12
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Efisiensi Intermediasi
2.1.1. Konsep Dasar Efisiensi Intermediasi Perbankan
Dalam persaingan yang semakin ketat dan tingkat risiko yang semakin tinggi menjadikan hanya perusahaan yang memiliki kinerja terbaik saja yang akan
memenangkan persaingan dan lulus dalam seleksi pasar. Berkenaan dengan itu setiap unit usaha perlu melakukan efisiensi untuk mencapai prestasi kerja sesuai
yang diharapkan. Dengan dilakukannya efisiensi maka akan terbuka ruang gerak yang cukup untuk berinovasi dan melakukan ekspansi usaha, hal ini dikarenakan
perusahaan telah menekan pemakaian sumber daya-sumber daya yang dimilikinya sehingga dapat dialokasikan kepada bidang yang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efisiensi didefinisikan sebagai kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat dengan tidak membuang
waktu, tenaga, dan biaya. Pengertian diatas menggambarkan hubungan antara barang dan jasa yang dihasilkan dengan sumber daya yang dipakai untuk
memproduksi. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Syafaroedin dalam Iswardono 2000 yang menjelaskan bahwa suatu perusahaan dikatakan efisien
apabila: 1. Menggunakan jumlah unit input yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah unit input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan menghasilkan jumlah output yang sama.
13
2. Menggunakan jumlah unit input yang sama dengan perusahaan lain, namun dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar Muharam, 2007: 86.
Sejalan dengan hal itu, efisiensi dalam perbankan juga merupakan suatu tolok ukur dalam menilai kinerja bank dimana efisiensi merupakan jawaban atas
kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran kinerja seperti tingkat ketepatan akokasi sumber daya, ketepatan teknis operasional, sampai dengan penetapan
target yang optimal. Dalam mengukur tingkat efisiensi perbankan terdapat dua pendekatan yang
biasa digunakan, yaitu pendekatan produksi dan pendekatan intermediasi Kurnia, 2004:131. Dalam pendekatan produksi, bank ditempatkan sebagai unit kegiatan
ekonomi yang melakukan usaha untuk menghasilkan output berupa jasa simpanan kepada nasabah penyimpan maupun jasa pinjaman kepada nasabah peminjam
dengan menggunakan seluruh input atau sumberdaya yang dikuasainya. Sedangkan dalam pendekatan intermediasi, bank ditempatkan sebagai unit
kegiatan ekonomi yang melakukan transformasi berbagai bentuk dana yang dihimpun ke dalam berbagai bentuk pinjaman.
Dua pendekatan yang dipakai dalam mengukur efisiensi bank ini memiliki perbedaan dalam menentukan input dan output. Perbedaan yang paling menonjol
dalam hal penentuan input dan output antara pendekatan produksi dengan pendekatan intermediasi adalah dalam memperlakukan simpanan atau dana pihak
ketiga. Dalam pendekatan produksi simpanan diperlakukan sebagai output, karena simpanan merupakan jasa yang dihasilkan melalui kegiatan bank. Sedangkan
dalam pendekatan intermediasi simpanan ditempatkan sebagai input, hal ini
14
dikarenakan dana simpanan yang dihimpun oleh bank selanjutnya akan ditransformasikan ke dalam berbagai bentuk pinjaman baik untuk kebutuhan
investasi maupun untuk kebutuhan konsumsi. Dalam tulisan penelitian ini, sebagai tema sentral atau variabel dependen
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan intermediasi. Pendekatan ini digunakan karena mempertimbangkan fungsi penting bank sebagai financial
intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkannya kepada deficit unit Triandaru, 2006:12. Pertimbangan lainnya adalah
karakteristik dan sifat dasar bank yang melakukan transformasi aset yang berkualitas dari simpanan yang dihimpun menjadi berbagai bentuk pinjaman.
2.1.2. Efisiensi Intermediasi dalam Operasionalisasi Perbankan