yang akan merusak jaringan ikat gingiva serta memproduksi osteoklas yang meresorpsi tulang.
14
Tingkat rerata prostaglandin E2 PGE2 dalam cairan krevikular gingiva GCF pada sindroma Down secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
orang yang sehat. Produksi matriks metalloproteinase secara signifikan lebih tinggi pada penderita sindroma Down daripada orang yang normal. Matriks
metalloproteinase terdiri dari enzim proteolitik yang secara kolektif menurunkan matriks ekstra-selular dalam penyakit inflamasi kronis seperti periodontitis.
16
2.7 Kebutuhan Perawatan Periodontal
Pada sindroma Down dimana periodontitis dimulai dari usia dini dan tingkat keparahannya sejalan dengan pertambahan usia sehingga kebutuhan perawatan
periodontal penting untuk dilakukan.
7
Dari hasil penelitian, Sakellari dkk melaporkan bahwa perawatan gigi secara terus menerus, sistematis dan individual dapat menekan perkembangan penyakit
periodontal pada penderita sindroma Down.
17
Perawatan dental adalah aspek perawatan kesehatan yang paling sering diabaikan pada penderita gangguan intelektual. Selain itu, perawatan dental yang
berkualitas tidak akan terlaksana dengan kerjasama yang buruk.
7
Universitas Sumatera Utara
2.8 Indeks Pemeriksaan Klinis
2.8.1 Community Index of Periodontal Treatment NeedsCPITN
Indeks ini dikembangkan oleh Ainamo dkk yang merupakan anggota komite ahli WHO pada 1983. Untuk pemeriksaannya didesain suatu prob khusus dengan
ujung bulat berdiameter 0,5 mm dan berkalibrasi atas poket yang dangkal dan poket yang dalam dikenal dengan prob WHO. Prob ini digunakan untuk memicu
perdarahan gingiva, meraba kalkulus dan mengukur kedalaman poket. Indeks komunitas untuk kebutuhan perawatan digunakan untuk mengetahui tingkat
kebutuhan perawatan periodontal yang dibutuhkan pada suatu populasi.
14
Penilaian indeks CPITN pada individu dengan melihat skor terburuk pada tiap sekstan.
18
Kriteria pemberian skor untuk menentukan status periodontal dan kebutuhan perawatannya adalah tampak pada Tabel 1
Tabel 1. Kriteria Indeks Periodontal Komunitas Untuk Kebutuhan Perawatan Manson J.D, Eley B.M.Periodontics.5
th
ed.USA:Elsevier Ltd, 2010: 143
Status Periodontal Kebutuhan Perawatan
0 = Periodontal sehat 1 = Secara langsung atau dengan bantuan
kaca mulut terlihat perdarahan gingiva setelah probing
2 = Sewaktu probing terasa adanya kalkulus, tetapi seluruh bagian prob berwarna
hitam masih terlihat 3 = Poket dengan kedalaman 4 atau 5 mm
tepi gingiva berada pada bagian prob berwarna hitam
4 = Poket dengan kedalaman 6 mm bagian prob berwarna hitam tidak terlihat lagi
0 = Tidak membutuhkan perawatan I = Memerlukan perbaikan higiena oral
II = Perbaikan higiene oral + skeling
professional II = Perbaikan higiene oral + skeling
professional IV = Perbaikan higiene oral + skeling
professional + perawatan komprehensif
Universitas Sumatera Utara
2.8.2 Kedalaman poket
Kedalaman poket adalah jarak yang diukur dari krista gingiva bebas ke dasar poket. Pengukuran kedalaman poket dilakukan dengan mengambil nilai rerata dari
tiap gigi.
14
Probing dilakukan pada enam sisi setiap gigi, yaitu pada bagian distobukal, bukal, mesiobukal, distolingual, lingual, dan mesiolingual.
18
Probing dimulai dari interproksimal distal dan mesial gigi pada permukaan vestibular dicatat sebagai poket
mesial, kemudian dilanjutkan pada sebelah interproksimal distal dan mesial permukaan oral dicatat sebagai poket distal, setelah itu dilakukan pada bagian tengah
gigi permukaan vestibular dan oral dicatat sebagai poket bukal.
14
2.8.3 Indeks Oral Higiene
Pada awalnya indeks ini disebut Indeks oral higiene IOH yang dikembangkan oleh Greene dan Vermillion pada tahun 1960 dan empat tahun kemudian dimodifikasi
dengan nama Indeks Oral higiene Simplified OHIS mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri dari dua komponen: Indeks Debris dan
Indeks Kalkulus. Masing – masing skor dijumlahkan dan total skor OHI diperoleh dari penjumlahan skor debris dan kalkulus. Untuk mengukur rerata OHI adalah
jumlah total skor OHI dibagi dengan jumlah permukaan gigi yang diperiksa.
13
Alat yang digunakan adalah kaca mulut dan sonde berbentuk sabit tanpa menggunakan pewarna plak. Setiap permukaan gigi dibagi secara horizontal atas
sepertiga gingiva, sepertiga tengah, dan sepertiga inisial. Untuk mengukur indeks
Universitas Sumatera Utara
debris, sonde ditempatkan pada sepertiga insisal gigi kemudian digerakkan ke arah gingiva.
19
Tabel 2. Kriteria Skor Indeks Debris Dan Indeks Kalkulus Perry DA, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist, 3
th
edition. Saunders, 2007: 47
Indeks Debris Indeks Kalkulus
= Tidak dijumpai debris atau stein. 1 = Ada debris lunak menutupi tidak
lebih dari sepertiga permukaan gigi atau adanya stein bercak
ekstrinsik tanpa debris dengan tidak memperhitungkan
perluasannya
2 = Adanya debris lunak menutupi lebih dari sepertiga tetapi belum
sampai dua pertiga permkaan gigi. 3 = Adanya debris lunak menutupi
lebih dari duapertiga permukaan gigi.
= Tidak dijumpai kalkulus 1 = Adanya kalkulus supraginggiva
menutupi lebih dari sepertiga permukaan gigi
2 =Adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari sepertiga
permukaan gigi tetapi belum melewati dua pertiga permukaan
gigi
3 = Adanya kalkulus supragingiva menutupi dua pertiga permukaan
gigi atau kalkukus subgingiva mengelilingi serviks gigi
Level kebersihan mulut dari debris yang melekat dapat dikaitkan dengan skor debris, sedangkan level higiene oral dapat dikaitkan dengan skor OHIS.
Tabel 3. Level Higiene Oral Perry DA, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist, 3
th
edition. Saunders, 2007: 46-7
Level Higiene Oral Skor OHI
Baik Sedang
Jelek 0,0 – 1,2
1,3 – 3,0 3,1 – 6,0
Universitas Sumatera Utara
2.8.4 Indeks Perdarahan Papila Modifikasi
Indeks Perdarahan Papila Modifikasi dikemukakan oleh Saxer dan Muhleman didasarkan pada pengamatan perdarahan gingiva yang timbul setelah prob periodontal
diselipkan ke arah col sebelah mesial gigi yang diperiksa. Dengan tetap mempertahankan ujung prob menyentuh ujung dasar sulkus. Prob kemudian ditarik
keluar dari sulkus pada sudut mesiovestibular.
19
Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks perdarahannya. Kriteria pemberian skor adalah sebagai
berikut: Tabel 4. Skor Indeks Perdarahan Papila Modifikasi FA Carranza. Carranza’s
clinical periodontologi 10
th
2006: 494
Skor Kriteria
1 2
3 Tidak terjadi perdarahan
perdarahan berupa titik- titik kecil perdarahan berupa titik yang besar atau berupa garis
perdarahan menggenang di interdental
Universitas Sumatera Utara
2.9 Kerangka Teori
SINDROMA DOWN
Sistem imun
SINDROMA DOWN
Sistem imun
Fungsi neutrofil Fungsi limfosit T
Host rentan terhadap infeksi
Oral higiene Bernafas dengan Mulut
Morfologi gigi
PENYAKIT PERIODONTAL
Kebutuhan Perawatan Periodontal
Universitas Sumatera Utara
2.10 Kerangka Konsep
2.11 Hipotesis
Hipotesis nol Ho : 1. Tidak ada perbedaan kebutuhan perawatan periodontal pada Sindroma Down
di kota Medan berdasarkan jenis kelamin. 2. Tidak ada perbedaan kebutuhan perawatan periodontal pada Sindroma Down
di Kota Medan berdasarkan kelompok usia. SINDROMA DOWN
KEBUTUHAN PERAWATAN
PERIODONTAL
indeks CPITN
Usia Jenis Kelamin
Kebersihan rongga mulut
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional yaitu kelompok kasus hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan variabel-variabel diukur
menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
1. SLB-C YPAC Medan Jl. Adinegoro No. 2 Medan Kec. Medan Timur 2. SLB-C Abdi Kasih Jl. Rawe IV kec. Medan Labuhan Martubung
3. SLB-C Taman Pend. Islam Jl. Sisingamangaraja Km. 7 No. 5 Kec. Medan
3.2.2 Waktu Penelitian
Bulan Februari- Maret 2012
3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah semua murid penderita sindroma Down yang ada di SLB-C YPAC, SLB-C st Lusia dan SLB-C Taman Pendidikan Islam.
Universitas Sumatera Utara