64
Secara keseluruhan selama tiga tahun tingkat rata-rata efisiensi intermediasi yang dicapai Bank Umum Swasta Nasional adalah sebesar 82.03 atau masuk
dalam kategori cukup efisien. Titik inefisien terendah sebesar 52.17 dimiliki oleh PT. Bank Purba Danarta, di ikuti PT. Bank Mayora 57.34 , dan PT. Bank
Mitra Niaga sebesasr 65.01 . Berdasarkan pengelompokannya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.2 Tingkat Pencapaian
Score Efisiensi Intermediasi Kelompok Bank
No. Kategori Jumlah
BUSN Devisa BUSN Non Devisa
1. Score Efisiensi Intermediasi 100 2 Bank
2 Bank 2. Score Efisiensi Intermediasi diatas rata-rata
18 Bank 11 Bank
3. Score Efisiensi Intermediasi dibawah rata-rata 14 Bank
22 Bank
sumber: Data penelitian diolah Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa masih banyak Bank-bank yang memiliki
tingkat efisiensi intermediasi dibawah rata-rata, yaitu 14 bank dari kelompok BUSN Devisa dan 22 bank dari kelompok BUSN Non Devisa.
4.1.2.2. Efisiensi Operasi
Efisiensi Operasi yang diproksi dengan Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Tingginya rasio ini
mengindikasikan adanya ketidak efisienan bank dalam melaksanakan kegiatan operasional. Kondisi tersebut disebabkan karena terlalu besarnya biaya
operasional jika dibandingkan dengan pendapatan operasional. Sedangkan kecilnya rasio ini menunjukkan adanya kinerja yang efisien dalam
operasionalisasi perbankan. Kondisi tersebut menggambarkan tingginya
65
pendapatan operasional jika dibandingkan dengan biaya operasional. Besarnya rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional pada Bank Umum
Swasta Nasional di Indonesia dapat dilihat pada daftar distribusi frekuensi berikut:
Tabel 4.3 Rasio BOPO Rata-rata
Bank Umum Swasta Nasional Selama Tahun 2004, 2005, dan 2006
Nilai BOPO Frekuensi
F
relatif
Kriteria
BOPO 90 43
66.15 Peringkat 1
90 ≤ BOPO 94
7 10.77
Peringkat 2 94
≤ BOPO 96 2
3.08 Peringkat 3
96 ≤ BOPO 100
7 10.77
Peringkat 4 BOPO
≥ 100 6
9.23 Peringkat 5
Jumlah 65 Bank
100
Mean 87.95
Peringkat 1
Maksimum 145.43
Minimum 53.51
Sumber: Data penelitian diolah
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa selama tiga tahun yaitu tahun 2004, 2005, dan 2006 Rasio Biaya Operasional Dan Pendapatan Operasional yang tertinggi
sebesar 145.43 yang dimiliki oleh Bank Century Tbk. Hal ini menunjukkan perusahaan tersebut memiliki tingkat inefisiensi operasi yang paling tinggi
diantara bank-bank yang lain. Sedangkan rasio terendah dari BOPO sebesar 53.51 dimiliki oleh Bank Mestika Dharma yang menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki tingkat efisiensi operasi paling tinggi dibandingkan dengan bank-bank yang lain.
Rasio BOPO sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP2004 tanggal 31 Mei 2004 Perihal Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum adalah dengan batas aman dibawah 96. Dalam kenyataan masih terdapat bank-bank yang rasio BOPOnya jauh melebihi
66
ketentuan aman yang disyaratkan Bank Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Tingkat Pencapaian Rasio BOPO
Kelompok Bank No.
Kategori Jumlah
BUSN Devisa BUSN Non Devisa
1. Rasio BOPO aman ≤ 96
27 Bank 25 Bank
2. Rasio BOPO diluar level aman 96 5 Bank
8 Bank
Jumlah
32 Bank 33 Bank
sumber: Data penelitian diolah
Dari tabel diatas diketahui mayoritas Bank Umum Swasta Nasional memiliki rasio BOPO yang aman sesuai dengan peraturan Bank Indonesia.
Namun begitu masih ada bank-bank yang dalam operasionalnya belum berjalan secara efisien yaitu sebanyak 13 bank dari 65 bank atau sebesar 20. Bahkan
diantaranya ada yang rasio BOPO-nya jauh melebihi level aman yang ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu Bank Century Tbk dengan BOPO 145.43, diikuti
Bank IFI sebesar 137.86, dan Bank Sri Partha sebesar 129.36.
4.1.2.3. Risiko Kredit