FALSAFAH KEPEMIMPINAAN DALAM LITERATUR JAWA Swadana Maharjeng Tursita Bahni Bahna Amurbeng Jurit Rukti Setya Garba Rukmi

xcv usah bicara keras supaya di dengar, tidak pula marah-marah dan memukul meja untuk diperhatikan. Cukuplah apabila ia memberikan perintah-perintahnya secara tidak langsung, dalam bentuk sindiran, usul anjuran, ; sebagai perintah halus. Begitu pula tak perlu ia memberi larangan-larangan secara kasar: suatu ucapan kritis, pertanyaan lawan yang sopan, senyuman toleran sudah mencukupi untuk menunjukkan kehendaknya yang kuat seperti besi.

2. FALSAFAH KEPEMIMPINAAN DALAM LITERATUR JAWA

Terdapat beberapa sumber literatur yang menyinggung perihal falsafah kepemimpinan orang jawa. Sumber sumber literatur karya sastra jawa yang menyinggung tentang falsafah kepemimpinan orang jawa tersebut antara lain serat sastra gendhing, serat wulang jayalengkara, serat witaradya, hasta brata, dan 10-M, berikut diuraikan butir-butir falasafah kepemimpinan orang jawa yang dikutip dari kitab Serat sastra gendhing. Serat sastra gendhing merupakan gubahan raden mas jatmika atau raden mas rangsang yang menjadi raja mataram keempat dengan gelar sultan agung adi prabu hanya krakusuma, sultan abdullah muhamad maulana mataram susuhunan hanyakrakususma, panembahan hanyakrakususma prabu pandita hanyakra kususma, atau senapati –ing-ngalaga sayodin panatagama pada tahun 1613-1645 Dalam serat sastra gendhing telah menyinggung perihal falsafah kepemimpinan orang jawa yang diterapkan oleh sultan agung selama melaksanakan tugas dan kewajibanya sebagai raja di kesultanaan mataram. Dalam prinsip- prinsipnya falsafah kepemimpinan sultan agung selalu berpedoman pada tujuh amanah, antara lain.

1. Swadana Maharjeng Tursita

Pengertian dari Swadana maharjeng tursita adala seorang pemimpin harus memiliki intelektual yang tinggi, berilmu, jujur, pandai menjaga nama, serta mampu menjalin komunikasi dengan baik dengan berdasarkan pada prinsip- prinsip kemandirian

2. Bahni Bahna Amurbeng Jurit

xcvi Pengertian dari Baahni bahna amurbeng jurit adalah seorang pemimpin hendaklah senantiasa berada di depan untuk memeberikan suri tauladan dalam membela keadilan dan kebenaran. Hal ini selaras dengan pendapat ki hadjar dewantoro yang menyatakan bahwa seorang pemimpin harus di depan untuk memberi tauladan ing ngarsa sung tuladha.

3. Rukti Setya Garba Rukmi

Pengertian dari Rukti setya garba rukmi adalah seorang pemimpin harus memiliki tekad bulat dalam menghimpun segala potensi demi kemakmuran serta keluhuran martabat bangsa.

4. Sripandayasih Krani