3. Kekuasan Kehakiman
Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
Pasal 2 ayat 1 Peradilan dilakukan Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 2 Peradilan negara menerapkan dan menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila. 3 Semua peradilan di seluruh wilayah negara Republik Indonesia adalah peradilan negara yang diatur dengan
undang-undang. 4 Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya
ringan. 4.
Analisis Yuridis PN-Boyolali No. 142 Pid.Sus2011PN-BI
Sanksi yang diberikan hakim terhadap terdakwa untuk dididik dan dibina di Panti Sosial selama 6 enam bulan sudah tepat dan telah berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang adil terutama fakta-fakta yang diperoleh dipersidangan. Diharapkan terdakwa dapat menjadi lebih baik lagi setelah
menjalani sanksi berupa tindakan tersebut. Menurut penulis, dalam penjatuhan sanksi terhadap terdakwa sudah tepat
karena hakim telah memperhatikan berbagai pertimbangan faktor yuridis, fakta- fakta dalam persidangan, bukti-bukti yang ada serta keterangan saksi-saksi dan
terdakwa. Hakim dalam menjatuhkan putusan memperhatikan rasa keadilan yang diberikan oleh hakim kepada terdakwa mengingat terdakwa dan korban masih
anak-anak juga rasa keadilan dalam masyarakat dan Negara. Hakim juga
mempertimbangkan faktor non yuridis dan telah sesuai dengan teori dasar pertimbangan hakim, seperti teori keseimbangan yaitu hakim melihat kepentingan
terdakwa, kepentingan korban dan keluarganya, serta masa depan terdakwa. Teori pendekatan seni dan intuisi yaitu hakim melihat keadaan terdakwa pada saat
melakukan tindak pidana karena tidak semua pelaku anak dijatuhkan sanksi yang sama. Teori Pendekatan keilmuan yaitu hakim memutus suatu perkara dengan
ilmu pengetahuan hukum dan wawasan keilmuan hakim, dalam perkara anak ada upaya Diversi dan Restorative Justice sehingga pelaku anak tidak dipidana.
Hakim telah melihat dari teori pendekatan pengalaman yaitu hakim memutus perkara dengan pengalaman yang dimilikinya dan dapat mengetahui
bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan, hakim melihat sanksi yang diberikan kepada terdakwa untuk dibina dan didik adalah yang terbaik untuk masa
depan terdakwa yang masih anak-anak karena jika terdakwa dipidana akan membuat terdakwa semakin parah.
Teori Ratio Decidendi yaitu hakim memutus suatu perkara didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar dan mempertimbangkan segala aspek yang
berkaitan dengan pokok perkara serta peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan. Hal-hal yang memberatkan dan hal-hal
meringankan terdakwa serta saran Balai Pemasyarakatan adalah salah satu pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi sehingga kepada terdakwa
dijatuhi sanksi. Putusan hakim tersebut sudah memenuhi tujuan perlindungan anak, karena
terdakwa diupayakan untuk dihindarkan dari hukuman penjara yang dapat
merampas kemerdekaannya dan dapat memberikan stigma yang kurang baik pada diri terdakwa dimasa depan, karena dalam menjatuhkan sanksi kepada anak tidak
boleh merampas masa depannya, terdakwa diupayakan untuk dihindarkan dari hukuman penjara yang dapat merampas masa depannya. Dengan diberikan sanksi
berupa tindakan dididik dan dibina menjadi anak Negara diharapkan dapat mencegah pengulangan tindak pidana dan menjadikan terdakwa lebih baik lagi.
F. Metode Penulisan