D. Keaslian Penelitian
Guna menghindari adanya duplikasi terhadap permasalahan yang sama dengan permasalahan di atas, maka sebelumnya peneliti telah melakukan
penelusuran di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan di Perpustakaan Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, namun tidak
ditemukan skripsi dengan judul dan permasalahan yang sama dengan penelitian ini. Oleh sebab itu, judul dan permasalahan di dalam penelitian ini dinyatakan
masih asli dan jauh dari unsur plagiat terhadap karaya tulis orang lain yang tidak menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pertanggungjawaban Tindak Pidana
Istilah tindak pidana merupakan istilah yang secara resmi digunakan dalam peraturan perundang-undangan. Pembentuk Undang-Un dang kita telah
menerjemahkan istilah strafbaar feit yang berasal dari KUHPBelanda ke dalam KUHP Indonesia dan peraturan perundang-undangan pidana lainnya dengan
istilah tindak pidana. Tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang
selanjutnya disebut KUHP, dikenal dengan istilah “stratbaar feit”. Istilah strafbaar feit dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan berbagai istilah yaitu
tindak pidana, delik, peristiwa pidana, perbuatan yang boleh dihukum, dan perbuatan pidana. Dalam kepustakaan hukum pidana sering menggunakan istilah
delik, sedangkan pembuat undang-undang merumuskan dalam undang-undang
dengan menggunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana.
Menurut Simon, berpendapat bahwa pengertian tindak pidana adalah sebagai suatu tindakan atau perbuatan yang diancam dengan pidana oleh undang-
undang, bertentangan dengan hukum dan dilakukan dengan kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggungjawab.
5
Tindak pidana sebagai berikut:“Tindak pidana ialah suatu tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang atau diharuskan dan diancam
dengan pidana oleh undang-undang, bersifat melawan hukum, serta dengan kesalahan dilakukan oleh seseorang mampu bertanggung jawab.
6
Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang
melanggar larangan tersebut.
7
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang mana
perbuatan tersebut melangggar apa yang dilarang atau diperintahkan oleh undang- undang dan diberi sanksi berupa sanksi pidana
Tindak pidana adalah suatu bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan, merugikan masyarakat, asosial, melanggar hukum serta
undang-undang pidana. Unsur-unsur yang mengakibatkan dipidananya seorang terdakwa adalah mampu bertanggungjawab, syarat-syarat seorang terdakwa
5
Erdianto Effendi. Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar. Bandung: Rafika Aditama, 2011, hal 98
6
Ibid., hal 99
7
Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, 2008 , hal 59
mampu bertanggungjawab adalah faktor akal dan faktor kehendak. Faktor akal dan faktor kehendak yaitu dapat membeda-bedakan antara perbuatan yang
diperbolehkan dan perbuatan yang tidak diperbolehkan. Faktor kehendak yaitu menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsyafan atas mana diperbolehkan dan
yang tidak.
8
Tindak pidana adalah suatu bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan, merugikan masyarakat, asosial, melanggar hukum serta
undang-undang pidana. Unsur-unsur yang mengakibatkan dipidananya seorang terdakwa adalah mampu bertanggungjawab, syarat-syarat seorang terdakwa
mampu bertanggungjawab adalah faktor akal dan faktor kehendak. Faktor akal dan faktor kehendak yaitu dapat membeda-bedakan antara perbuatan yang
diperbolehkan dan perbuatan yang tidak diperbolehkan. Faktor kehendak yaitu menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsyafan atas mana diperbolehkan dan
yang tidak.
9
Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang
siapa melanggar larangan tersebut.
10
Syarat-syarat untuk menjatuhkan pidana adalah seseorang harus melakukan perbuatan yang aktif atau pasif seperti yang di
tentukan oleh undang-undang pidana yang melawan hukum, dan tidak adanya alasan pembenar serta adanya kesalahan dalam arti luas meliputi kemampuan
bertanggungjawab, sengaja atau kelalaian dan tidak adanya alasan pemaaf. Jika
8
Roeslan Saleh. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana.Jakarta: Askara Baru,1999, hal 84
9
Roeslan Saleh. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta: Askara Baru.. 1999, hal. 84
10
Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta. 2002, hal. 54
kita telah dapat membedakan antara perbuatan pidana yang menyangkut segi objektif dan pertanggungjawaban pidana yang menyangkut segi subjektif, jadi
menyangkut sikap batin si pembuat maka mudahlah kita menentukan dipidana atau dibebaskan ataupun dilepaskan dari segala tuntutan pembuat delik.
11
Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut dengan pidana, apabila ia mempunyai kesalahan. Seseorang
mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatannya, dilihat dari segi masyarakat menunjukkan pandangan yang normatif mengenai kesalahan
yang telah dilakukan oleh orang tersebut. Seseorang dikatakan mampu bertanggungjawab apabila memenuhi 3 tiga
syarat, yaitu:
12
a. Dapat menginsyafi makna daripada perbuatannya.
b. Dapat menginsyafi bahwa perbuatannya itu tidak dapat dipandang patut dalam
pergaulan masyarakat. c.
Mampu untuk menentukan niat atau kehendak dalam melakukan perbuatan Alasan seseorang tidak dapat bertanggungjawab atas tindak pidana yang
dilakukan, yaitu:
13
a. Jiwa si pelaku cacat.
b. Tekanan jiwa yang tidak dapat ditahan.
c. Gangguan penyakit jiwa.
11
Andi Zainal Abidin. Asas-Asas Hukum Pidana Bagian Pertama. Bandung: Alumni, 2007, hal.72
12
Roeslan Saleh. Op.cit. hal 80
13
Leden Mapaung. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafrika. 2005, hal. 72
Pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana dikenal dengan adanya 3 tiga unsur pokok, yaitu:
a. Unsur perbuatan
b. Unsur yang dilarang oleh aturan hukum.
c. Unsur pidana bagi yang melanggar larangan.
2. Tindak Pidana terhadap Kesusilaan menurut KUHP dan Undang-