32
2.4. Capital Adequacy Ratio CAR
2.4.1. Konsep Dasar Capital Adequacy Ratio CAR
Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko Kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping diperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana
masyarakat, pinjaman utang, dan lain-lain Dendawijaya, 2005:121. Dengan demikian Capital Adequacy Ratio dapat digunakan untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang disalurkan kepada debitur. Rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut: 100
x Risiko
Menurut Tertimbang
Aktiva Bank
Modal CAR =
Dendawijaya, 2005:121 Atau secara lebih terperinci, dijabarkan dalam rumus sebagai berikut:
CAR =
Modal Inti + Modal Pelengkap
.
X 100
ATMR
Neraca
+
ATMR
Rekening Administratif
Dendawijaya, 2005:144 Modal inti bank terdiri atas modal disetor, agio saham, cadangan umum, dan
laba ditahan. Sedang yang termasuk modal pelengkap antara lain adalah cadangan revaluasi aktiva tetap. Prosentase kebutuhan modal minimum yang diwajibkan
menurut BIS Bank for International Settlement atau dalam hal ini disebut
33
dengan CAR bagi bank-bank umum di indonesia adalah sebesar 8 dari total aktiva tertimbang menurut risiko ATMR Dendawijaya, 2005:40.
2.4.2. Posisi Capital Adequacy Ratio CAR dalam Operasionalisasi
Perbankan
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan
oleh aktiva yang berisiko Dendawijaya, 2005:121. Besarnya tingkat CAR berdasarkan kriteria penilaian peringkat CAR sesuai ketentuan Bank Indonesia
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.5 Kriteria penilaian peringkat
Capital Adequacy Ratio CAR Kriteria Peringkat
CAR 12 Peringkat 1
9 CAR 12 Peringkat 2
8 CAR 9 Peringkat 3
6 CAR 8 Peringkat 4
CAR 6 Peringkat 5
Berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia dalam rangka tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, terdapat ketentuan bahwa modal bank terdiri
dari modal inti dan modal pelengkap Dendawijaya, 2005:121. Disamping itu, ketentuan Bank Indonesia juga mengatur cara perhitungan
aktiva tertimbang menurut risiko yang terdiri atas jumlah antara ATMR yang dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada neraca bank dikalikan
dengan bobot risikonya masing-masing dan ATMR yang dihitung berdasarkan Sumber: SE BI No. 673Intern2004
34
nilai masing-masing pos aktiva pada rekening administratif bank dikalikan dengan bobot risikonya masing-masing Dendawijaya, 2005:121.
Dalam Jurnal Kajian Stabilitas Keuangan I-2006 Bank Indonesia mengungkapkan bahwa cukup tingginya rasio CAR mengindikasikan daya tahan
sistem keuangan bank masih cukup baik Bank Indonesia, 2006:6. Ketahanan sistem keuangan ini juga didukung oleh kuatnya kehandalan sistem pembayaran
yang telah memiliki kesiapan dalam infrastruktur Disaster Recovery Center sehingga potensi risiko kegagalan sistem dapat diminimalisir. Namun begitu,
terlalu tingginya rasio CAR juga menyisakan sejumlah masalah, diantaranya adalah membengkaknya beban bunga yang tidak diimbangi dengan peningkatan
pendapatan bunga. Hal ini mengakibatkan bank berjalan dengan operasional yang tidak efisien.
Perkembangan CAR dari Tahun ke tahun dapat kita lihat dalam grafik berikut ini:
Gambar 2.3 Perkembangan CAR dari tahun ke tahun
Sumber : www.bi.go.id
35
Bank Indonesia menegaskan dalam jurnal Kajian Stabilitas Keuangan I-2006 bahwa sejalan dengan prospek profitabilitas, CAR perbankan kedepan juga akan
sangat ditentukan oleh manajemen risiko yang dilakukan masing-masing bank Bank Indonesia, 2006:52. Hal ini diakibatkan oleh semakin tingginya NPL yang
cenderung mendorong bank untuk menaikkan tingkat PPAP Pencadangan Penghapusan Aktiva Produktif. Laba tahun berjalan bank yang tidak mencukupi
untuk menutup lonjakan PPAP mengharuskan bank untuk mengurangi modalnya, karena inilah CAR akan mengalami penurunan dari estimasi semula.
2.5. Penelitian Terdahulu