29
d Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit
e Penggunaan dana yang kurang sesuai dengan pengajuan pinjaman dengan jumlah yang cukup material
e. Macet loss, apabila memenuhi kriteria: a Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui
180 hari. b Tidak terdapat dokumentasi kredit
c Pelanggaran yang sangat prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit
d Sebagian besar penggunaan dana tidak sesuai dengan pengajuan pinjaman e Tidak terdapat sumber pembayaran yang memungkinkan
2.3.2. Risiko Kredit dalam Operasionalisasi Perbankan
Dalam berbagai teori usaha selalu ada dua pertimbangan dalam berinvestasi yaitu risiko risk dan pengembalian return. Suatu investasi akan menjanjikan
return namun pengembalian tersebut belum merupakan hal yang pasti, maka dengan sendirinya investasi tersebut mengandung risiko Supangkat, 2005:50.
Bagai dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, risiko dan return selalu menjadi pelengkap dalam pengambilan kebijakan-kebijakan bisnis, tidak terkecuali dalam
sektor perbankan. Masing-masing pemimpin atau orang yang berwenang dalam pengambilan
kebijakan memiliki sikap berbeda-beda dalam melihat risiko, ada yang suka menjadikannya sebagai tantangan, namun ada pula yang justru menghindarinya.
30
Dalam teori investasi terdapat tiga jenis sikap seseorang terhadap risiko yaitu penghindar risiko risk averse, netral terhadap risiko risk-Neutral, dan pecinta
risiko risk lover Bodie, 2006:219. Risiko kredit merupakan salah satu dari beberapa risiko yang melekat dalam
sektor perbankan. Tinggi rendahnya risiko ini dapat dilihat melalui indikator Jumlah kredit macet yang sedang dikelola bank tersebut maupun bank-bank
secara umum. Dalam hal lain, sering di indikasikan dengan nilai dari rasio NPL, untuk itu dalam penelitian ini risiko kredit diproksikan dengan rasio NPL. Nilai
rasio NPL dapat dihitung dengan formula berikut ini;
100 ,
, x
disalurkan yang
kredit Total
macet dan
diragukan lancar
kurang kualitas
dalam Kredit
NPL =
Meydiana, 2007:138 Peningkatan tekanan risiko kredit tercermin dari naiknya rasio NPL. Rasio
NPL menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas Meydianawati,
2007:138. Rasio NPL ditunjukkan dengan prosentase jumlah kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit yang
dikeluarkan bank. Semakin tinggi rasio NPL, maka dapat diketahui bahwa risiko kredit yang
dihadapi bank juga semakin tinggi. Hal itu dikarenakan jumlah kredit yang bermasalah semakin tinggi. Secara rinci, besarnya tingkat NPL berdasarkan
31
kriteria penilaian peringkat NPL sesuai ketentuan Bank Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Kriteria penilaian peringkat rasio
Non Performing loan NPL Kriteria Peringkat
NPL 0.5 Peringkat 1
0.5 NPL 3 Peringkat 2
3 NPL 6 Peringkat 3
6 NPL 12 Peringkat 4
NPL 12 Peringkat 5
Sumber: SE BI No. 673Intern2004 Besarnya kredit macet selalu berhubungan dengan melemahnya sektor riil.
Untuk itu faktor-faktor yang mengindikasikan melemahnya sektor riil seperti masalah inflasi, kenaikan suku bunga, perpajakan, kepastian hukum, investasi,
dan infrastruktur lebih diwaspadai dengan berhati-hati dan selektif dalam menyalurkan kredit. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
manajemen risiko sehingga percepatan pergerakan NPL dapat dikendalikan oleh bank.
Tingginya nilai NPL pada sektor-sektor industri tertentu juga menjadi pertimbangan umum bagi bank dalam menyeleksi proses pemberian kredit.
Dengan demikian kemungkinan-kemungkinan terjadinya kredit macet yang mendongkrak semakin melambungnya NPL dapat diatasi.
32
2.4. Capital Adequacy Ratio CAR