Hubungan Kebiasaan Menyirih dengan Kanker Rongga Mulut pada Penduduk Komunitas India di Lingkungan Klang Selangor Malaysia

(1)

HUBUNGAN KEBIASAAN MENYIRIH DENGAN

KANKER RONGGA MULUT PADA PENDUDUK

KOMUNITAS INDIA DI LINGKUNGAN

KLANG, SELANGOR, MALAYSIA

.

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ATHI PIRIYA KANAPATHY NIM: 080600175

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 31 Mei 2014

Pembimbing : Tanda tangan

Nurdiana, drg., Sp.PM

NIP.19780622 200502 2 002


(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 31 Mei 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Nurdiana, drg., Sp.PM

ANGGOTA : 1. Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si 2. Indri Lubis, drg


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Menyirih dengan Kanker Rongga Mulut pada Penduduk Komunitas India di Lingkungan Klang Selangor Malaysia”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Kanapathy, Ibu Susila, Kakak Kalpana serta kerabat yang telah memberi dukungan, perhatian, doa, kasih sayang dan semangat kepada penulis. Untuk itu, dengan segala keikhlasan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Nurdiana, drg., Sp.PM yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberi bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D, Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Sayuti Hasibuan, drg, Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Taqwa Dalimunthe drg, Sp KGA selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Penyakit Mulut yang telah membimbing dan memberi arahan, dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa pendidikan selama masa penyusunan skripsi.


(5)

5. Seluruh penduduk komunitas India di Lingkungan Klang, Selangor, Malaysia. yang telah membantu penulis serta bersedia bekerjasama dengan baik dalam penelitian ini.

6. Teman-teman penulis M. Nadesan, M. Vigneswary, S. Puvanesvari, K.Vidyavati, Siti Aishah dan seluruh teman mahasiswa FKG USU.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memohon maaf bila terdapat kesalahan selama melakukan penelitian ini. Untuk itu, semua saran akan menjadi masukan yang sangat berharga bagi kualitas skripsi ini. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran gigi.

Medan, Mei 2014 Penulis,

... (Athi Piriya Kanapathy) NIM: 080600175


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Menyirih ... 7

2.1.1 Sejarah ... 7

2.1.2 Komposisi ... 8

2.1.3 Cara Pengolahan Sirih ... 11

2.1.4 Efek Samping Menyirih di Rongga Mulut ... 12

2.2 Kanker Rongga Mulut ... 15

2.2.1 Definisi ... 15

2.2.2 Epidemiologi ... 15

2.2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi ... 16

2.2.4 Stadium dan Gambaran Klinis Kanker Rongga Mulut ... 18

2.2.5 Gambaran Histopatologis ... 19

2.2.6 Diagnosis ... 20

2.3. Hubungan Menyirih dengan Kanker Rongga Mulut ... 21

2.3.1 Komposisi Menyirih ... 21

2.3.2 Frekuensi Menyirih ... 22


(7)

2.4 Kerangka Teori ... 24

2.5 Kerangka Konsep ... 25

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.2.1 Tempat Penelitian ... 26

3.2.2 Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

3.3.1 Populasi ... 27

3.3.2 Sampel ... 27

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 28

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

3.4.1 Variabel Penelitian ... 29

3.4.2 Definisi Operasional ... 30

3.5 Sarana Penelitian ... 31

3.5.1 Alat dan Bahan ... 31

3.5.2 Formulir Pencatatan ... 31

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.6.1 Prosedur Penelitian ... 32

3.7 Pengolahan Data ... 33

3.8 Analisis Data ... 33

3.8.1 Data Univariat ... 33

3.8.2 Data Bivariat ... 33

3.9 Etika Penelitian ... 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 36

4.1 Hasil Analisis Univariat ... 36

4.1.1 Data Demografis Subjek Penelitian ... 36

4.1.2 Data Riwayat Kebiasaan Menyirih Subjek Penelitian ... 37

4.2 Hasil Analisis Bivariat ... 41

BAB 5 PEMBAHASAN ... 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 51


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Distribusi dan frekuensi subjek penelitian (penyirih) berdasarkan usia . 37

2. Distribusi dan frekuensi penyirih menurut lama menyirih ... 38

3. Distribusi dan frekuensi penyebab penyirih menjadi adiksi ... 38

4. Distribusi dan frekuensi penyirih menurut frekuensi menyirih per hari. 39 5. Distribusi dan frekuensi penyebab frekuensi menyirih ... 39

6. Distribusi dan frekuensi penyirih menurut komposisi menyirih ... 40

7. Prevalensi kanker rongga mulut ... 40

8. Hubungan antara kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut ... 41

9. Hubungan antara lama menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut ... 42

10. Hubungan antara frekuensi menyirih per hari dengan dengan Terjadinya kanker rongga mulut ... 43


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Sirih ... 8

2. Biji Pinang ... 9

3. Gambir ... 10

4. Kapur ... 10

5. Tembakau ... 11


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 2. Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian 3. Rekam Medis Penelitian


(11)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2014

Athi Piriya Kanapathy

Hubungan Kebiasaan Menyirih dengan Kanker Rongga Mulut pada Penduduk Komunitas India di Lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

x + 60 halaman

Menyirih merupakan kebiasaan yang sudah tidak asing dan semakin meluas di kalangan masyarakat. Menyirih merupakan suatu proses meramu campuran dari bahan-bahan seperti daun sirih, pinang, gambir, kapur, dan tembakau. Menyirih dapat menyebabkan gangguan di dalam rongga mulut, seperti mukosa penyirih, submukus fibrosis, praleukoplakia dan leukoplakia, liken planus, gingivitis, periodontitis, dan kanker mulut. Kanker rongga mulut akibat penyirihan merupakan lesi yang paling sering ditemui pada penyirih yaitu sebesar 8,5%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menyirih yaitu lama menyirih, frekuensi menyirih per hari dan komposisi menyirih dengan kanker rongga mulut. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efeknya yaitu kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut. Penelitian ini dilakukan di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia yaitu di kalangan penduduk komunitas India. Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 39 orang penyirih. Pengumpulan data demografi dan data kebiasaan menyirih diperoleh dengan melakukan tanya jawab langsung dengan subjek sedangkan data klinis diperoleh dengan melakukan pemeriksaan klinis. Analisis data dilakukan dengan menguji hipotesis yang dilakukan dengan mengumpulkan data univariat dan data bivariat. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 39 orang penduduk komunitas India yang diperiksa, terdapat 7 orang yang mempunyai kanker rongga mulut(17,95%). Selain itu, terdapat


(12)

hubungan antara lama menyirih dengan kanker rongga mulut (P=0,045), frekuensi menyirih per hari dengan kanker rongga mulut (P=0,009) dan komposisi menyirih deengan kanker rongga mulut (P=0,038). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut


(13)

Hubungan Kebiasaan Menyirih dengan Kanker Rongga Mulut pada Penduduk Komunitas India di Lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

x + 60 halaman

Menyirih merupakan kebiasaan yang sudah tidak asing dan semakin meluas di kalangan

masyarakat. Menyirih merupakan suatu proses meramu campuran dari bahan-bahan seperti daun sirih, pinang, gambir, kapur, dan tembakau. Menyirih dapat menyebabkan gangguan di dalam rongga mulut, seperti mukosa penyirih, submukus fibrosis, praleukoplakia dan leukoplakia, liken planus, gingivitis, periodontitis, dan kanker mulut. Kanker rongga mulut akibat penyirihan merupakan lesi yang paling sering ditemui pada penyirih yaitu sebesar 8,5%. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menyirih yaitu lama menyirih, frekuensi menyirih per hari dan komposisi menyirih dengan kanker rongga mulut. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efeknya yaitu kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut. Penelitian ini dilakukan di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia yaitu di kalangan penduduk komunitas India. Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 39 orang penyirih. Pengumpulan data demografi dan data kebiasaan menyirih diperoleh dengan melakukan tanya jawab langsung dengan subjek sedangkan data klinis diperoleh dengan melakukan pemeriksaan klinis. Analisis data dilakukan dengan menguji hipotesis yang dilakukan dengan mengumpulkan data univariat dan data bivariat. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 39 orang penduduk komunitas India yang diperiksa, terdapat 7 orang yang mempunyai kanker rongga mulut (17,95%). Selain itu, terdapat

hubungan antara lama menyirih dengan kanker rongga mulut (P=0,045), frekuensi menyirih per hari dengan kanker rongga mulut (P=0,009) dan komposisi menyirih deengan kanker rongga mulut (P=0,038). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menyirih merupakan kebiasaan yang sudah tidak asing dan semakin meluas di kalangan masyarakat. Menyirih merupakan suatu proses meramu campuran dari bahan-bahan seperti daun sirih, pinang, gambir, kapur, dan tembakau. Campuran dari bahan-bahan ini dibungkus dalam daun sirih, kemudian dikunyah beberapa menit sehingga berkontak dengan mukosa mulut.1,2 Kebiasaan menyirih biasanya dilakukan 3 kali sehari yaitu pada waktu pagi, setelah makan siang dan pada waktu malam.3

Kebiasaan menyirih telah dilaporkan diberbagai Negara seperti Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Thailand, Cambodia, Malaysia, Indonesia, China, Papua New Guinea, dan beberapa pulau di Pasifik.1-4 Pada penelitian yang dilakukan di India pada akhir tahun 1970 dan awal tahun 1980, didapati lebih dari 30% pria dan wanita berusia 15 tahun atau lebih mempunyai kebiasaan menyirih.2 Pada sebuah survei nasional di Malaysia tentang lesi mukosa oral yang dilakukan pada 11,697 dewasa di empat belas propinsi, ditemukan 8,2% subjek mempunyai kebiasaan menyirih. Kebiasaan ini sering dijumpa pada perempuan etnis India dan masyarakat adat Sabah dan Sarawak.5

Di India, daun sirih dianggap sangat bergizi dan mengandung sejumlah besar vitamin dan mineral.4 Enam lembar daun sirih dengan sedikit kapur dikatakan sebanding dengan sekitar 300 ml susu sapi terutama untuk jumlah vitamin dan mineral. Selain itu, menyrih juga merupakan penyegar mulut yang baik dan dapat


(15)

meningkatkan stamina. Menyirih secara rutin digunakan pada acara sosial, kultural dan agama seperti saat pernikahan.4,6 Selain berguna sebagai bahan penambah nutrisi, stimulasi dan penyegar, menyirih yang berlebihan terbukti berbahaya untuk rongga mulut. Efek yang berbahaya ini disebabkan karena penambahan bahan pada daun sirih, terutama tembakau. Di Malaysia, frekuensi menyirih yang ditambahkan tembakau sangat tinggi digunakan antara beberapa kelompok penduduk.2 Efek berbahaya yang disebabkan oleh menyirih yang ditambahkan tembakau antara lain, karies gigi, sepsis, palpitasi, neurosis dan kanker rongga mulut.4

Kanker rongga mulut merupakan kanker keenam yang paling umum di dunia.7 Kanker rongga mulut mempunyai penyebab multifaktorial seperti tembakau, alkohol, sinar matahari, iritasi kronis, kurangnya konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, Human Papiloma Virus (HPV) dan kebiasaan menyirih.8,9 Menurut penelitian Chiba (2001), terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut, kanker orofaringeal, dan kanker saluran pencernaan bagian atas.10

Kanker rongga mulut umum terjadi pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan menyirih.9 Menurut penelitian Auluck, kanker rongga mulut di antara orang Asia Selatan di banyak negara seperti Eropa dan Amerika Serikat lebih tinggi daripada populasi umum. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan menyirih yang terus berlanjut di kalangan orang Asia Selatan setelah migrasi.11

Pada tahun 2006, National Cancer Registry (NCR) Malaysia melaporkan bahwa kanker rongga mulut menempati peringkat keempat yang paling umum pada kalangan perempuan India.8 Hasil penelitian dari Malaysian Oral Cancer Database and Tissue Bank System (MOCDTBS), menunjukkan bahwa di antara 156 pasien


(16)

kanker mulut, faktor risiko yang paling umum dijumpai adalah menyirih dengan presentase 59,9%.7

Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan kebiasaan menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia ditinjau dari lama menyirih, frekuensi menyirih per hari dan komposisi menyirih. Hal ini karena didapati belum ada penelitian yang dilakukan pada kalangan komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Masalah Umum

1. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia?

1.2.2 Masalah khusus

1. Berapakah prevalensi penderita kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia?

2. Apakah terdapat hubungan antara lama menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia?


(17)

3. Apakah terdapat hubungan antara frekuensi menyirih per hari dengan terjadinya kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia?

4. Apakah terdapat hubungan antara komposisi menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui prevalensi penderita kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

2. Untuk mengetahui hubungan antara lama menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

3. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi menyirih per hari dengan terjadinya kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.


(18)

4. Untuk mengetahui hubungan antara komposisi menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara kebiasaan menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

2. Terdapat hubungan antara lama menyirih dengan kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

3. Terdapat hubungan antara frekuensi menyirih per hari dengan terjadinya kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

4. Terdapat hubungan antara komposisi menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hubungan antara kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut.


(19)

2. Hasil penelitian ini, bagi dinas kesehatan di Malaysia dapat digunakan untuk menggalakkan usaha preventif dan promotif untuk mencegah kanker rongga mulut akibat kebiasaan menyirih.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar bagi penelitian lanjutan mengenai hubungan kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan edukasi dokter gigi kepada pasien dan tenaga medis lain kepada masyarakat yang mempunyai kebiasaan menyirih.

2. Informasi ini dapat digunakan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan dengan menghentikan atau mengurangi kebiasaan menyirih.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menyirih

Menyirih merupakan suatu proses meramu campuran dari bahan-bahan seperti daun sirih (piper betle), pinang (areca nut), gambir (uncaria gambir), kapur (calcium hydroxide), dan tembakau (tobacco). Campuran dari bahan-bahan ini dibungkus dalam daun sirih, kemudian dikunyah beberapa menit sehingga berkontak dengan mukosa mulut.1,2,12

2.1.1 Sejarah

Menyirih adalah suatu kebiasaan yang populer di Asia, terutama di India, Sri Lanka, Pakistan, Papua New Guinea, Taiwan, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand dan China.2,3,5 Kebiasaan menyirih pada populasi di Asia diperkirakan dilakukan oleh 200-600 juta orang.11,13

Di India, daun sirih dan pinang berperan penting dalam acara adat-istiadat, terutama dikalangan penganut Hindu.2 Masyarakat India menggunakan daun sirih dalam banyak acara keagamaan..4 Kebiasaan menyirih juga sering dilakukan pada suatu pertemuan atau ketika mengobrol.6

Saat ini, kegunaan daun sirih lebih menonjol dalam dunia pengobatan. Daun sirih yang diekstrak untuk mendapatkan minyak sirih yang mengandung komponen eugenol dan kavikol banyak digunakan dalam industri kosmetik.4


(21)

2.1.2 Komposisi

1. Daun Sirih

Daun sirih merupakan suatu jenis tanaman dari family Piperaceae (Gambar 1).1,14,16 Di India, daun sirih sering digunakan untuk pengobatan secara tradisional Ayurvedic. Daun sirih juga dapat digunakan untuk menghilangkan bau mulut (halitosis).4,15 Beberapa alasan untuk mengunyah daun sirih, diantaranya adalah menyebabkan euforia, meningkatkan air liur, mengurangi rasa lapar, sakit gigi, serta mual pada wanita hamil.10 Di Malaysia, daun sirih digunakan untuk menghilangkan sakit kepala, atritis dan sakit sendi. Sementara di Filipina, daun sirih digunakan sebagai stimulan, dan di Indonesia daun sirih digunakan sebagai antibiotik, mengobati masalah pencernaan, konstipasi dan menghilangkan sesak.16

Gambar 1. Sirih.14

2. Pinang

Pinang merupakan suatu jenis tanaman dari family Arecaceae yang tumbuh di pasifik, Asia, dan Afrika bagian timur. Buah pinang berwarna hijau ketika masih muda, dan berubah menjadi kuning atau merah setelah matang (Gambar 2).17,18


(22)

Pinang mengandung polyphenol (flavono,l dan tannin), dan alcaloid (arecoline, arecaidine, arecain, guvacin, arecolidine, guvacolin, isoguvacolin, dan colin).18 Hasil hidrolisa kapur pada arecoline akan menghasilkan arecaidine yang merupakan suatu stimulan syaraf pusat yang bersamaan dengan daun sirih menghasilkan

euphoria ringan yang akan memberikan suatu sifat ketagihan.16-18 Secara tradisional, biji pinang dapat digunakan untuk mengobati sakit disentri, diare berdarah, luka dan cacingan, terutama cacing pita.17

Gambar 2. Biji pinang.17

3. Gambir

Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan dari family Rubiaceae (Gambar 3).19,20

Kandungan yang dimiliki oleh tumbuhan ini adalah catecutannic acid, catechin, flavonoid, pyrocatechin, dan sejumlah alcoloid.20 Gambir diketahui dapat merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses pencernaan di perut dan usus. Fungsi lain gambir adalah sebagai campuran obat untuk mengobati luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, sariawan, serta obat sakit kulit.19,20


(23)

Gambar 3. Gambir.19 4. Kapur

Kapur berwarna putih berasal dari karang laut atau cangkang kerang yang telah dibakar (Gambar 4). Hasil dari debu cangkang tersebut perlu dicampurkan air supaya memudahkan untuk dioleskan pada daun sirih bila diperlukan. Penggunaan kapur dapat membantu dalam mencerna makanan, diare, dan mengurangi dahak.22

Gambar 4. Kapur.20 5. Tembakau

Tembakau termasuk dalam family Solanaceae (Gambar 5). Kandungan utama yang terdapat dalam tembakau adalah nikotin, germacrena, anabasine, piperidine alcoloid, dan tropane alcoloid.3 Penambahan tembakau pada komposisi menyirih dapat menstimulasi saraf pusat dan menghasilkan euphoria ringan yang


(24)

menyebabkan ketagihan.1,3 Selain itu, tembakau dapat meningkatkan salivasi penyirih dan mengurangkan kelaparan.1

Gambar 5. Tembakau.21

2.1.3 Cara Pengolahan

Menyirih mempunyai berbagai cara tergantung dari kebiasaan yang sering dilakukan, meskipun begitu sebagian besar komposisi menyirih terdiri dari daun sirih,

biji buah pinang, dan kapur.1,2,11 Selain itu, daun sirih juga dapat ditambahkan tembakau, cengkeh, kayu manis, dan rempah.1,2,24

Cara pengolahan dalam menyirih juga berbeda di beberapa negara dan tempat.2,4,12 Di Indonesia, menyirih menggunakan daun sirih, kapur dan pinang kemudian, tembakau dimakan dengan tujuan untuk membersihkan gigi geligi dan gingiva.2,3 Sementara di India, menyirih dilakukan dengan biji buah pinang dihancurkan, kapur dan rempah lalu dibungkus dengan daun sirih.2,4 Di bagian utara Thailand, kulit kayu merupakan bahan tambahan yang dicampurkan dalam daun sirih. Di Malaysia, majoritas komunitas India menambahkan tembakau dalam daun sirih.2


(25)

2.1.4 Efek Samping Menyirih pada Rongga Mulut

Banyak literatur yang menjelaskan tentang efek samping kebiasaan menyirih pada mukosa mulut seperti mukosa penyirih (betel chewer’s mucous), submukus fibrosis, praleukoplakia, leukoplakia, liken planus oral, dan kanker rongga mulut.2,5,25 Lesi akibat menyirih pada mukosa mulut sesuai dengan tempat sirih diletakkan dalam mulut. Lesi ini dapat ditandai oleh perubahan warna, mukosa yang keriput, penebalan mukosa, epitel permukaan dapat dikerok atau tidak, dan ulkusasi.25

1. Mukosa penyirih (betel chewer’s mucose)

Mukosa penyirih adalah suatu kondisi di mana mukosa mulut mengalami deskuamasi yang disebabkan oleh bahan-bahan menyirih atau efek traumatik pada saat menyirih atau kedua-duanya.16,25 Lesi terlihat terlokalisir pada tempat sirih diletakkan dan memiliki satu atau lebih karakteristik seperti, perubahan warna mukosa menjadi kuning/coklat kemerahan, mukosa yang kasar, penebalan pada pinggir rongga mulut akibat menyuntil bahan sirih dan permukaan epitel yang yang berwarna putih keabuan yang tidak dapat dikerok. Secara histogis terlihat epitel mengalami parakeratinisasi.16

2. Submukus Fibrosis

Submukus fibrosis adalah suatu kondisi kronis yang ditandai oleh kekakuan mukosa intensitas bervariasi karena transformasi fibroelastik dari juxta lapisan epithelial.10 Submukus fibrosis (SMF) merupakan lesi prakanker yang dapat terjadi pada mukosa mulut hingga faring, akibat pinang yang digunakan untuk menyirih.


(26)

Submukus fibrosis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu terutama akibat kebiasaan menyirih, penggunaan tembakau, dan defisiensi vitamin. Lesi submukus fibrosis biasanya mengenai mukosa bukal, mukosa labial, area retromolar, palatum lunak, faring serta esophagus.2,16,26

Submukus fibrosis dapat didiagnosis secara klinis ditemukan adanya

penebalan yang berwarna abu-abu pada mukosa oral dan akan membatasi pergerakan mulut ataupun lidah.16 Mukosa bukal akan terlihat atrofi dengan adanya perubahan warna mukosa akibat menyirih. Bagian palatum akan terlihat pucat dan uvula berkerut.16,26 Lesi awal terlihat mukosa yang berwarna kepucatan, kemudian akan terbentuk fibrosis yang akan menyebabkan mukosa menebal dan keras.16,25,26 Keadaan ini, akan menyebabkan kesulitan dalam membuka mulut dan makan, kesulitan menelan dan bicara, rasa terbakar, disfagia, dan kurang pendengaran.16,25,26

3. Praleukoplakia dan leukoplakia

Insiden praleukoplakia dan leukoplakia meningkat sehubungan dengan kebiasaan menyirih.16 Praleukoplakia merupakan reaksi derajat rendah atau sangat ringan dari mukosa yang terlihat sebagai lesi berwarna abu-abu atau putih keabu-abuan, dengan pola sedikit lobular.9,25 Lesi ini dapat menjadi lebih tebal dan berwarna putih. 9,16

Leukoplakia adalah plak atau bercak putih pada mukosa mulut yang tidak dapat dihapus, dan tidak dapat diklasifikasikan sebagai penyakit lain.16,25 Leukoplakia adalah reaksi protektif terhadap iritasi kronis. Tembakau, alkohol, sifilis,


(27)

difisiensi vitamin, ketidakseimbangan hormon, galvanisme, gesekan kronis dan kandidiasis termasuk dalam penyebab leukoplakia.27 Daerah yang sering terserang leukoplakia adalah lateral dan ventral lidah, dasar mulut, mukosa alveolar, mukosa labial, trigonum retromolar, palatum lunak dan gingiva cekat mandibula. 9,16,27 Sebagian besar leukoplakia (80%) tidak berbahaya tetapi dapat merupakan displasia yang dapat menyebabkan kanker.16,27 Untuk menentukan diagnosis yang tepat, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti, baik secara klinis maupun histopatogis.16

4. Liken Planus Oral

Liken planus sering terlihat pada orang yang sering menyirih.Liken planus Oral sering tumbuh pada bagian sirih diletakkan.6 Lesi ini dapat berkurang pada penyirih apabila frekuensi menyirih dikurangi atau tempat sirih diletakkan berubah.9,16,25 Lesi dari liken planus pada awalnya terdiri atas papula-papula kecil, merah dengan tengahnya berlekuk pada bagian mukosa mulut. Papula sedikit demi sedikit berubah menjadi warna ungu dan likenifikasi permukaan terdiri atas striae putih kecil.25,28

Lesi dari liken planus dapat mempunyai satu dari empat gambaran yaitu atrofik, erosif, retikuler, atau plak.16,25,28 Tipe atrofik merupakan akibat dari atrofi epitel dan terutama muncul sebagai bercak merah pada mukosa.25 Tipe erosif sering terjadi pada mukosa bukal. Lesi ini pada awalnya kelihatan seperti vesikel. Tipe retikuler memiliki beberapa garis putih halus dan papula kecil pada bagian bukal mukosa. Tipe plak terlihat sebagai plak atau bercak yang memiliki permukaan halus ke permukaan sedikit tidak teratur, dan asimetris.25,28


(28)

5. Kanker Rongga Mulut

Kanker rongga mulut adalah neoplasma ganas yang berasal dari mukosa yang melapisi rongga mulut.2,29 Lokasi yang sering terjadi kanker rongga mulut adalah mukosa labial, lidah, tonsil, gingiva, palatum keras, palatum lunak dasar mulut dan mukosa bukal.4,29

Kebiasaan menyirih sebagai penyebab kanker rongga mulut telah dikenal beberapa dekade. Guha (2006) menemukan hubungan yang bermakna antara kanker rongga mulut dan menyirih. Hal ini disebabkan karena saat menyirih sering digunakan daun sirih mentah yang mengandung kiria-kira 1% safrole, dimana bahan ini diduga bersifat karsinogenik pada manusia.4 Penambahan tembakau pada sirih atau penggunaan tembakau setelah menyirih akan menambah efek karsinogenik.4,10

2.2 Kanker Rongga Mulut

2.2.1 Definisi

Kanker rongga mulut merupakan suatu pertumbuhan sel kanker yang terjadi pada rongga mulut.16,29 Kanker rongga mulut dimulai dalam sel skuamosa yang menutupi permukaan mulut, dan mukosa labial, kemudian, sel skuamosa bermetastase.16,30

2.2.2 Epidemiologi

Sebanyak 75% kasus kanker rongga mulut terjadi pada populasi di negara berkembang, di mana kanker mulut merupakan kanker paling umum ketiga. Setiap tahun diperkirakan 378.500 kasus baru kanker rongga mulut didiagnosis di seluruh


(29)

dunia.10 Di negara-negara tertentu, seperti Sri Lanka, India, Pakistan, dan Bangladesh, kanker mulut merupakan kanker yang paling umum. Di India, kanker mulut mewakili lebih dari 50% dari semua kanker.3

2.2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Etiologi kanker rongga mulut sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti karena etiologi kanker multifaktorial dan kompleks.1,30 Terdapat dua faktor yang berperan dalam terjadinya kanker rongga mulut yaitu faktor instrinsik (genetik), dan faktor ekstrinsik (konsumsi tembakau, alkohol, menyirih, sinar matahari, iritasi kronis, dan virus).5,8 Resiko terjadinya kanker akan lebih meningkat apabila terdapat beberapa faktor predisposisi, misalnya merokok dengan minum alkohol, atau menyirih dengan tembakau.5,9,11

1.Genetik

Kanker rongga mulut dapat terjadi akibat DNA yang diturunkan secara herediter. Terbentuknya tumor terjadi akibat penyimpangan genetik sehingga terjadi pembelahan sel yang berlebihan dan tidak terkendali. Gen yang menjadi sasaran perubahan genetik adalah onkogen, yaitu gen yang meningkatkan pertumbuhan, anti onkogen yaitu gen yang menghambat pertumbuhan, dan gen yang mengatur apoptosis.8,9

2.Tembakau

Sebagian besar pengguna tembakau mengalami kanker mulut. Tembakau dapat merusak sel dalam epitel rongga mulut dan orofaring. Hal ini menyebabkan sel


(30)

tumbuh lebih cepat secara abnormal. Para peneliti percaya bahwa bahan kimia dalam tembakau terkait dengan peningkatan risiko kanker rongga mulut.9,23

3.Alkohol

Penelitian epidemiologi di beberapa negara menunjukkan bahwa risiko terjadi kanker rongga mulut 10-15 kali lebih besar pada peminum alkohol berat. Namun, peran dari alkohol sebagai etiologi kanker mulut sulit untuk dinilai karena kebanyakan orang yang mengonsumsi alkohol juga perokok.7,8 Meminum alkohol dan merokok tembakau tampaknya memiliki efek sinergis dalam perkembangan kanker rongga mulut. 29

4.Menyirih

Kanker mulut umum terjadi pada orang yang menyirih.29,31 Penemuan terbaru dari India menunjukkan bahwa menyirih saja tidak menyebabkan kanker mulut kecuali bila daun sirih dicampurkan dengan tembakau dan konsumsi nutrisi yang tidak cukup.10,30 Zat berbahaya pada tembakau yang digunakan dalam menyirih dapat menyebabkan kanker jika berkontak dengan gingiva dan lidah dalam waktu yang lama.8,30

5.Virus

Human papilloma virus (HPV) adalah virus DNA beruntai ganda yang menginfeksi sel epitel kulit dan mukosa.8,32 Penularan virus terjadi ketika mukosa mulut berkontak dengan virus, yang memungkinkan untuk mentransfer antara sel-sel epitel.32 HPV yang sering menjadi atiologi kanker rongga mulut ialah HPV-16.8


(31)

6. Malnutrisi

Pola makan yang buruk dapat meningkatkan risiko pada kanker rongga mulut karena kurangnya zink, vitamin atau mineral lainnya.8 Diet tinggi buah dan sayuran mengurangi risiko terjadi kanker rongga mulut. Hal ini disebabkan karena buah dan sayur mengandung banyak vitamin dan zat-zat lainnya yang membantu mencegah kerusakan sel tubuh. 8,32

7. Sinar matahari

Paparan sinar matahari yang mengandung komponen ultraviolet merupakan faktor risiko terjadinya kanker pada mukosa labial.9,32 Kira-kira 30% pasien yang menderita kanker merupakan pekerja yang banyak terpapar pada sinar matahari, misalnya petani dan nelayan.8,9,32

2.2.4 Stadium dan Gambaran Klinis Kanker Rongga Mulut

Stadium awal kanker rongga mulut, ditandai dengan adanya bercak merah, atau bercak putih yang tidak sakit.25 Ulkus yang tidak sembuh dalam waktu 2 minggu, dapat dicurigai sabagai awal proses keganasan.16,27 Tanda lain dari ulkus dengan proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung, lebih tinggi dari sekitarnya, dan indurasi.25,27 Umumya pada tahap dini kanker rongga mulut tidak menimbulkan gejala.16,25 Pertumbuhan ulkus tersebut disebut sebagai pertumbuhan endofitik. Selain itu, kanker rongga mulut juga terlihat sebagai pertumbuhan yang eksofitik yang dapat berbentuk bunga kola atau papiler, mudah berdarah.25,27


(32)

Gambar 6: Kanker rongga mulut.28

2.2.5 Gambaran Histopatologis

Secara histopatologis gambaran yang terlihat sebelum terjadinya keganasan adalah displasia epitel. Displasia epitel adalah diagnosis histologis yang menunjukkan pertumbuhan yang tidak teratur. Hal ini dianggap sebagai suatu kondisi prakanker.27 Lesi prakanker dapat memperlihatkan adanya displasia dengan kategori dengan ringan, sedang dan berat. Berdasarkan kriteria histomorfologis, displasia ringan memiliki sel displastik yang terbatas pada lapisan basal epithelium, sementara perubahan pada displasia sedang dan berat meliputi perubahan morfologi seluler dan peningkatan ketebalan lapisan epitel sebanyak 2/3 sampai 3/4 ketebalan lapisan epitel. Diagnosis karsinoma sel skuamosa ditegakkan jika terdapat kerusakan membran dasar dan invasi sel epitel displastik menuju jaringan ikat.25,26 Karsinoma sel skuamosa rongga mulut dapat berkembang di tempat yang sebelumnya terdapat leukoplakia dan eritroplakia.16,25


(33)

2.2.6 Diagnosis

Anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang merupakan metode yang dapat mendukung diagnosa dini kanker di rongga mulut. 29,31 Anamnesis adalah pemeriksaan dengan cara pemeriksaan klinis dan pemeriksaan fisik.29

Pemeriksaan klinis merupakan pemeriksaan yang paling penting, karena hasil pemeriksaaan ini menentukan apakah ada atau tidak dugaan kanker rongga mulut dan apakah perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Anamnesis dilakukan dengan cara tanya jawab kepada penderita dan keluarganya tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit yang diderita, kebiasaan buruk pasien dan mulut masa lalu, riwayat medik, riwayat keluarga dan sosial.29

Pemeriksaan lanjut dilakukan pada mulut dan tenggorokan diperiksa untuk bercak merah atau putih, benjolan, bengkak, atau masalah lainnya dengan cara inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan ini termasuk melihat pada langit-langit mulut, belakang tenggorokan, dan bagian dalam dari pipi dan mukosa labial.29,32 Apabila terdapat ulkus yang tidak sembuh lebih dari 2 minggu pasien harus melakukan biopsi di rumah sakit dan mendapatkan perawatan lanjutan.29

2.3 Hubungan Menyirih dengan Kanker Rongga Mulut

Di India, lebih dari 40% pasien kanker rongga mulut memiliki kebiasaan menyirih, hal ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara Eropa yaitu 4%.10 Penelitian di Taiwan juga menunjukkan bahwa menyirih merupakan penyebab utama terjadinya kanker rongga mulut. Faktor-faktor yang memiliki hubungan yang kuat


(34)

antara kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut adalah lama, frekuensi menyirih dan komposisi menyirih.11

2.3.1 Komposisi Menyirih

Komposisi yang digunakan untuk menyirih dikatakan dapat memicu terjadi kanker, terutama kanker rongga mulut.5,9,10 Bahan menyirih adalah daun sirih, pinang, gambir, tembakau dan kapur.1,2,12 Daun sirih mengandung safrol yang merupakan bahan karsinogenik, walaupun safrol dengan cepat dimetabolisme dalam tubuh manusia menjadi dihydroxychavicol dan eugenol, yang diekskresikan bersama dengan urin.3,4 Selain itu, batang sirih mengandung bahan karsinogen.4

Pinang mengandung tannin dan arecoline, yaitu kandungan utama alkaloid

yang diketahui bersifat karsinogenik.18,19 Salah satu kandungan dari pinang yaitu

arecoline bersifat sitotoksik dan genotoksik yang dapat menghambat pertumbuhan sel fibroblas mukosa, kerusakan gen, dan merusakkan pembentukan kromosom.17,18

Arecoline dikatakan lebih sitotoksik banding catechin. Catechin yang terdapat pada gambir juga diketahui bersifat karsinogenik.24 Gambir mengandung 7-33%

catechin yang menyebabkan kanker rongga mulut.24,25 Selain itu, kapur yang digunakan untuk menyirih dapat meningkatkan pH menjadi 10, sehingga terbentuk oksigen reaktif (radikal bebas). Oksigen yang dihasilkan akibat penggunaan kapur tadi, akan merangsang pertumbuhan sel yang bersifat karsinogenik.4

Penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker karena tembakau mengandung karsinogen. Risiko kanker rongga mulut mulut dan lesi premalignan meningkat dengan jumlah tembakau yang dikonsumsi dan durasi penggunaan tembakau.2,8 Menurut penelitian yang dilakukan oleh International


(35)

Agency on Cancer (IARC), terbukti bahwa menyirih dengan menambahkan tembakau dapat meningkatkan resiko terjadi kanker rongga mulut.7

2.3.2 Frekuensi Menyirih

Penyirih tidak mengenal waktu, kegiatan tersebut dapat dilakukan pagi, siang, sore bahkan malam hari.6 Konsumsi sirih dengan frekuensi yang tinggi dapat menyebabkan kanker rongga mulut karena sirih mengandung karsinogenik.11

2.3.3 Lama Menyirih

Resiko terjadinya kanker rongga mulut dapat dikaitkan dengan lama kebiasaan menyirih dilakukan.25 Menurut penelitian Gupta, kebanyakan kebiasaan menyirih dimulai dari umur 15 tahun, maka risiko terjadinya kanker rongga mulut akibat menyirih pada individu berusia 40 tahun adalah tinggi.2 Hal ini karena semakin lama kebiasaan menyirih ini dilakukan semakin tinggi risiko mendapat kanker rongga mulut karena komposisi menyirih mempunyai bahan yang mengandungi karsinogenik.4


(36)

2.4 KERANGKA TEORI

Komposisi menyirih Lama Menyirih

Kebiasaan Menyirih

Frekuensi menyirih per hari

• Mukosa penyirih • Lesi submukus fibrosis • Praleukoplakia dan

leukoplakia • Lesi liken planus • Kanker rongga mulut


(37)

2.5 KERANGKA KONSEP

Kebiasaan Menyirih - Lama

- Frekuensi - Komposisi

Kanker Rongga Mulut

Variabel tak terkendali Umur

Jenis kelamin


(38)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei analitik yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efeknya yaitu kebiasaan menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut. Faktor risiko dan efek setiap subjek diobservasi satu kali saja pada saat yang sama.33

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam lingkungan komunitas India daerah Klang, Selangor, Malaysia. Tempat ini dipilih karena terdapat banyak penduduk yang mempunyai kebiasaan menyirih dan belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

3.2.2 Waktu Penelitian


(39)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih pada penduduk komunitas India di linkungan Klang, Selangor, Malaysia.

3.3.2 Sampel

Sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih pada komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia. Besar sampel yang diperlukan bagi penelitian ini ditentukan dari suatu rumus yaitu:

Uji Hipotesis Satu Kelompok Sampel:

=

Dimana:

n: jumlah subjek penelitian

: deviasi normal α untuk α = 0,05 adalah Zα = 1,96

Zβ: standar deviasi β normal. Standar deviasi untuk derajat kepercayaan 90%


(40)

Po: perkiraan proporsi populasi standar. Proporsi populasi yang digunakan 34% atau 0,34.34

Pa: perkiraan proporsi populasi yang ingin diteliti, yaitu 14%, karena pengurangan nilai Po dan Pa diharapkan memiliki hasil 20%.

Berdasarkan perhitungan, jumlah sampel minimum yang diperoleh adalah 35 orang. Untuk menghindari terjadinya bias penelitian, maka jumlah sampel yang diteliti ditambahkan 10% dari jumlah sampel minimum, yaitu 4 orang, sehingga diperoleh jumlah sampel total 39 orang penyirih yang terdiri dari penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia.

Penelitian ini menggunakan teknik pemilihan sampel secara purposive non probability sampling. Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. 35

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi

• Penyirih yang mepunyai kebiasaan menyirih dan masih menyirih sekurang-kurangnya 5 tahun pada waktu penelitian dilakukan.

• Penyirih yang bersedia untuk memberikan kerjasama dalam penelitian ini. • Penyirih yang dapat membuka mulutnya dengan baik.


(41)

Kriteria Eksklusi

• Penyirih yang sedang mengonsumsi obat-obatan secara rutin. • Penyirih yang mempunyai kebiasaan merokok.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel Bebas (faktor risiko) : Kebiasaan menyirih

- Lama

- Frekuensi

- Komposisi

Variabel Tergantung (efek) : Kanker Rongga Mulut Variabel tidak terkendali : - Umur

- Oral hygiene

- Jenis kelamin


(42)

3.4.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Satuan Ukur Skala ukur Alat pengukuran Variabel Tergantung Kanker rongga mulut

Terdapat ulser pada pinggir mulut, pipi atau lidah yang tidak

sembuh lebih dari 3 minggu, dan terdapat eritroplokia (bercak me-rah) atau leukoplakia (bercak putih) kemu-dian diagnosis dite-gakkan dengan melaku-kan biopsi .23

Ya/ Tidak Kate-gorik Alat diagnostik Variabel Bebas Kebiasaan menyirih

Suatu adiksi terhadap mengunyah pinang, kapur dan tembakau yang dibungkus dalam daun sirih, kemudian dikunyah beberapa menit sehingga berkontak dengan mukosa mulut.2

Ya/ Tidak Kate-gorik Rekam medis penelitian Variabel

Bebas Lama menyirih

Lama seseorang melakukan kebiasaan menyirih dari waktu pertama kali sampai penelitian dilakukan yang dihitung dalam tahun.

Tahun Nu-merik Rekam Medis Penelitian Variabel Bebas Variabel Tergantung Frekuensi Menyirih Komposisi Menyirih

Jumlah sirih yang dikonsumsi dalam satu hari.

Komposisi:

a. sirih, tembakau, kapur, pinang b. sirih, pinang,

kapur

c. sirih, pinang, tembakau Kali/ hari - Nu-merik Kate-gorik Rekam medis penelitian Rekam medis penelitian


(43)

3.5 Sarana Penelitian

3.5.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah:

1. Alat diagnostik (kaca mulut, pinset, dan sonde) 2. Lampu senter

Bahan 1. Masker

2. Sarung Tangan 3. Alkohol 70%

3.5.2 Formulir Pencatatan

Formulir pencatatan terdiri dari rekam medis penelitian yang mencakup data demografi dan data klinik pemeriksaan subjektif dan objektif.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi rumah penduduk di Daerah Klang, Selangor, Malaysia yang mempunyai kebiasaan menyirih. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diberi penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan. Jika subjek bersedia, kemudian diminta untuk menandatangani

informed consent.

Pengumpulan data demografi diperoleh dengan melakukan tanya jawab langsung dengan subjek yang berpatisipasi dalam penelitian ini. Data kebiasaan


(44)

menyirih diperoleh dengan anamnesis terhadap subjek penelitian dan data dicatat pada rekam medis penelitian. Data klinis diperoleh dengan melakukan pemeriksaan klinis terhadap subjek dengan cara sebagai berikut:

1. Subjek diminta duduk dengan tenang.

2. Subjek diminta membuka mulut semaksimal mungkin.

3. Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan alat diagnostik dan lampu senter. 4. Jika terdapat lesi dengan gambaran klinis kanker rongga mulut yang

berhubungan dengan kebiasaan menyirih pada subjek maka dibawa ke Hospital Tengku Ampuan Rahimah Klang, Selangor, Malaysia untuk melakukan biopsi untuk menegakkan diagnosis.

5. Peneliti mencatat dalam rekam medis penelitian.

3.6.1 Prosedur Penelitian

Skema alur penelitian :

Subjek yang sesuai dengan kriteria inkusi dan eksklusi diberikan penjelasan tentang penelitian yang dilakukan dan subjek diminta

menandatangani informed consent

Data demografi diperoleh dengan tanya jawab

Data kebiasaan menyirih diperoleh dengan anamnesis menggunakan rekam medis penelitian

Melakukan pemeriksaan klinis untuk melihat lesi. Jika dijumpai lesi- biopsi dilakukan


(45)

3.7 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual untuk analisis data univariat dan dengan menggunakan komputer untuk analisis data bivariat.

3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menguji hipotesis yang dilakukan dengan mengumpulkan data univariat dan data bivariat.

3.8.1 Data Univariat

Data univariat adalah sekumpulan pengamatan terhadap satu variabel.36 Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran pada rongga mulut subjek. Data univariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi:

- Distribusi dan frekuensi penyirih berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin.

- Distribusi dan frekuensi penyirih menurut lama menyirih.

- Distribusi dan frekuensi penyirih menurut frekuensi menyirih per hari. - Distribusi dan frekuensi penyirih menurut komposisi menyirih.

3.8.2 Data Bivariat

Data bivariat adalah korelasi antara dua variabel yang berupa hasil pengukuran. Analisis bivariat adalah untuk melihat korelasi hubungan kebiasaan menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut. Data yang terkumpul dianalisa dengan uji statistik Chi-Square. Perhitungan statistik apabila nilai P < 0,05 maka h0


(46)

diterima yaitu terdapat hubungan signifikan antara variabel. Bila nilai P > 0,05 maka h0 ditolak yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Data

bivariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi:36

1. Hubungan kebiasaan menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut. 2. Hubungan lama menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut.

3. Hubungan frekuensi menyirih per hari dengan terjadinya kanker rongga mulut.

4. Hubungan komposisi menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut.

3.9 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut: 1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

Peneliti mengajukan surat permohonan kepada ketua tim kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian karena penelitian ini melibatkan mahluk hidup yaitu manusia. Kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara sukarela kepada subjek penelitian untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi subjek yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan subjek penelitian untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.


(47)

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti, karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk data kelompok bukan data pribadi masing-masing responden.


(48)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Analisis Univariat

4.1.1 Data Demografis Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini melibatkan 39 orang penduduk komunitas India yang mempunyai kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia. Pada penelitian ini, usia rata-rata subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih adalah 62,56 tahun. Kelompok subjek laki-laki dan perempuan dengan usia lebih dari 60 tahun memiliki jumlah yang paling tinggi yaitu sebanyak 21 orang (53.85%). Usia subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih paling muda 36 tahun dan usia paling tua adalah 79 tahun. (Tabel 1). Pada penelitian ini didapat hasil subjek perempuan lebih banyak dari laki-laki yaitu 30 orang (79,49%) berbanding laki-laki 9 orang (20,59%).


(49)

Tabel 1. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN USIA

Umur

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

N % N % N %

< 40 tahun 1 2,56 2 5,13 3 7,69

41–50 tahun 3 7,69 2 5,13 5 12,82

51-60 tahun - 10 25,64 10 25,64

> 60 tahun 4 10,26 17 43.59 21 53,85

Total 9 20,51 30 79.49 39 100

4.1.2 Data Riwayat Kebiasaan Menyirih Subjek Penelitian

Tabel 2 menunjukkan persentase subjek penelitian menurut lama menyirih, terlihat penduduk komunitas India yang mempunyai kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia paling banyak mempunyai kebiasaan lebih dari 20 tahun (61,54%). Sementara, hanya 4 orang yang telah menyirih antara 10-20 tahun (10,25%).


(50)

Tabel 2. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI PENYIRIH MENURUT LAMA MENYIRIH

Lama Menyirih Jumlah (orang) Persentase

< 10 tahun 11 28,21

10-20 tahun 4 10,25

> 20 tahun 24 61,54

Total 39 100

Penyebab subjek menjadi adiksi dengan kebiasaan menyirih terlihat bahwa pada penduduk komunitas India yang mempunyai kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia paling banyak mempunyai kebiasaan menyirih akibat lingkungan tempat tinggal (64,10%) dan hanya terdapat 2 orang yang menjadi adiksi akibat kepercayaan agama (5,13%). Hasil ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI PENYEBAB PENYIRIH MENJADI ADIKSI

Penyebab Jumlah (orang) Persentase

Lingkungan tempat tinggal 25 64,10

Kepercayaan agama 2 5,13

Manfaat kesehatan 12 30,77

Total 39 100

Pada penduduk komunitas India yang mempunyai kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia terlihat bahwa persentase frekuensi menyirih


(51)

dalam sehari paling banyak adalah kurang dari 10 daun per hari yaitu sebanyak 20 orang (51,29%). Selain itu, hanya terdapat 5 orang (12,81%) yang menyirih lebih dari 20 daun per hari (Tabel 4).

Tabel 4. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI PENYIRIH MENURUT FREKUENSI MENYIRIH PER HARI

Jumlah Daun/ Hari Jumlah (orang) Persentase

<10 daun 20 51,29

11-20 daun 14 35,90

> 20 daun 5 12,81

Total 39 100

Pada tabel 5 terlihat bahwa persentase penyebab frekuensi menyirih per hari pada penduduk komunitas India yang mempunyai kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia paling banyak akibat kebosanan (56,41%). Pada penelitian ini hanya terdapat 4 orang (10,25%) yang menyirih untuk menahan kelaparan.

Tabel 5. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI PENYEBAB FREKUENSI MENYIRIH PER HARI

Penyebab Jumlah (orang) Persentase

Kebosanan 22 56,41

Penyegar mulut 13 33,33

Menahan kelaparan 4 10,25

Total 39 100

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada penduduk komunitas India yang mempunyai kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia paling


(52)

banyak mempunyai kebiasaan menyirih dengan menggunakan tembakau, kapur, pinang yang ditambahkan pada sirih (46,15%). Pada komunitas ini hanya terdapat 9 orang (23,08%) yang menggunakan tembakau dan pinang pada sirih. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. DISTRIBUSI PERSENTASE PENYIRIH MENURUT KOMPOSISI MENYIRIH

Komposisi Jumlah (orang) Persentase Sirih, tembakau, kapur, pinang 18 46,15

Sirih, kapur, pinang 12 30,77

Sirih, tembakau, pinang 9 23,08

Total 39 100

Pada penduduk komunitas India yang mempunyai kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia terdapat 7 orang (17,95%) dari jumlah 39 subjek penelitian yang menderita kanker rongga mulut. Hasil isi dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. PREVALENSI KANKER RONGGA MULUT

Kanker Rongga Mulut Jumlah Persentase

Ya 7 17,95

Tidak 32 82,05


(53)

4.2 Hasil Analisis Bivariat

Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Kebiasaan Menyirih Dengan

Kanker Rongga Mulut

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan uji statistik Chi-Square dengan tabulasi silang (cross-tab) untuk menguji tingkat kemaknaan antara kebiasaan menyirih (lama menyirih, frekuensi menyirih per hari dan komposisi menyirih) dengan kanker rongga mulut. Perhitungan statistik apabila nilai P < 0,05 maka h0 diterima yaitu terdapat

hubungan signifikan antara variabel

Pada tabel 8, terlihat bahwa terdapat 7 orang (17,95%) yang mempunyai kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India dengan kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut dengan nilai P = 0,040 dimana nilai signifikasi adalah P < 0,05.


(54)

Tabel 8. HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENYIRIH DENGAN KANKER RONGGA MULUT

Subjek

(Kebiasaan Menyirih)

Kanker Rongga Mulut Nilai P

Ya Tidak

Laki 1 8

0,040*

Perempuan 6 24

Total 7(17,95%) 32(82,05%) * = signifikan

Tabel 9 menunjukkan persentase kanker rongga mulut dihubungkan lama menyirih dalam hitungan tahun. Pada tabel ini, terlihat bahwa kanker rongga mulut paling banyak menyirih pada subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih lebih dari 20 tahun yaitu sebanyak 6 orang (23,08%) diikuti subjek yang menyirih selama 11-20 tahun yaitu 1 orang (25,08%). Kanker rongga mulut memiliki hubungan yang signifikan terhadap lama menyirih. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P=0.045, dimana nilai signifikasi adalah P < 0,05.

Tabel 9. HUBUNGAN ANTARA LAMA MENYIRIH DENGAN TERJADINYA KANKER RONGGA MULUT

Lama Menyirih Kanker Rongga Mulut Total Nilai P

Ya Tidak

< 10 tahun 0 (0,00%) 11 (28,21%) 11

0,045* 10-20 tahun 1 (2,57%) 3 (7,69%) 4

> 20 tahun 6 (23,08) 18 (38,45%) 24 * = signifikan


(55)

Persentase kanker rongga mulut yang dihubungkan dengan frekuensi menyirih per hari dapat dilihat pada tabel 10. Kanker rongga mulut terjadi paling banyak pada subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih lebih dari 20 sirih per hari yaitu 4 orang (10,26%) diikuti menyirih antara 11-20 sirih per hari yaitu 2 orang (5,23%) dan 1 orang (2,56%) yang menyirih 1-10 sirih per hari. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara frekuensi menyirih per hari dengan kanker rongga mulut dengan nilai P = 0,009, sedangkan nilai signifikasi adalah P < 0,05.

Tabel 10. HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENYIRIH PER HARI DENGAN TERJADINYA KANKER RONGGA MULUT

Jumlah Ramuan Sirih/Hari

Kanker Rongga Mulut Total Nilai P Ya Tidak

< 10 sirih 1 (2,56%) 19(48,72%) 20

0,009* 11-20 sirih 2 (5,23%) 12(30,67%) 14

> 20 sirih 4(10,26%) 1 (2,56%) 5 * = signifikan

Tabel 11 menunjukkan persentase kanker rongga mulut dihubungkan komposisi menyirih. Berdasarkan tabel, terlihat bahwa kanker rongga mulut paling banyak terdapat pada subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih dengan menggunakan tembakau, kapur, pinang dengan daun sirih yaitu 5 orang (12,82%) dan pada subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih dengan komposisi kapur dan pinang dengan daun sirih terdapat 2 orang (5,13%) yang mempunyai kanker rongga mulut. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara komposisi


(56)

menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut dengan nilai P = 0,038, dimana nilai signifikasi adalah P < 0,05.

Tabel 11. HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI DAN KANKER RONGGA MULUT

Jumlah Sirih/Hari Kanker Rongga Mulut Total Nilai P Ya Tidak

Sirih, tembakau, kapur, pinang 5(12,82) 10(25,64) 18

0,038* Sirih, kapur, pinang 2(5,13) 13(33,33) 12

Sirih, tembakau, pinang 0 9 9


(57)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini diperoleh, kelompok umur laki-laki dan perempuan yang paling banyak mempunyai kebiasaan menyirih berusia diatas 60 tahun (53,85%). Menurut penelitian Ghani, dkk (2013), didapati bahwa kegiataan menyirih banyak dijumpai di daerah desa karena, kurangnya paparan fakta tentang kanker rongga mulut sehingga masyarakat kurang memberi perhatian pada kesehatan rongga mulut. Sebagian besar orang yang sudah berusia lanjut masih mempunyai kebiasaan menyirih sebagai tanda penghormatan dan mengikuti adat atau budaya warisan leluhur atau nenek moyangnya.37

Pada penelitian ini, didapati bahwa penduduk komunitas India yang mempunyai kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia adalah 9 orang (20,51%) laki-laki dan 30 orang (79,49%) perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Travasso, dimana diketahui prevalensi kebiasaan menyirih pada perempuan adalah lebih tinggi daripada laki-laki.38 Hal ini dikarenakan perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, mengobrol dengan tetangga, teman atau komunitas di lingkungan tempat tinggal sehingga kebiasaan menyirih menjadi rutin.5,38 Berdasarkan penelitian tersebut dapat dikaitkan dengan fakta bahwa perempuan yang mempunyai kebiasaan menyirih dalam populasi ini adalah ibu rumah tangga yang tinggal di perkebunan dan dari status sosial ekonomi rendah.5


(58)

Kebiasaan menyirih dapat menstimulasi aktivitas saraf, maka individu yang mempunyai kebiasaan menyirih akan merasa santai.Stimulasi aktivitas saraf ini dapat dikaitkan dengan kandungan arecoline di pinang yang merupakan agen simpatomimetik yang merangsang rasa santai, meningkatan kewaspadaan dan mengurangi ketegangan.1 Disamping itu, kandungan nikotin dalam tembakau yang menjadikan ketergantungan, sehingga sulit bagi individu dengan kebiasaan menyirih untuk menghentikan kebiasaan menyirih.1,5,37 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa kebiasaan menyirih pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia paling banyak dijumpai pada subjek dengan lama kebiasaan menyirih lebih dari 20 tahun sebesar 24 orang (61,54%). Menurut penelitian Ghani (2011), kebiasaan menyirih dimulai dari kecil dengan sikap ingin tahu kemudian kebiasaan ini menjadi adiksi maka kebiasaan menyirih dibawa sihingga usia lanjut.37

Kebiasaan menyirih biasa dimulai dari kecil. Hal ini disebabkan karena pada komunitas India kebiasaan menyirih dilakukan pada setiap acara tradisional (adat),sehingga kebiasaan menyirih dimulai dari kecil dimana kebiasaan ini selalu dilakukan dalam pesta keluarga.2 Pada penelitian ini, didapati bahwa subjek mempunyai kebiasaan menyirih disebabkan karena lingkungan tempat tinggal (64,10%). Menurut penelitian Guha (2006), kebiasaan menyirih pada komunitas India telah dikaitankan dalam setiap bidang kehidupan manusia termasuk sosial, budaya, agama dan kehidupan sehari-hari.4


(59)

Frekuensi menyirih per hari pada penelitian ini didapat bahwa kebanyakan penduduk komunitas India yang mempunyai kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia menyirih kurang dari 10 ramuan sirih per hari yaitu sebesar 20 orang (51,29%). Frekuensi kebiasaan menyirih disebabkan karena banyak waktu luang seperti pada waktu istirahat dan selesai makan. Selain itu, apabila ada salah satu orang menyirih maka orang lain disekitarnya akan ikut menyirih.5 Pada penelitian ini, juga didapat bahwa subjek mempunyai kebiasaan menyirih akibat kebosanan (56,41%). Menurut penelitian Vasu, suri rumah lebih meluangkan masa untuk kebiasaan menyirih untuk mengurangkan ketegangan dalam masalah keluarga dan merasa santai.39

Pada penelitian ini didapat bahwa komposisi menyirih yang paling banyak digunakan oleh penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia adalah menggunakan tembakau, kapur, pinang dan sirih yaitu sebanyak 18 orang (46,15%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Doss (2013), yang menemukan bahwa 83,3% penyirih menggunakan komposisi tersebut.37 Kebanyakan penyirih menggunakan tembakau, kapur dan pinang karena bahan ini mengandung alkaloid yang dapat memberikan efek euforia ringan dan rasa nyaman pada penyirih.1,11

Prevalensi kanker rongga mulut pada penelitian ini ditemui sebanyak 7 orang (17,95%) dari 39 subjek penelitian. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan oleh Ko, dkk (1995) di Taiwan yaitu sebanyak 8,5%.41 Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah pada penduduk komunitas India di


(60)

lingkungan Klang yang menjadi subjek penelitian sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang rendah terutama pengetahuan kesehatan rongga mulut. Prevalensi kanker rongga mulut pada penelitian ini lebih tinggi dari penelitian negara lain karena kebiasaan sehari-hari yang dilakukan penduduk di masing-masing negara tidak sama.12,38 Menurut penelitian Rooney, terdapat prevalensi kanker rongga mulut yang tinggi di negara-negara yang masih belum bangun dengan persekitaran kawasan estet dan desa.1

Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut yang ditunjukkan dengan nilai P=0,040 dimana nilai signifikasi adalah P<0,05. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghani, dkk (2011) dan Kamaruzaman, dkk (2013), dimana ketahui terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut.5,37 Kebiasaan menyirih memiliki peran terhadap kanker rongga mulut. Mengunyah sirih menginduksi iritasi lokal pada mukosa mulut, menyebabkan peradangan kronis, stres oksidatif, produksi sitokin, dan luka traumatis yang menyebabkan bahan karsinogen yang terkandung dalam sirih masuk ke dalam sistem tubuh.1,9

Berdasarkan lama menyirih subjek penelitian, diketahui bahwa kanker rongga mulut pada subjek penelitian yang mempunyai kebiasaan menyirih lebih dari 20 tahun sebesar 6 orang (23,18%). Hasil yang diperoleh menunjukkan hubungan yang signifikan antara lama menyirih dengan kanker rongga mulut (nilai P = 0,045). Hal ini disebabkan kebiasaan menyirih yang lama dapat menyebabkan kehilangan


(61)

jaringan mukosa mulut sehingga terbentuk eritroplakia atau leukoplakia maka ini dapat menyulitkan penyirih untuk makan, mengunyah dan bicara jika tidak mengambil perawatan awal.39 Menurut penelitian Wu, semakin lama penyirih mempunyai kebiasaan ini maka semakin tinggi persentase untuk mendapatkan kanker adalah tinggi. Ini karena bahan sirih yang dikonsumsi mempunyai bahan karsinogenik.40

Berdasarkan penelitian ini, frekuensi menyirih per hari oleh subjek penelitian menunjukkan bahwa terdapat kanker rongga mulut pada 4 orang (10,26%) yang menyirih lebih dari 20 sirih per hari. Kanker rongga mulut juga didapati pada subjek yang menyirih antara 11-20 ramuan sirih per hari yaitu 2 orang (5,23%) dan 1 orang (2,56%) yang menyirih kurang dari 10 ramuan sirih per hari. Data ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi menyirih per hari dengan kanker rongga mulut (nilai P = 0.009). Menurut penelitian Wu, frekuensi menyirih per hari dapat dilihat pada penyirih yang lebih meluangkan masa di rumah karena kebosanan yang dialami di persekitan tempat tinggal maka menyirih dapat memberi rasa santai pada penyirih.40

Berdasarkan penelitian ini, kanker rongga mulut paling banyak ditemui pada penduduk komunitas India di Lingkungan Klang yang menyirih dengan komposisi tembakau, kapur, pinang dan sirih yaitu sebesar 5 orang (12,82%). Hasil yang diperoleh menunjukkan hubungan yang signifikan antara komposisi menyirih dengan kanker rongga mulut (nilai P = 0,045). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wu (2004), menyatakan bahwa tangkai sirih mengandung karsinogen, sedangkan daun


(62)

memiliki zat antikarsinogen.40 Tembakau merupakan salah satu penyebab kanker rongga mulut. Tembakau mengandung 28 jenis bahan kimia. Bahan kimia yang paling berbahaya dalam tembakau adalah nitrosamin yang terbentuk selama pertumbuhan, menyembuhkan, fermentasi, dan penuaan tembakau. Menurut penelitian National Cancer Institute (2010), telah menemukan bahwa tingkat nitrosamine secara langsung berhubungan dengan risiko kanker.41 Selain itu, penggunaan pinang dalam menyirih dapat menyebabkan kanker rongga mulut karena pinang mengandungi arekolin dan alkaloid yang bersifat sitotoksik dan genotoksik yang dapat merangsang pertumbuhan sel yang bersifat karsinogenik.4 Penggunaan kapur sebagai komposisi sirih dapat menyebabkan peradangan di daerah submukosa dan telah dilaporkan bahwa kandungan kalsium hidroksida dalam kapur dengan penggunaan pinang menyebabkan pembentukan oksigen reaktif yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada DNA sel mukosa mulut.10


(63)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelititian ini dapat disimpulkan bahwa kanker rongga mulut mempunyai hubungan yang signifikan dengan kebiasaan menyirih pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang Selangor Malaysia. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama menyirih, frekuensi menyirih per hari, dan komposisi menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut.

6.2 Saran

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak. Selain itu, penelitian dilakukan dengan usia dan jenis kelamin yang homogen. Kebiasaan menyirih yang semakin meluas di kalangan masyarakat harus dicegah dengan mengembangkan persepsi tentang buruknya kebiasaan menyirih melalui edukasi maupun penyuluhan secara langsung oleh dokter gigi dan tenaga medis. Masyarakat harus diberi edukasi dan penyuluhan tentang masalah kesehatan dan kesehatan rongga mulut yang dapat terjadi akibat kebiasaan menyirih, dimana salah satunya adalah kanker rongga mulut.


(64)

Daftar Pustaka

1. Rooney DF. Betel chewing in South-east Asia. <http://rooneyarchive.net/lect-

2. Gupta PC, Ray CS. Epidemiology of betel quid usage. Annals Academy of Medicine. July 2004; 33(4): 31-36

3. Walter TM, Sofia HN. Effects of consumption of thamboolam

(Desember 16, 2013)

4. Guha P. Betel leaf: The neglected green gold of India. J Hum Ecology 2006; 19(2): 87-93

5. Ghani WMN, Razak IA, Yong YH, Talib NA, Ikeda. Factors affecting commencement and cessation of betel quid chewing behavior in Malaysian adults. BMC Public Health 2011; 11(82):1-6

6. Anonymous. Budaya makan sirih dan pinang. <http://ilmubudayadasarbydir- kz

(Desember 18, 2013)

7. University of Malaya. Statistics of oral cancer in Malaysia 2010. <http:// mouthcancermalaysia.um.edu.my/statistic.html> (2010)

8. Cancer Research UK. Oral cancer risk factors 2013.


(65)

9. Liu SA. A literature analysis of the risk factor for oral cancer 2012. <http://w 20, 2013)

10.Chiba I. Prevention of betel quid chewer’s oral cancer in the Asian-Pacific area. Asian Pacific J Cancer Prevention 2011; 2: 263-269

11.Auluck A. Areca nut and betel quid chewing among South Asian immigrants to Western countries and its implications for oral cancer screening. PMC Public Health

12.Pobutsky AM. Enrica, Betel nut chewing in Hawaii: is it becoming public health? Historical and socio-cultural considerations. Hawaii J Medical Public Health 2012; 71(1): 23-26

13.Anonymous. Piper betle. <

19, 2013)

14.Perpustakaan Negara Malaysia. Daun sirih.

15.Pradhan D. Suri KA. Pradhan DK. Biswary P. Golden heart of nature: piper betle L. J of Pharmacognosy and Phytochemistry 2013; 1(6); 147-167

16.Putu GN. Keperawatan lintas budaya “budaya dan pengaruhnya terhadap kesehatan”.

17.Sutriasno RB. Ihtisar farmokognasi. Pharmascience Pacific 2013:155

18.Perpustakaan Negara Malaysia. Pina


(66)

19.Ferrera FD. Arecoline (betel nuts)

20.Perpustakaan Negara Malaysia. Gambir.

21.Kress H, Catechu, B.P Catechu. British pharmaceutical codex 2013. <http:// www.henriettesherbal.com/eclectic/bpc1911/uncaria-gamb.html> (Desember 16, 2013)

22.Perpustakaan Negara Malaysia. Kapur

23.Perpustakaan Negara Malaysia. Tembakau.

24.Staples GW. Bevacqua RF. Areca catechu (betel nut palm) August 2006. 25.Avon SL. Oral mucosal lesions associated with use of quid. J Canadian Dent

Association. 2012; 70(4):244-248

26.Nektorias. Oral submucous fibrosis. 18 January 2012. <http://emedicine.med scape.com/article/1077241-overview> (Januari 5, 2014)

27.Steve D. Leukoplakia

28.Chuang TY. Lichen planus.

29.Laronde DM, Hislop TG, Elwood JM, Rosin MP, Oral Cancer: Just the Facts. Journal de l'Association Dentaire Canadienne, 2008; 74(3)


(67)

30.Anonymous. Metastasis. metastasis.htm (Desember 28, 2013).

31.Razmara A. Madani AH. Daneshnia F. Effect of Dietary Habits in Combination with alcohol and tobacco on oral cancer: A Case-Control Study. Life Sci J 2013; 10(2s): 160-163

32.Cancer Research UK. Definite risks for mouth and oropharyngeal cancer. /definite-risks-for-mouth-and-oropharyngeal-cancer> (Desember 29, 2013) 33.Fajrani ND. Metode Penelitian Survey Analiti

2014)

34.World Health Organization. Betel quid and Areca Nut Chewing and sum areca nut derived nitrosamines. IARC 2004; 85: 91-92

35.William MK. Nonprobability sampling. <www.socialresearchmethods.net /kb /sampon.php> (Januari 15, 2014)

36.Tawi M. Analisis Data Penelitian. <

12 /analisa-data-penelitian/> (Januari 15, 2014)

37.Ghani WMN, Doss JG, Jamaluddin M, Kamaruzaman D, Rosnah D. Oral Cancer Awareness and its Determinants among a Selected Malaysian Populations. Asian Pacific J Cancer Prev, 2013; 14(3): 1957-1962

38.Travasso C. Betel Quid Chewing is Responsible for Half of Oral Cancer Cases in India, finds study.16 December content/347/bmj.f7536> (April 15, 2014)


(68)

39.Vasu S. Betel Chewi /SIP_883_2004-12-17.html> (April 15, 2014)

40.Wu MT, Hsu HK, Kao EL. Constituents of areca chewing related to esophagus cancer risk in Taiwanese men. Pub Med J 2004; 17(3):257-259 41.National Cancer Institute. Smokeless Tobacco and Cancer.


(69)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi Bapak/Ibu

Perkenalkan saya Athi Piriya, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ingin melakukan penelitian. Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Saudara untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian untuk skripsi saya yang berjudul “Hubungan kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama menyirih, frekuensi menyirih per hari dan komposisi menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut di kalangan masyarakat. Prosedur penelitian ini adalah dengan tanya jawab dengan subjek dan pemeriksaan rongga mulut yang dicatat pada rekam medis penelitian. Partisipasi ibu/bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela.

Pada kesempatan ini, saya ingin agar Bapak/Saudara mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian, saya

berharap Bapak/Saudara bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian, dan saya percaya bahwa partisipasi ini akan bermanfaat bagi Bapak/Saudara.


(70)

Jika Bapak/Saudara bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Bapak/Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Jika ada keluhan ataupun untuk informasi lebih lanjut mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian saya ini maka Bapak/Saudara dapat menghubungi saya.

Saya sebagai peneliti: Athi Piriya a/p Kanapathy

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp : 087768886393

Terima kasih untuk Bapak/Saudara telah menyediakan waktunya yang telah dipakai untuk mengikuti penelitian ini dan terima kasih telah membantu saya dengan menjadi subjek dari penelitian saya ini.

Peneliti,


(71)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Setelah membaca dan mendengar semua keterangan tentang keuntungan, risiko dan hak-hak sebagai subjek penelitian yang berjudul:

“ Hubungan Kebiasaan Menyirih dengan Kanker Rongga Mulut pada

Penduduk Komunitas India di Lingkungan Klang, Selangor, Malaysia”

Maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :………

Alamat :………

Telepon/Hp :………

Dengan penuh kesadaran atau tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian tersebut di atas. Apabila saya ingin mengundurkan diri, saya tidak dituntut apapun.

Medan, 2013 Yang menyetujui, Subjek Penelitian


(72)

Lampiran 3

Rekam Medis Penelitian

Hubungan Kebiasaan Menyirih dengan Kanker Rongga Mulut pada Komunitas India di Lingkungan Klang, Selangor, Malaysia

Nomor :

Tanggal Pemeriksaan :

Tempat :

A. DEMOGRAFI 1. Nama : 2. Umur : 3. Kelamin : 4. Pekerjaan :

B. DATA KEBIASAAN MENYIRIH 1. Berapa lama saudara menyirih?

< 10 tahun 10 -20 tahun

> 20 tahun

2. Kenapa menyirih dan menjadi adiksi pada saudara? Lingkungan tempat tinggal

Kepercayaan agama Manfaat pada kesehatan


(73)

3. Berapakah frekuensi menyirih saudara dalam 1 hari? <10 ramuan sirih

11-20 ramuan sirih >20 ramuan sirih

4. Kenapa menyirih sebanyak ini? Kebosanan

Penyegar mulut Menahan kelaparan

Lain-lain __________________________

5. Komposisi menyirih saudara adalah: Sirih, tembakau, kapur, pinang

Sirih, tembakau, pinang Sirih, kapur, pinang C. DIAGNOSIS

Kondisi Rongga Mulut: ...


(74)

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 39 37 79 62.56 11.175

Valid N (listwise) 39

Frequency Table

sex

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 9 23.1 23.1 23.1

perempuan 30 76.9 76.9 100.0

Total 39 100.0 100.0

lama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-10 tahun 11 28.2 28.2 28.2

11-20 tahun 4 10.3 10.3 38.5

diatas 20 tahun 24 61.5 61.5 100.0

Total 39 100.0 100.0

frekuensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(75)

Valid 1-10 tahun 20 51.3 51.3 51.3

11-20 tahun 14 35.9 35.9 87.2

diatas 20 tahun 5 12.8 12.8 100.0

Total 39 100.0 100.0

komposisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sirih, tembakau, kapur, pinang 18 46.2 46.2 46.2

sirih, tembakau, pinang 12 30.8 30.8 76.9

sirih, kapur, pinang 9 23.1 23.1 100.0

Total 39 100.0 100.0

ca_mulut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 10 25.6 25.6 25.6

tidak ada 29 74.4 74.4 100.0


(76)

Crosstabs

sex * lama Crosstabulation

lama

Total 1-10 tahun 11-20 tahun diatas 20 tahun

sex laki-laki Count 5 2 2 9

% within sex 55.6% 22.2% 22.2% 100.0%

% of Total 12.8% 5.1% 5.1% 23.1%

perempuan Count 6 2 22 30

% within sex 20.0% 6.7% 73.3% 100.0%

% of Total 15.4% 5.1% 56.4% 76.9%

Total Count 11 4 24 39

% within sex 28.2% 10.3% 61.5% 100.0%

% of Total 28.2% 10.3% 61.5% 100.0%

sex * frekuensi Crosstabulation

frekuensi

Total 1-10 tahun 11-20 tahun diatas 20 tahun

sex laki-laki Count 5 3 1 9

% within sex 55.6% 33.3% 11.1% 100.0%

% of Total 12.8% 7.7% 2.6% 23.1%

perempuan Count 15 11 4 30

% within sex 50.0% 36.7% 13.3% 100.0%

% of Total 38.5% 28.2% 10.3% 76.9%

Total Count 20 14 5 39

% within sex 51.3% 35.9% 12.8% 100.0%


(77)

sex * komposisi Crosstabulation komposisi Total sirih, tembakau, kapur, pinang sirih, tembakau, pinang sirih, kapur, pinang

sex laki-laki Count 4 4 1 9

% within sex 44.4% 44.4% 11.1% 100.0%

% of Total 10.3% 10.3% 2.6% 23.1%

perempuan Count 14 8 8 30

% within sex 46.7% 26.7% 26.7% 100.0%

% of Total 35.9% 20.5% 20.5% 76.9%

Total Count 18 12 9 39

% within sex 46.2% 30.8% 23.1% 100.0%

% of Total 46.2% 30.8% 23.1% 100.0%

sex * ca_mulut Crosstabulation

ca_mulut

Total ada tidak ada

sex laki-laki Count 2 7 9

% within sex 22.2% 77.8% 100.0%

% of Total 5.1% 17.9% 23.1%

perempuan Count 8 22 30

% within sex 26.7% 73.3% 100.0%

% of Total 20.5% 56.4% 76.9%

Total Count 10 29 39

% within sex 25.6% 74.4% 100.0%


(78)

Crosstabs

lama * ca_mulut

Crosstab

ca_mulut

Total ada tidak ada

lama 10 tahun Count 0 11 11

% within lama .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% 28.2% 28.2%

11-20 tahun Count 1 3 4

% within lama 25.0% 75.0% 100.0%

% of Total 2.6% 7.7% 10.3%

diatas 20 tahun Count 9 15 24

% within lama 37.5% 62.5% 100.0%

% of Total 23.1% 38.5% 61.5%

Total Count 10 29 39

% within lama 25.6% 74.4% 100.0%

% of Total 25.6% 74.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Pr

Pearson Chi-Square 5.564a 2 .062 .089

Likelihood Ratio 8.149 2 .017 .027


(79)

Linear-by-Linear Association 5.351b 1 .021 .021 .011

N of Valid Cases 39

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.03.

b. The standardized statistic is -2.313.

frekuensi * ca_mulut

Crosstab

ca_mulut

Total ada tidak ada

frekuensi 1-10 tahun Count 2 18 20

% within frekuensi 10.0% 90.0% 100.0%

% of Total 5.1% 46.2% 51.3%

11-20 tahun Count 4 10 14

% within frekuensi 28.6% 71.4% 100.0%

% of Total 10.3% 25.6% 35.9%

diatas 20 tahun Count 4 1 5

% within frekuensi 80.0% 20.0% 100.0%

% of Total 10.3% 2.6% 12.8%

Total Count 10 29 39

% within frekuensi 25.6% 74.4% 100.0%

% of Total 25.6% 74.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Pr

Pearson Chi-Square 10.378a 2 .006 .004


(80)

Fisher's Exact Test 9.068 .009

Linear-by-Linear Association 9.082b 1 .003 .003 .003

N of Valid Cases 39

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.28.

b. The standardized statistic is -3.014.

komposisi * ca_mulut

Crosstab

ca_mulut

Total ada tidak ada

komposisi sirih, tembakau, kapur, pinang Count 8 10 18

% within komposisi 44.4% 55.6% 100.0%

% of Total 20.5% 25.6% 46.2%

sirih, tembakau, pinang Count 2 10 12

% within komposisi 16.7% 83.3% 100.0%

% of Total 5.1% 25.6% 30.8%

sirih, kapur, pinang Count 0 9 9

% within komposisi .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% 23.1% 23.1%

Total Count 10 29 39

% within komposisi 25.6% 74.4% 100.0%


(1)

Crosstabs

sex * lama Crosstabulation

lama

Total 1-10 tahun 11-20 tahun diatas 20 tahun

sex laki-laki Count 5 2 2 9

% within sex 55.6% 22.2% 22.2% 100.0%

% of Total 12.8% 5.1% 5.1% 23.1%

perempuan Count 6 2 22 30

% within sex 20.0% 6.7% 73.3% 100.0%

% of Total 15.4% 5.1% 56.4% 76.9%

Total Count 11 4 24 39

% within sex 28.2% 10.3% 61.5% 100.0%

% of Total 28.2% 10.3% 61.5% 100.0%

sex * frekuensi Crosstabulation

frekuensi

Total 1-10 tahun 11-20 tahun diatas 20 tahun

sex laki-laki Count 5 3 1 9

% within sex 55.6% 33.3% 11.1% 100.0%

% of Total 12.8% 7.7% 2.6% 23.1%

perempuan Count 15 11 4 30

% within sex 50.0% 36.7% 13.3% 100.0%

% of Total 38.5% 28.2% 10.3% 76.9%

Total Count 20 14 5 39

% within sex 51.3% 35.9% 12.8% 100.0%


(2)

sex * komposisi Crosstabulation

komposisi

Total sirih, tembakau,

kapur, pinang

sirih, tembakau, pinang

sirih, kapur, pinang

sex laki-laki Count 4 4 1 9

% within sex 44.4% 44.4% 11.1% 100.0%

% of Total 10.3% 10.3% 2.6% 23.1%

perempuan Count 14 8 8 30

% within sex 46.7% 26.7% 26.7% 100.0%

% of Total 35.9% 20.5% 20.5% 76.9%

Total Count 18 12 9 39

% within sex 46.2% 30.8% 23.1% 100.0%

% of Total 46.2% 30.8% 23.1% 100.0%

sex * ca_mulut Crosstabulation

ca_mulut

Total ada tidak ada

sex laki-laki Count 2 7 9

% within sex 22.2% 77.8% 100.0%

% of Total 5.1% 17.9% 23.1%

perempuan Count 8 22 30

% within sex 26.7% 73.3% 100.0%

% of Total 20.5% 56.4% 76.9%

Total Count 10 29 39

% within sex 25.6% 74.4% 100.0% % of Total 25.6% 74.4% 100.0%


(3)

Crosstabs

lama * ca_mulut

Crosstab

ca_mulut

Total ada tidak ada

lama 10 tahun Count 0 11 11

% within lama .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% 28.2% 28.2%

11-20 tahun Count 1 3 4

% within lama 25.0% 75.0% 100.0%

% of Total 2.6% 7.7% 10.3%

diatas 20 tahun Count 9 15 24

% within lama 37.5% 62.5% 100.0%

% of Total 23.1% 38.5% 61.5%

Total Count 10 29 39

% within lama 25.6% 74.4% 100.0%

% of Total 25.6% 74.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Pr

Pearson Chi-Square 5.564a 2 .062 .089

Likelihood Ratio 8.149 2 .017 .027


(4)

Linear-by-Linear Association 5.351b 1 .021 .021 .011

N of Valid Cases 39

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.03. b. The standardized statistic is -2.313.

frekuensi * ca_mulut

Crosstab

ca_mulut

Total ada tidak ada

frekuensi 1-10 tahun Count 2 18 20

% within frekuensi 10.0% 90.0% 100.0%

% of Total 5.1% 46.2% 51.3%

11-20 tahun Count 4 10 14

% within frekuensi 28.6% 71.4% 100.0%

% of Total 10.3% 25.6% 35.9%

diatas 20 tahun Count 4 1 5

% within frekuensi 80.0% 20.0% 100.0%

% of Total 10.3% 2.6% 12.8%

Total Count 10 29 39

% within frekuensi 25.6% 74.4% 100.0%

% of Total 25.6% 74.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Pr

Pearson Chi-Square 10.378a 2 .006 .004


(5)

Fisher's Exact Test 9.068 .009

Linear-by-Linear Association 9.082b 1 .003 .003 .003

N of Valid Cases 39

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.28. b. The standardized statistic is -3.014.

komposisi * ca_mulut

Crosstab

ca_mulut

Total ada tidak ada

komposisi sirih, tembakau, kapur, pinang Count 8 10 18

% within komposisi 44.4% 55.6% 100.0%

% of Total 20.5% 25.6% 46.2%

sirih, tembakau, pinang Count 2 10 12

% within komposisi 16.7% 83.3% 100.0%

% of Total 5.1% 25.6% 30.8%

sirih, kapur, pinang Count 0 9 9

% within komposisi .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% 23.1% 23.1%

Total Count 10 29 39

% within komposisi 25.6% 74.4% 100.0%


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Pr

Pearson Chi-Square 6.948a 2 .031 .030

Likelihood Ratio 8.859 2 .012 .028

Fisher's Exact Test 6.518 .038

Linear-by-Linear Association 6.644b 1 .010 .010 .006

N of Valid Cases 39

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.31. b. The standardized statistic is 2.578.