Sidik ragam Nilai Rata-rata Kehilangan Bobot Berdasarkan Uji Duncan

empat jenis kayu rakyat, antara lain: kayu sengon, kayu karet, kayu tusam, dan kayu mangium. Keempat jenis kayu rakyat ini memiliki ukuran yang telah terstandarisasi yaitu 5 cm x 2,5 cm x 1,5 cm. Gambar 5. Persentase kehilangan bobot pada pengujian empat jenis kayu rakyat dengan arah serat longitudinal dan cross section oleh jamur pelapuk S. commune dengan metode SNI

4.2 Sidik ragam

Tabel 9. Hasil sidik ragam kehilangan bobot terhadap jenis kayu, arah serat, serta interaksi antara jenis kayu dan arah serat Sumber Keragaman db Jk KT Fhit Jenis kayu 3 3614,52 1204,84 66,87 Arah serat 1 369,63 369,63 20,52 Interaksi 3 1050,72 350,24 19,44 Galaterror 72 Total 79 Keterangan : berbeda nyata pada uji F taraf 0,05 Hasil Analisa Statistik dengan menggunakan sidik ragam pada tabel 9 dengan selang kepercayaan yang digunakan adalah 95, dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan yang nyata antarperlakuan jenis kayu sengon x karet x tusam x mangium, maupun antarperlakuan arah serat longitudinal x cross section, serta 32,18 13,8 8,03 6,28 15,47 11,96 9,33 6,33 5 10 15 20 25 30 35 Sengon Karet Tusam Mangium Pe nur una n Bobot da lam Long Cross interaksi antara perlakuan jenis kayu dan arah serat jenis kayu x arah serat terhadap kehilangan bobot kayu, hal ini ditandai dengan nilai Pr F untuk setiap perlakuan adalah 0,05. Hasil sidik ragam menyatakan bahwa interaksi antara jenis kayu dan arah serat memiliki pengaruh nyata terhadap persentase kehilangan bobot contoh uji pada α = 0,05. Artinya keempat jenis kayu rakyat menghasilkan kehilangan bobot yang berbeda-beda baik menggunakan arah serat longitudinal maupun cross section. Berdasarkan pada grafik 1 juga terlihat bahwa interaksi antara jenis kayu dan arah serat memiliki pengaruh nyata dimana nilai kehilangan bobot pada kayu sengon dan karet, arah serat longitudinal lebih tinggi daripada arah serat cross section. Sedangkan, nilai kehilangan bobot pada kayu tusam dan mangium arah serat longitudinal lebih rendah daripada cross section namun dengan selisih yang lebih kecil.

4.3 Nilai Rata-rata Kehilangan Bobot Berdasarkan Uji Duncan

Tabel 10. Nilai rata-rata kehilangan bobot berdasarkan perbedaan jenis kayu Jenis Kayu Rata-rata Sengon Karet Tusam Mangium Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 Berdasarkan tabel 10 di atas, apabila dilihat dari perbedaan jenis kayu, kayu sengon memiliki nilai rata-rata tertinggi sebesar 23,826. Hasil dari uji Duncan menyatakan bahwa kayu sengon memberikan pengaruh nyata dalam hal ini berbeda nyata dengan kayu karet dengan rata-rata kehilangan bobot sebesar 12,878 serta berbeda nyata dengan kayu tusam dan kayu mangium. Sedangkan kayu tusam dengan rata-rata kehilangan bobot sebesar 8,680 tidak berbeda nyata dengan kayu magium dengan kehilangan bobot sebesar 6,301. Dengan demikian perlakuan dengan jenis kayu sengon dapat digunakan sebagai kayu kontrol dalam pengujian ketahanan kayu terhadap serangan jamur S. commune. Tabel 11. Nilai rata-rata kehilangan bobot berdasarkan perbedaan arah serat kayu Arah Serat Rata-rata Longitudinal Cross section Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 Berdasarkan uji Duncan pada tabel 11 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata kehilangan bobot arah serat longitudinal sebesar 15,0708 berbeda nyata dengan arah serat cross section sebesar 10,7718 . Hal ini sesuai dengan grafik tingkat degradasi rata-rata pada gambar 5 bahwa nilai kehilangan bobot contoh uji kayu sengon dan karet berdasarkan arah serat menunjukkan nilai persentase arah serat longitudinal lebih besar dibandingkan dengan arah serat cross section berbeda nyata. Sedangkan untuk contoh uji kayu tusam dan mangium berdasarkan gambar 5 menunjukkan hal sebaliknya yaitu bahwa nilai persentase arah serat longitudinal lebih kecil dibandingkan dengan arah serat cross section namun dengan selisih yang kecil sehingga dapat diasumsikan tidak berbeda nyata. Dengan demikian perlakuan dengan arah serat longitudinal dapat digunakan sebagai standar pengujian ketahanan kayu terhadap serangan jamur pelapuk S. commune. Tabel 12. Nilai rata-rata kehilangan bobot dari hasil akhir uji Duncan Interaksi Jenis Kayu Arah Serat Rata-rata Sengon Longitudinal Sengon Cross Karet Longitudinal Karet Cross Tusam Longitudinal Tusam Cross Mangium Longitudinal Mangium Cross Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 Pengaruh dari perbedaaan jenis kayu dan arah serat terhadap persentase kehilangan bobot kayu contoh uji menunjukkan bahwa sengon longitudinal memberikan pengaruh yang nyata dalam hal ini berbeda nyata dengan sengon cross dan perlakuan lainnya lihat tabel 12. Pengaruh nyata ini terlihat pada persentase kehilangan bobot sengon longitudinal sebesar 32,177 terhadap sengon cross dengan rata-rata kehilangan bobot sebesar 15,475 . Sementara untuk beberapa perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hal ini seperti pada karet longitudinal dengan persentase kehilangan bobot sebesar 13,801 tidak berbeda nyata dengan sengon cross dengan rata-rata kehilangan bobot sebesar 15,475 . Antara tusam longitudinal dengan rata-rata kehilangan bobot sebesar 8,028 tidak berbeda nyata dengan tusam cross dengan rata-rata kehilangan bobot sebesar 9,331 . Hal yang sama juga terjadi antara mangium longitudinal dengan rata-rata kehilangan bobot sebesar 6,227 tidak berbeda nyata dengan mangium cross dengan rata-rata kehilangan bobot sebesar 6,326 . Sementara itu, pada perlakuan karet cross dengan rata-rata kehilangan bobot sebesar 11,955 tidak berbeda nyata dengan sengon cross 15,475, karet longitudinal 13,801, tusam longitudinal 8,028, tusam cross 9,331. Tabel 13. Perbandingan Kelas Awet Kayu Berdasarkan Literatur dan Hasil Uji Laboratorium Jenis Kayu Kehilangan bobot Kelas Awet penelitian Kelas Awet literatur Long Cross Long Cross Sengon 32,18 15,47 V IV IV-V dan II-IV Karet 13,8 11,96 IV IV V Tusam 8,03 9,33 III III IV Mangium 6,28 6,33 III III III Keterangan: Mandang dan Pandit 1997 Martawijaya et al. 1989 Pandit dan Ramdan 2002 Dari hasil pengujian seperti terlihat pada tabel 13 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kehilangan bobot sengon dengan arah serat longitudinal 32,18 dan arah serat cross section 15,47 . Berdasarkan SNI 01.7207-2006, nilai kehilangan bobot kayu sengon dengan arah serat longitudinal dan cross section termasuk dalam kategori tidak tahan sampai sangat tidak tahan atau masuk dalam kelas awet IV-V dengan persentase kehilangan bobot berkisar antara 10 sampai dengan 30 dan bahkan lebih dari 30. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mandang dan Pandit 1997 bahwa kayu sengon termasuk kelas awet IV-V yang berarti memiliki ketahanan yang sangat rendah terhadap serangan jamur pelapuk S. commune. Martawijaya et al. menambahkan bahwa kayu sengon termasuk ke dalam kelas awet II-IV tahan sampai tidak tahan. Dengan demikian, sengon dapat direkomendasikan sebagai kayu kontrol pengujian ketahanan kayu alami. Sementara, kehilangan bobot untuk kayu karet dengan arah serat longitudinal 13,8 dan arah serat cross section 11,96. Berdasarkan SNI 01.7207-2006, nilai kehilangan bobot kayu sengon dengan arah serat longitudinal dan cross section termasuk dalam kategori tidak tahan atau masuk dalam kelas awet IV dengan persentase kehilangan bobot berkisar antara 10 sampai dengan 30. Hal ini menunjukkan bahwa jamur S. commune pada kayu karet tidak cocok dijadikan kontrol dalam uji ketahanan kayu terhadap jamur. Hal ini memang tidak sesuai dengan pernyataan Mandang dan Pandit 1997 bahwa sifat ketahanan kayu karet termasuk dalam kelas awet V yang berarti memiliki ketahanan yang sangat rendah sangat tidak tahan. Kehilangan bobot untuk kayu tusam arah serat longitudinal 8,03, dan arah serat cross section 9,33. Berdasarkan standar pengujian SNI 01.7207- 2006, tingkat katahanan kayu pinus terhadap jamur pelapuk S. commune masuk dalam kategori agak tahan atau masuk dalam kelas awet III dengan skor kehilangan bobot berkisar antara 5 sampai dengan 10. Hal ini menunjukkan bahwa jamur S. commune pada kayu tusam tidak cocok digunakan sebagai kontrol dalam uji ketahanan kayu terhadap jamur. Hal ini juga tidak sesuai dengan pernyataan Pandit dan Ramdan 2002 bahwa sifat ketahanan kayu pinustusam termasuk ke dalam kelas awet IV. Kehilangan bobot untuk kayu mangium arah serat longitudinal 6,28, dan arah serat cross section 6,33. Berdasarkan standar pengujian SNI 01.7207- 2006, tingkat katahanan kayu akasia terhadap jamur pelapuk S. commune masuk dalam kategori agak tahan atau masuk dalam kelas awet III dengan skor kehilangan bobot berkisar antara 5 sampai dengan 10. Hal ini menunjukkan bahwa jamur S. commune pada kayu mangium tidak cocok digunakan sebagai kontrol dalam uji ketahanan kayu terhadap jamur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mandang dan Pandit 1997 bahwa sifat ketahanan kayu A. mangium termasuk ke dalam kelas awet III.

4.4 Tingkat Kerusakan Berdasarkan Pengamatan Visual Kayu

Dokumen yang terkait

Uji Potensi Fungi Pelapuk Putih Pada Kayu Karet Lapuk (Hevea brasilliensis Muell. Arg) Sebagai Pendegradasi Lignin

6 108 45

Pemanfaatan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.) sebagai Bahan Pengawet Alami Untuk Mengendalikan Serangan Fungi Schizophyllum commune pada Kayu Karet (Hevea brasiliensis)

2 47 49

Ketahanan Papan Komposit Dari Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Dan Plastik Polipropilen (PP) Terhadap Fungi Pelapuk Kayu(Pycnophorus sanguinius FR dan Schizophyllum commune FR)

2 61 68

Pengaruh Peneresan terhadap Jamur Pelapuk Schizophyllum commune Fr. Pada Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dan Kayu Afrika (Maesopsis emini Engl.)

0 9 59

Pemanfaatan Limbah Cair Industri Cengkeh Hasil Pengolahan Rokok sebagai Penghambat Aktivitas Organisme Perusak Kayu : Rayap Captotermes curvignathus Holmgren dan Jamur Schizophyllum commune Fries

0 10 82

Perubahan Sifat Kimia Kayu Sengon Dan Pinus Oleh Jamur Pelapuk Schizophyllum Commune Dan Ganoderma Appianatum

0 6 8

Jamur tiram sebagai jamur uji keawetan alami kayu karet dan sengon dengan metode standar nasional Indonesia dan standar industri Jepang

0 7 116

Lima Jenis Jamur Pelapuk Kayu Asal Bogor untuk Uji Keawetan Kayu dengan Metode Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7207-2006

0 8 44

Pengujian Ketahanan Alami Kayu Sengon terhadap Jamur Pelapuk Kayu Schizophyllum commune, Pleurotus djamor dan Pleurotus ostreatus dengan Metode JIS K 1571-2004

0 3 39

Standar Nasional Indonesia kayu

0 0 39