Mangium arah serat longitudinal dan cross section
Gambar 9. a. Contoh Uji Kayu mangium longitudinal sebelum pengumpanan; b. Miselium pada Kayu mangium arah serat cross section; c. Kayu
mangium arah serat cross section setelah pengumpanan selama 90 hari berwarna lebih coklat dan gelap dibandingkan sebelum pengumpanan.
4.5 Ketahanan Alami Kayu
Menurut Tobing 1977, ketahanan alami kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap organisme perusak kayu, berupa serangga, jamur, dan
binatang laut penggerek. Ketahanan kayu dipengaruhi oleh kandungan zat ekstraktif, umur pohon, bagian kayu dalam batang teras atau gubal, kecepatan
tumbuh, dan tempat dimana kayu digunakan. Wistara 2002 dalam Pratiwi 2009 menambahkan bahwa ketahanan alami kayu terutama dipengaruhi oleh
kadar ekstraktifnya. Meskipun tidak semua ekstraktif beracun bagi organisme perusak kayu, umumnya terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar
ekstraktif, ketahanan alami kayu cenderung meningkat pula. Brown dan Panshin 1949 dalam Ediningtyas 1993 menyatakan bahwa beberapa zat ekstraktif
seperti tannin dan senyawa-senyawa phenolik memiliki sifat racun dan dalam jumlah yang yang cukup, dapat mencegah kerusakan kayu oleh faktor perusak.
Zat ekstraktif berperan dalam melawan serangan jamur pelapuk. Jadi, semakin tinggi kandungan ekstraktif yang terdapat dalam kayu maka kehilangan berat kayu
tersebut akan semakin rendah. Zat ekstraktif merupakan bagian kecil dari suatu pohon dan bukan
merupakan penyusun struktur kayu, namun zat ini cukup esensial dan berpengaruh terhadap sifat-sifat kayu termasuk ketahanan terhadap serangan serangga dan
organisme pelapuk lainnya karena bersifat racun Ediningtyas 1993. Kandungan
Sumber foto : Laila F.
a. c.
b.
zat ekstraktif di dalam kayu memang sangat kecil dibandingkan dengan kandungan selulosa, hemiselulosa maupun lignin akan tetapi pengaruhnya cukup
besar terhadap sifat kayu dan sifat pengolahannya, antara lain yang sangat penting adalah pengaruhnya terhadap sifat ketahanan alami kayu Ramadhani 2006.
Pada dasarnya semua bagian kayu dapat dimanfaatkan oleh mikro organisme tertentu. Holoselulosa selulosa dan hemiselulosa dan lignin yang
secara bersama menyusun bagian terbesar kayu, akan dipecahkan oleh enzim- enzim yang dikeluarkan oleh cendawan dan bakteri menjadi persenyawaan-
persenyawaan yang sederhana, seperti gula, yang dapat diabsobsi dan dicerna oleh organisme-organisme perusak kayu Scheffer 1973 dalam Pratiwi 2009.
Ketahanan alami ditentukan oleh zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap faktor perusak kayu, sehingga dengan sendirinya ketahanan alami ini
akan bervariasi sesuai dengan variasi jumlah serta jenis zat ekstraktifnya. Hal ini menyebabkan ketahanan alami berbeda-beda menurut jenis kayu, dalam jenis
kayu yang sama maupun dalam pohon yang sama. Variasi ketahanan dalam pohon yang sama terjadi antara kayu gubal dengan kayu teras. Kayu gubal mempunyai
ketahanan yang rendah karena gubal tidak mengandung zat ekstraktif. Inilah sebabnya penggolongan ketahanan kayu didasarkan pada ketahanan kayu
terasnya. Variasi ketahanan juga terdapat di dalam kayu teras, dimana kayu teras bagian luar lebih awet dibanding kayu teras bagian dalam Tobing 1977.
4.6 Ketahanan Kayu Terhadap Jamur Pelapuk