

Pengujian Ketahanan Alami Kayu Sengon terhadap Jamur Pelapuk Kayu Schizophyllum commune, Pleurotus djamor dan Pleurotus ostreatus dengan Metode JIS K 1571-2004

0 3 39

Standar Nasional Indonesia kayu

0 0 39