tonus otot dan kadang dijumpai fibrosis otot. Akibatnya fungsi mengunyah dan menelan menjadi berkurang Lynch, 1984 dalam Hasibuan, 1998.
2.3.3 Mukosa Mulut
Mukosa mulut manusia dilapisi oleh lapisan sel epitel yang berfungsi sebagai barrier terhadap pengaruh dari dalam dan luar mulut. Pada lansia, lapisan
tersebut mengalami penipisan, berkurangnya keratinasi, berkurangnya supali darah dan serabut kolagen yang terdapat pada lamina propia mengalami
penebalan. Akibatnya, mukosa mulut menjadi lebih pucat, tipis dan kering, proses penyembuhan menjadi lebih lambat, mukosa mulut lebih mudah iritasi Pedersen
dan Loe, 1986 dalam Winasa, 1995. Selain itu, perubahan yang sering dijumpai pada mukosa mulut adalah
atrofi dengan warna yang pucat dan jaringan yang kering. Populasi sel pada lamina propia jumlahnya mengalami penurunan, terutama sel fibrolas menjadi
menyusut dengan inti yang memadat dan memanjang. Semua perubahan tersebut merupakan proses degenerasi yang menyebabkan menurunnya resistensi mukosa.
Mukosa menjadi mudah terluka oleh karena makanan yang keras dan diperberat karena mulut kering akibat menurunnya produksi saliva Winasa, 1995.
2.3.4 Lidah
Sering dijumpai bentuk lidah yang melebar karena tidak adanya tahanan oleh lengkung geligi. Lidah mengalami proses kehilangan tonus otot dan
penurunan serabut otot tetapi bersifat tidak konstan. Jumlah papila berkurang dan
Universitas Sumatera Utara
terjadi penurunan di dalam sensitivitas perasa terhadap rasa manis, asam, pahit dan asin. Berkurangnya jumlah putik pengecap disertai menurunnya produksi
saliva dapat mengakibatkan menurunnya nafsu makan pada lansia Winasa, 1995.
2.3.5 Kelenjar Saliva
Perubahan morfologi kelenjar saliva pada lansia berupa meningkatnya infiltrasi kelenjar parenkim oleh jaringan lemak dan jaringan penyambung.
Akumulasi granula autophagik, didapatinya sel oncosit dan perubahan sel-sel yang jinak. Akibatnya terlihat kelenjar saliva minor yang terdapat di rongga mulut
dengan beberapa acini yang masih berfungsi. Pada usia 45 tahun keatas ditemukan pula adanya infiltrasi sel limfosit yang tersebar pada lebih dari 70 kelenjar.
Penurunan fungsi pada kelenjar saliva ini menimbulkan mulut kering yang bersifat absolut atau relatif Winasa, 1995.
2.3.6 Otot-otot Pengunyahan
Seperti halnya yang terjadi pada otot-otot skeletal, otot di daerah orofasial mengalami proses atrofi, menurunnya tonus dan kadang-kadang dijumpai fibrosis
otot. Kekuatan gigit otot pengunyahan menurun dari 300 lb per inchi kuadrat menjadi 50 lb per inchi kuadrat Kaplan,1971 dalam Winasa,1995.
Universitas Sumatera Utara
2.3.7 Jaringan Periodontal
Penyakit periodontal sebagian besar bersifat inflamatif dengan penyebab utamanya plak dan bakteri didukung oleh faktor lokal dan faktor sistemik.
Kadang-kadang sulit membedakan kerusakan fisiologik dengan kerusakan patologik suatu jaringan pada usia lanjut. Tanda-tanda klinis yang berhubungan
dengan dengan jaringan periodontal pada usia lanjut adalah atrisi, resesi, migrasi, kegoyangan gigi, pedalaman poket, supurasi dan tanggalnya gigi Winasa, 1995.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 KERANGKA PENELITIAN
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan menyirih dan kesehatan rongga mulut lansia di Desa Hilibadalu Kabupaten Nias.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada skema di bawah ini:
Skema 3.1 Kerangka Penelitian Kebiasaan Menyirih dan Kesehatan Rongga Mulut Lansia di Desa Hilibadalu Kabupaten Nias
Kebiasaan menyirih - Bahan yang digunakan
- Frekuensi menyirih - Lama menyirih
- Faktor pendorong - Tujuan menyirih
- Kebersihan rongga mulut setelah
menyirih Lansia yang menyirih
Kesehatan rongga mulut sangat sehat – sangat tidak sehat
Universitas Sumatera Utara