TusamPinus Mangium TINJAUAN PUSTAKA

2.4 TusamPinus

Pinus merkusii Jungh et de Vries Pinus termasuk dalam famili Pinaceae dan spesies Pinus merkusii dan satu-satunya yang tumbuh di selatan khatulistiwa Suheti et al. 1998 dalam Forlendiana 2005. Pinus memiliki ciri-ciri umum antara lain yaitu warna kayu teras dengan gubalnya sukar dibedakan kecuali pada pohon berumur tua, kayu teras berwarna kuning kemerahan sedangkan kayu gubal berwarna putih krem. Pada permukaan radial dan tangensialnya mempunyai corak yang disebabkan perbedaan struktur kayu awal dan kayu akhirnya sehingga terkesan ada pola dekoratif. Riap tumbuh agak jelas terutama pada pohon-pohon yang berumur tua, pada penampang melintang kelihatan seperti lingkaran-lingkaran memusat. Pinus bertekstur agak kasar dan serat lurus yang tidak rata dengan kekerasan yang agak keras dan berat agak ringan sampai agak berat Pandit dan Ramdan 2002. Sjostrom 1981 menambahkan bahwa kayu teras pada pinus secara khas mengandung ekstraktif jauh lebih banyak daripada kayu gubal. Kandungan zat ekstraktif ini berguna untuk melindungi kayu dari kerusakan secara mikrobiologi atau serangan serangga. Pinus memiliki berat jenis rata-rata sebesar 0,55 0,40- 0,75 dengan kelas awet IV dan kelas kuat III. Kegunaannya yaitu sebagai bahan papan partikel, pulp dan kertas, vinir, perabot rumah tangga, korek api, pensil, kotak, kerangka pintu dan jendela, dan mainan anak-anak. Nama lain dari pinus yaitu damar batu, damar bunga, huyam, uyam, dan sala Pandit dan Ramdan 2002. Tabel 4. Komposisi kimia kayu tusam Analisis Kimia Kadar Lignin 24,3 Selulosa 54,9 Zat ekstraktif larut alkohol- benzene 6,3 Pentosan 1,4 Abu 1,1 Silika 0,2 Sumber: Martawijaya et al. 1989 dalam Atlas kayu Indonesia, Jilid II

2.5 Mangium

Acacia mangium Willd. A. mangium Willd. merupakan salah satu dari 1100 spesies tanaman yang termasuk famili Leguminosae, sub-famili Mimosoideae, dan ordo Rosales Anonymous 1983 dalam Forlendiana 2005. Klasifikasi secara lengkap A. mangium Willd. menurut National Research Council 1983 dalam Syafitri 2008 yaitu termasuk ke dalam: Sub-Kingdom : Embryophyta Filum : Tracheophyta Sub-filum : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub-kelas : Dycotyledone Famili : Fabaceae Sub-famili : Mimosaideae Spesies : Acacia mangium Willd. Tanaman A. mangium memiliki beberapa keunggulan, antara lain: merupakan jenis yang cepat tumbuh fast growing species dan mudah tumbuh adaptive pada kondisi lahan yang kurang subur. Jenis ini juga tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi. Dapat tumbuh pada lahan dengan pH rendah, tanah berbatu, serta tanah yang telah mengalami erosi. Karena kelebihan yang dimilikinya tersebut, jenis ini banyak digunakan dalam kegiatan HTI, rehabilitasi hutan dan lahan Indonesia PPPBPH 2003 dalam Syafitri 2008. Keunggulan lainnya adalah A. mangium sebagai kayu keras mempunyai kandungan lignin lebih rendah dan terutama lebih mudah didelignifikasi daripada kayu lunak Fengel dan Wegener 1995. Ciri umum dari A. mangium adalah memiliki teras berwarna coklat tua, coklat zaitun sampai coklat kelabu, batasnya tegas dengan gubal berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Coraknya polos atau berjalur-jalur berwarna gelap dan terang bergantian pada bidang radial. Teksturnya halus sampai agak kasar dan merata. Arah seratnya halus, kadang-kadang berpadu. Permukaannya agak mengkilap dan memiliki kesan raba yang licin. Kekerasannya agak keras sampai keras. A. mangium memiliki berat jenis rata-rata 0,61 0,43-0,66, dengan kelas awet III dan kelas kuat II-III Mandang dan Pandit 1997. Kegunaannya adalah sebagai bahan konstruksi ringan sampai berat, rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga a.l lemari, lantai, papan dinding, tiang, tiang pancang, gerobak dan rodanya, pemeras minyak, gagang alat, alat pertanian, kotak dan batang korek api, papan partikel, papan serat, vinir dan kayu lapis, pulp dan kertas; selain itu baik juga untuk kayu bakar Mandang dan Pandit 1997. Tabel 5. Komposisi kimia kayu mangium Kimia kayu Deptan, 1976 Siagian et al. 1999 Whitemore Organization 1984 dalam Silitonga 1993 Lignin lignin sedang 18 –32 lignin sedang 19,7 Lignin 19,7 Selulosa selolusa sedang 40 –44 selulosa tinggi 44,0-69,4 Holo-sellulosa 69,4 Alfa-sellulosa 44,0 Zat ekstraktif zat ekstraktif larut alkohol-benzene tinggi ektraktif tinggi Kelarutan: - Alk. Benzen 5,6 - Air panas 9,8 - NaOH 1 14,8 Pentosan termasuk rendah - Pentosan 16,0 Abu Rendah - Abu 0,68 silika Rendah - - Sumber: Malik et al.

2.6 Komponen Kimia Kayu

Dokumen yang terkait

Uji Potensi Fungi Pelapuk Putih Pada Kayu Karet Lapuk (Hevea brasilliensis Muell. Arg) Sebagai Pendegradasi Lignin

6 108 45

Pemanfaatan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.) sebagai Bahan Pengawet Alami Untuk Mengendalikan Serangan Fungi Schizophyllum commune pada Kayu Karet (Hevea brasiliensis)

2 47 49

Ketahanan Papan Komposit Dari Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Dan Plastik Polipropilen (PP) Terhadap Fungi Pelapuk Kayu(Pycnophorus sanguinius FR dan Schizophyllum commune FR)

2 61 68

Pengaruh Peneresan terhadap Jamur Pelapuk Schizophyllum commune Fr. Pada Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dan Kayu Afrika (Maesopsis emini Engl.)

0 9 59

Pemanfaatan Limbah Cair Industri Cengkeh Hasil Pengolahan Rokok sebagai Penghambat Aktivitas Organisme Perusak Kayu : Rayap Captotermes curvignathus Holmgren dan Jamur Schizophyllum commune Fries

0 10 82

Perubahan Sifat Kimia Kayu Sengon Dan Pinus Oleh Jamur Pelapuk Schizophyllum Commune Dan Ganoderma Appianatum

0 6 8

Jamur tiram sebagai jamur uji keawetan alami kayu karet dan sengon dengan metode standar nasional Indonesia dan standar industri Jepang

0 7 116

Lima Jenis Jamur Pelapuk Kayu Asal Bogor untuk Uji Keawetan Kayu dengan Metode Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7207-2006

0 8 44

Pengujian Ketahanan Alami Kayu Sengon terhadap Jamur Pelapuk Kayu Schizophyllum commune, Pleurotus djamor dan Pleurotus ostreatus dengan Metode JIS K 1571-2004

0 3 39

Standar Nasional Indonesia kayu

0 0 39