Gigi Tulang, Sendi Rahang dan Otot-Otot Wajah Mukosa Mulut

2.3.1 Gigi

Pada lansia gigi berubah menjadi lebih rapuh dan lebih kering serta adanya abrasi. Warna gigi kelihatan lebih tua dengan migrasi gigi kearah apikal. Dalam pulpa terjadi peningkatan jaringan kolagen, sel adontoblast berkurang, terbentuk rangka jaringan ikat dan sel pulpa menjadi berkurang. Disamping itu terbentuknya sekunder dentin dan pengapuran pada saluran akar yang mempersempit ruang saluran akar. Foramen apikal menjadi sangat kecil yang disebabkan oleh peningkatan sel semen. Karies yang sering terjadi pada lansia adalah karies sekunder dan karies pada akar Winasa, 1995. Selain itu, terjadi kehilangan substansi gigi akibat atrisi yang disebabkan oleh karena pemakaian gigi terus- menerus. Hal ini tergantung konsistensi makanan dan kekerasan gigi Carranza, 1986 dalam Hasibuan, 1998

2.3.2 Tulang, Sendi Rahang dan Otot-Otot Wajah

Ditemukan adanya atrofi senilis tulang alveolar maxilla dan mandibula. Pada beberapa kasus, tulang rahang berada di bawah alveolar berubah menjadi lebih padat. Pada keadaan yang lain dapat dijumpai pula adanya osteoporosis senilis secara bersamaan yang terlihat pada bagian tulang lainnya Winasa, 1995. Sendi rahang dapat mengalami berbagai perubahan seseuai dengan bertambahnya usia. Pada usia lanjut dijumpai adanya pengerasan dan berkurangnya elastisitas ligamen kapsul dan diskus interartikularis. Zona artikulasi berubah menjadi bertambahnya fibrous. Kaplan, 1997 dalam Winasa, 1995. Otot wajah yang berfungsi menelan, mengunyah dan berbicara mengalami atropi, menurunnya Universitas Sumatera Utara tonus otot dan kadang dijumpai fibrosis otot. Akibatnya fungsi mengunyah dan menelan menjadi berkurang Lynch, 1984 dalam Hasibuan, 1998.

2.3.3 Mukosa Mulut

Mukosa mulut manusia dilapisi oleh lapisan sel epitel yang berfungsi sebagai barrier terhadap pengaruh dari dalam dan luar mulut. Pada lansia, lapisan tersebut mengalami penipisan, berkurangnya keratinasi, berkurangnya supali darah dan serabut kolagen yang terdapat pada lamina propia mengalami penebalan. Akibatnya, mukosa mulut menjadi lebih pucat, tipis dan kering, proses penyembuhan menjadi lebih lambat, mukosa mulut lebih mudah iritasi Pedersen dan Loe, 1986 dalam Winasa, 1995. Selain itu, perubahan yang sering dijumpai pada mukosa mulut adalah atrofi dengan warna yang pucat dan jaringan yang kering. Populasi sel pada lamina propia jumlahnya mengalami penurunan, terutama sel fibrolas menjadi menyusut dengan inti yang memadat dan memanjang. Semua perubahan tersebut merupakan proses degenerasi yang menyebabkan menurunnya resistensi mukosa. Mukosa menjadi mudah terluka oleh karena makanan yang keras dan diperberat karena mulut kering akibat menurunnya produksi saliva Winasa, 1995.

2.3.4 Lidah