Sripandayasih Krani Hauguna Hasta Stiranggana Cita Smara Bhumi Adi Manggala PEMIMPIN BAGI ORANG JAWA

xcvi Pengertian dari Baahni bahna amurbeng jurit adalah seorang pemimpin hendaklah senantiasa berada di depan untuk memeberikan suri tauladan dalam membela keadilan dan kebenaran. Hal ini selaras dengan pendapat ki hadjar dewantoro yang menyatakan bahwa seorang pemimpin harus di depan untuk memberi tauladan ing ngarsa sung tuladha.

3. Rukti Setya Garba Rukmi

Pengertian dari Rukti setya garba rukmi adalah seorang pemimpin harus memiliki tekad bulat dalam menghimpun segala potensi demi kemakmuran serta keluhuran martabat bangsa.

4. Sripandayasih Krani

Pengertian dari Sripandayasih krani adalah seorang pemimpin harus bertekad di dalam menjaga sumber-sumber kesucian agama dan kebudayaan, agar bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

5. Hauguna Hasta

Pengertian dari Hauguna hasta adalah seorang pemimpin harus mengembangkan seni sastra, seni suara, seni tari dan lain-lain guna mengisi peradaban bangsa.

6. Stiranggana Cita

Pengertian dari Stiranggana cita adalah seorang pemimpin harus berperan sebagai pelestari sereta pengembang budaya, pencetus sinar pencerahan ilmu dan pembawa obor kebahagian bagi umat manusia.

7. Smara Bhumi Adi Manggala

Pengertian dari Smara bhumi adi manggala adalah seorang pemimpin harus bertekad mempertahankan serta menjadi pelopor pemersatu berbagai kepentingan yang berbeda beda secara secara kontinyu serta berperan dalam menciptakan perdamaian dunia. 52

3. PEMIMPIN BAGI ORANG JAWA

52 Sri Wintala Achmad. Falsafah Kepemimpinan Jawa, Soeharto, Sri Sultan HB IX, Jokowi . Yogyakarta: Araska 1991, h. 27-29 xcvii Di dalam Islam Setiap orang adalah pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang membutuhkan pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan solusi hidup di mana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh sekat yang ia ciptakan sendiri dalam posisinya sebagai bagian dari komunitas. Adapun hadis tentang kepemimpinan ini seperti diriwayatkan oleh buchary, muslim Hadis Tentang Kepemimpinan وقي مه س هْي ع هّ ه ص هّ وسر ه أ ا ْ ع هّ يضر ع نْب ْنع ْم ّ ك ع ر ْم ّ ك هتهيعر ْنع و ْسم ع ر ام ْْ هتهيعر ْنع و ْسم تْيب يف ةيع ر أْ ْل هتهيعر ْنع و ْسم وه ه ْهأ يف ع ر لجه ل دّيس ام يف ع ر ا ْل ا تهيعر ْنع ةلو ْسم ا جْ ْنع و ْسم هتهيعر ْنع و ْسم ع ر ْم ّ ك هتهيعر Artinya : Ibn umar r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantupekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya diminta pertanggungan jawab darihal hal yang dipimpinnya. buchary, muslim Pemimpin adalah sebuah kata yang sering didengar setiap hari, pemimpin juga merupakan sebuah tokoh induk baik dari sebuah rumah tangga, organisasi ataupun perkumpulan. Pemimpin juga merupakan simbol dari sebuah kepemimpinan, selain itu mereka juga merupakan orang yang dapat dipercaya dan memiliki kendali xcviii atas sebuah keputusan. Menurut paham jawa, Pemimpin adalah sosok seseorang yang mampu membawa dan memimpin orang lain untuk kearah yang lebih baik, pemimpin tidak boleh sombong karena ia merupakan contoh sauri tauladan bagi oang lain. Pemimpin dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebuah sosok yang menjadi contoh keteladanan bagi tiap individu-individu yang mempercayainya. Bagi orang jawa pemimpin disama artikan dengan sebuah tokoh yang sangat penting yang membimbing dan menjadi contoh mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pemimpin senantiasa mengadakan konsultasi dengan sejumlah orang, dengan mengikuti gagasan dalam pepatah Jawa manunggaling kawulolan masyarakat dan pemimpin adalah satu. 53 Dalam kehidupan sehari-hari, orang Jawa membagi pemimpin kedalam beberapa bagian seperti: a. Pemimpin didalam keluarga Orang Jawa yang memiliki sistem kekerabatan yang bilateral, tidak membedakan sebuah keputusan antara seorang ayah atau ibu. Hanya saja didalam sebuah rumah tangga seorang ayah menjadi pemimpin didalam rumah tangga untuk memimpin dan membimbing keluarganya. Sistem kekeluargaan orang Jawa berdasarkan prinsip bilateral, kedudukan seseorang dari segi hirarkinya dalam masyarakat bergantung kepada ukuran utama dalam masyarakat. Ukuran utama yang membedakan kedudukan seseorang itu adalah kedudukan dalam sebuah keluarga. Hirarki inilah yang menjadi penentu utama hubungan sosial dalam masyarakat. 54 Ayah orang tua laki-laki adalah kepala bijaksana dan pelindung kokoh bagi istri dan anak-anaknya, ia menjamin penghidupan mereka dan menjadi dukungan kuat bagi mereka. dalam kenyataannya peranan ibu sebenarnya lebih kuat. Ibu adalah pusat keluarga, pada umumnya memegang keuangan, cukup menentukan dalam 53 Bijlmer, Joep Martin Reurink, Kepemimpinan Lokal di Lingkungan Masyarakat Jawa: Dari Ideologi ke Realitas. Jakarta: Gramedia, 1998, h. 39 54 Kasim siyo, .....h. 91 xcix pengambilan keputusan-keputusan penting, misalnya keputusan mengenai pilihan sekolah, pekerjaan, dan pilihan suami atau istri bagi anak-anaknya. 55 Dalam kehidupan sehari-hari, pemimpin didalam keluarga Jawa dipimpin oleh seorang ayah, sementara Ibu melindungi anak-anaknya sama seperti ibu-ibu lainnya, namun terdapat kecenderungan bahwa ibu Jawa over protective terhadap putra- putrinya dan sedapat mungkin melindungi anak-anaknya dari pengalaman pengalaman buruk. Menurut Niels Mulder, kata kunci untuk memahami demokrasi pancasila dan hak asasi manusia tidak terletak dalam pengertian kesetaraan tetapi didalam ide kekeluargaan. Dalam fungsinya sebagai suatu keluarga, dapat ditarik suatu argumen bahwa pada dasarnya, demokrasi pancasila yang dianut bangsa Indonesia itu menaungi suatu asas yaitu kekeluargaan. Kekeluargaan yang berarti keharmonisan antar individu, kerukunan antar individu, dan persatuan dan kesatuan bangsa. Dan oleh karena adanya kesatuan itulah tujuan dapat dicapai. Lebih lanjut, Niels Mulder menyamakan pemahaman bahwa apa yang baik untuk semua adalah baik untuk seseorang. Bangsa dipandang sebagai sebuah keluarga, atau paling tidak dipimpin oleh prinsip kehidupan keluarga. Kepentingan bersamanya juga merupakan kepentingan pribadi yang sama-sama dimiliki yang harus dilindungi dari anggota yang bukan keluarga, dan dari mereka yang tidak berprilaku menurut ketentuan keluarga. Dan tugas seorang pemimpin harus memiliki kualitas sebagai penunjuk jalan, atau pengasuh yang mendorong, memimpin dan membimbing mereka yang harus dididik. Dengan kata lain, seorang pemimpin adalah seorang bapak dan pelindung yang dapat dipercaya yang harus dihormati dan diteladani, yang prilaku dan keinginannya merupakan perintah dan menaruh perhatian pada anak buahnya pengikutnya. Sehingga dapat diikatkannya menjadi satu dalam ikatan keluarga. b. Pemimpin didalam masyarakat 55 Franz, Magnis Suseno, op. cit., h. 170 c Sosok pemimpin menurut Keeler adalah dapat memenuhi citra ideal sebagai sosok teladan, seorang pemimpin yang berjiwa kuat, memikat dan penuh dengan sifat baik. Efektifitas kekuasaan diukur dengan kemampuan untuk menyembunyikan instrument kepemimpinan serta memolesnya, dan bukan memperlihatkan bahwa kekuasaanlah yang menjadikannya sebagai seorang pemimpin. Budaya jawa tidak dapat dibatasi hanya pada ide tentang kekuasaan, dan ide tentang kekuasaan tidak dapat dibatasi hanya pada masalah tentang sosok teladan. “Budaya jawa adalah sekumpulan ide, norma, keyakinan dan nilai yang sangat beragam sehingga tidak mungkin dapat dilukiskan sebagai ‘keseluruhan yang padu’ sebaliknya, perhatian kita hendaknya dipusatkan pada distribusi dan reproduksi dari pengetahuan yang demikian beragam pada masyarakat”. 56 Itu artinya, masyarakat jawa dalam kepemimpinannya bukan hanya soal untuk memadukan berbagai aspek dalam kepemimpinan, tetapi lebih jauh lagi fokus kepemimpinan itu berada pada pola pikir masyarakat. Sejauh ini dapat disimpulkan, kepemimpinan itu erat hubungannya dengan bagaimana pola prilaku masyarakat dalam menjalani hidup. Artinya, kepemimpinan bukan suatu yang mutlak yang dapat disimpulkan begitu saja. Karena kepemimpinan itu sendiri memiliki berbagai acuan yang menyokongnya. Sehingga dalam penentuanya, konteks kepemimpinan harus lebih difokuskan terlebih dahulu. Sebab, moral, pola pikir dan prilaku masyarakat dapat lebih mempengaruhi proses kepemimpinan itu sendiri.

4. BENTUK DUKUNGAN BAGI PEMIMPIN