1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.
Indonesia adalah Negara yang terkenal akan keberagaman sumber daya alamnya baik itu sumber daya alam yang terdapat di darat maupun di laut. Sebagai
Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, ternyata tidak menjamin rakyat yang hidup di dalamnya hidup dengan sejahtera. Namun, pada kenyataananya
sebagian besar rakyatnya tergolong miskin. Pada tahun 1998-1999 Indonesia mengalami puncak krisis di bidang ekonomi
dan hampir di seluruh aspek kehidupan. Kondisi tersebut mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada tahun 1996-1997,
angka kemiskinan di Indonesia rata-rata berada di bawah 20 dan tahun 1998- 1999 angka kemiskinan ini naik menjadi 24 dari jumlah penduduk pada saat itu
yang hampir mencapai 40 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2000 angka kemiskinan tersebut menurun menjadi 18 . Namun, pada tahun 2006, jumlah
masyarakat miskin menjadi 37,4 dari total penduduk yang mencapai 227 juta jiwa lebih. Ini membuktikan bahwa tidak ada yang dapat menjamin bahwa jumlah
penduduk miskin akan terus menurun atau semakin bertambah. Prosiding seminar program pengembangan diri 2006 bidang Ilmu Sosiologi, 2007 : 180.
Gejala ini tentunya dapat menjadi perhatian pemerintah dalam mengambil dan memutuskan setiap kebijakan-kebijakan selanjutnya yang akan diputuskan.
Seperti diketahui bahwa pemerintah belum lama ini telah menaikkan kembali harga bahan baku minyak BBM sekitar 30 , yang pada awalnya seharga Rp.
4500liter untuk premium menjadi 6000liter. Sudah dapat dibayangkan apa yang
Universitas Sumatera Utara
2 akan terjadi setelah kebijakan tersebut ditetapkan, salah satunya adalah kenaikan
harga di pasar untuk bahan pokok, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut akan mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan kondisi di Indonesia seperti di bidang
ekonomi dan keamanan. Belum lagi seperti yang kita ketahui tingkat pengangguran di Indonesia sendiri sudah cukup tinggi.
Kemiskinan terus menjadi fenomena sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state. Sejarah sebuah Negara yang salah memandang dan mengurus
kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak dapat mengenyam pendidikan yang berkualitas, sulit membiayai kesehatan, kurangnya akses kepelayanan
publik, kurangnya lapangan pekerjaan, bahkan lebih parah lagi jutaan rakyat tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan mendasarnya.
Fenomena ini sudah mulai tampak di berbagai daerah di Indonesia, seperti beberapa kali tayangan salah satu media elektronik yang menayangkan beberapa
kepala rumah tangga yang tak mampu lagi memberi makan anak-anaknya dengan nasi dan lauk pauk yang layak dan bergizi. Karena mereka hanya mampu untuk
memberi makan anak-anaknya sehari - hari dengan mengkonsumsi “nasi aking”. Nasi aking adalah sisa nasi yang sudah dimasak, dijemur kemudian dimasak
kembali. Biasanya nasi aking ini digunakan oleh peternak untuk memberi makan unggas seperti : bebek.
Secara keseluruhan fenomena kemiskinan kini telah mewarnai segala akses mendasar manusia seperti : hak untuk memperoleh pekerjaan yang layak,
memperoleh perlindungan hukum, memperoleh rasa aman, memperoleh akses atas kebutuhan hidup, memperoleh pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan, dan
Universitas Sumatera Utara
3 memperoleh hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik,
berinovasi dan ikut serta dalam menata pemerintahan yang baik. Kemiskinan dewasa ini juga tidak hanya terjadi di daerah pedesaan, namun
ironisnya kemiskinan kini telah merambah ke daerah perkotaan. Semakin banyak kantung-kantung kemiskinan di perkotaan di tengah-tengah pembangunan yang
semakin megah dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi ke atas. Namun, ternyata di sekelilingnya terdapat masyarakat miskin. Khusus di wilayah
perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai dengan
kualitas perumahan dan pemukiman yang tidak layak huni serta mata pencaharian yang tidak menentu.
Salah satu daerah yang termasuk kategori di atas adalah daerah Kelurahan Pangkalan Mansyhur Kecamatan Medan Johor. Seperti yang kita ketahui bahwa
daerah Medan Johor adalah daerah yang terkenal akan daerah perumahan elit, karena di daerah Medan Johor ini banyak sekali terdapat perumahan-perumahan
elit seperti perumahan Citra Wisata, Johor Indah, Johor Baru dan lain sebagainya. Namun di sisi lain ternyata masih banyak terdapat masyarakat yang tergolong
miskin. Salah satunya adalah masyarakat di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor yang memiliki total penduduk 34.034 jiwa pada tahun
2007 dan diantaranya terdapat 6.883 kepala keluarga yang tergolong miskin. Sumber : Data Based Kelurahan Pangkalan Manshyur Medan Johor.
Masalah kemiskinan di daerah Medan Johor ini dapat dikategorikan ke dalam masalah kemiskinan struktural dan budaya, rendahnya tingkat partisipasi
Universitas Sumatera Utara
4 masyarakat dalam ruang-ruang publik, serta tidak tersedianya akses ke prasarana
dan sarana yang tersedia. Melihat jumlah kemiskinan yang semakin bertambah tentunya pemerintah
tidak tinggal diam. Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah. Mulai dari program perkreditan, bantuan tunai langsung BLT, pemberian subsidi
kesehatan gratis askim, dan lain sebagainya. Namun hal itu belum menunjukkan hasil yang maksimal dan perlu dikembangkan dan dikaji kembali terutama
menyangkut efektifitasnya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah sejak tahun 1999, pemerintah
Indonesia melalui Dinas Pekerja Umum Direktorat Cipta Karya mengeluarkan kebijakan melalui program penanggulangan kemiskinan di perkotaan P2KP.
Program penanggulangan kemiskinan di perkotaan ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat berdaya dan mandiri yang mampu mengatasi berbagai
persoalan kemiskinan di wilayahnya. Hal ini dilaksanakan karena pemerintah menganggap bahwa orientasi
program penanggulangan kemiskinan yang terdahulu ternyata tidak mampu menjawab permasalahan kemiskinan karena pendekatan program kepada
masyarakat hanya bersifat parsial, sektoral serta tidak menyentuh akar kemiskinan itu sendiri. Akibatnya program-program yang telah dilaksanakan tidak mampu
menumbuhkan kemandirian masyarakat, namun sebaliknya masyarakat menjadi manja dan ketergantungan.
Melalui program penanggulangan kemiskinan di perkotaan P2KP ini diyakini bahwa masalah kemiskinan sebenarnya hanya dapat ditanggulangi oleh
masyarakat sendiri, yang mampu bersinergi dengan pemerintah daerah dan
Universitas Sumatera Utara
5 kelompok-kelompok peduli setempat dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pelestarian program-program pembangunan. Sehingga, jelas bahwa faktor kapasitas dan kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah menempati
posisi yang sangat strategis dalam penyiapan kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah di atas dengan mengambil judul mengenai “Implementasi Kebijakan Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP Studi Kasus pada Masyarakat Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor.”
1.2. Perumusan Masalah.