BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional yaitu kelompok kasus hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan variabel-variabel diukur
menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
1. SLB-C YPAC Medan Jl. Adinegoro No. 2 Medan Kec. Medan Timur 2. SLB-C Abdi Kasih Jl. Rawe IV kec. Medan Labuhan Martubung
3. SLB-C Taman Pend. Islam Jl. Sisingamangaraja Km. 7 No. 5 Kec. Medan
3.2.2 Waktu Penelitian
Bulan Februari- Maret 2012
3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah semua murid penderita sindroma Down yang ada di SLB-C YPAC, SLB-C st Lusia dan SLB-C Taman Pendidikan Islam.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel Penelitian yang diambil adalah murid dengan kelainan genetik
Sindroma Down yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
Kriteria Inklusi : 1. Penderita Sindroma Down
2. Berusia 13 tahun 3. Memiliki minimal 10 gigi
Kriteria Eksklusi : 1. Penderita penyakit kelainan darah seperti trombositopenia
3.3.3 Besar Sampel
Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
N = d
2
Zα
2
. P . Q
Zα=α=0,05 Zα= 1,96 P = Proporsi penyakit periodontal pada penderita sindroma Down = 0,9
Q = 1- P = 0,5 d = Perbedaan proporsi yang diharapkan sebesar 10 = 0,1
n = 0,1
2
1,96
2
. 0,9 . 0,1
n = 34,5 = 35
Universitas Sumatera Utara
3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas
Sindroma Down
3.4.2 Variabel Tergantung
Kebutuhan perawatan CPITN
3.4.3 Variabel Perantara
1. Kedalaman poket 2. Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi
3. Indeks Oral Higiene
3.4.4 Variabel Kendali
1.Usia 2.Jenis Kelamin
3. Kooperatif pasien
3.4.5 Variabel Tidak Terkendali
1. Tingkat ekonomi 2. Pola penyikatan gigi
3. Kebersihan rongga mulut
3.5 Defenisi Operasional
1. Sindroma Down adalah orang dengan cacat mental dengan wajah seperti ras mongoloid .
Universitas Sumatera Utara
2. Kedalaman poket adalah jarak antara dasar poket dengan krista tepi gingiva.
3. Indeks Oral Higiene adalah pengukuran dengan menggunakan kaca mulut
dan sonde berbentuk sabit tanpa menggunakan pewarna plak. Setiap permukaan gigi dibagi secara horizontal atas sepertiga gingiva, sepertiga tengah dan sepertiga inisial.
Untuk mengukur indeks debris, sonde ditempatkan pada sepertiga insisal gigi kemudian digerakkan ke arah gingiva.
4. Indeks perdarahan papila modifikasi dikemukakan oleh Saxer dan
Muhleman didasarkan pada pengamatan perdarahan gingiva yang timbul setelah prob periodontal diselipkan ke arah col sebelah mesial gigi yang diperiksa. Dengan tetap
mempertahankan ujung prob menyentuh ujung dasar sulkus. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut mesiovestibular. Prosedur ini diulangi pada setiap gigi
yang akan diukur indeks perdarahannya. 5. Indeks Periodontal Komunitas Untuk Kebutuhan Perawatan CPITN
digunakan untuk evalusi penyakit periodontal pada survei penduduk dan merekomendasikan jenis perawatan yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit
periodontal dengan prob WHO.
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat Penelitian
1. Prob periodontal WHO 2. Pinset, sonde sabit, dan kaca mulut
3.Senter
Universitas Sumatera Utara
3.6.2 Bahan Penelitian
1. Handscoon disposable 2. Masker
3. Kapas 4. Disinfektan
3.7 Prosedur Penelitian
1. Pemilihan sampel sesuai dengan ciri-ciri klinis sindroma Down. Mencari data diri subjek penelitian di SLB-C tersebut.
2. Sampel terpilih yang memenuhi syarat inklusi dan eksklusi dilakukan pemeriksaan intraoral dengan pencahayaan senter.
3. Pengumpulan data dilapangan dilakukan oleh peneliti dibantu oleh 3 orang rekan. Untuk menghindari kesalahan pengukuran maka kepada pengumpul data
diberikan pelatihan dan kalibrasi sehingga diperoleh persepsi yang sama dan konsisten.
4. Pemeriksaan intraoral terhadap subjek dilakukan dengan kaca mulut, sonde , dan prob periodontal. Pemeriksaan intraoral yang dilakukan pada penelitian bertujuan
untuk mendapatkan status periodontal pasien dengan cara memeriksa perdarahan gingiva, meraba kalkulus dan mengukur kedalaman poket. Guna status periodontal
tersebut untuk menentukan skor kebutuhan perawatan pada pasien tersebut. Hasil skor tersebut diisi pada tabel oleh mahasiswa peneliti. Jika sewaktu awal pemeriksaan
dilihat skor tertinggi yaitu skor 4, pemeriksaan tidak dilanjutkan ke gigi lain tetapi cukup hanya memakai skor tersebut mewakili seluruh gigi di rongga mulut.
Universitas Sumatera Utara
3.8 Analisis Data