lxxxii perlawanan bersenjata maupun tidak, dimensi-dimensi kepentingan politik dan
ekonomi selalu hadir, baik secara bersamaan maupun sendiri-sendiri. Masalah otonomi daerah dan konsekuensi lain yang timbul dari dukungan yang kita berikan
pada konsep sentralisasi dan desentralisasi pada umumnya mempunyai dimensi politik, meskipun ada kaitannya pula dengan dimensi ekonomi. Selain itu, persoalan
pembagian kekuasaan atau pengaruh politik, baik di tingkat daerah maupun nasional, dan masalah keseimbangan pembangunan antara Jawa dan Luar Jawa, juga menjadi
persoalan krusial
43
Maka dari hal tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa semangat etnis jawa dalam berpolitik tentunya tidak bisa disama ratakan, perbedaan ini sangat mencolok
dan bisa dilihat bahwa etnis jawa di pulau jawa dan etnis jawa diluar pulau jawa tentunya tidak sama. Dimana semangat ke bersamaan dan falsafah orang jawa seperti
“mangan ora mangan seng penting ngumpul”, masih bisa dirasakan masih sangat kental di dalam etnis jawa yang ada di pulau jawa sementara etnis jawa di luar pulau
jawa karena beragam faktor eksternal dan internal, terkadang tidak menjadikan semangat kebersamaan tersebut menjadi pondasi dasar kehidupan, apalagi dalam
kehidupan berpolitik. Sebelum memahami budaya politik jawa lebih jauh dan lebih mendalam maka
kita perlu mengetahui dasar- dasar yang menjadi landasan dalam kehidupan masyarakat dalam etnis jawa, agar mempermudah dalam medeskripsikan bagaimana
sebenarnya kehidupan sosial dalam masyarakat etnis jawa.
1. Rukun
Prinsip kerukunan bertujuan untuk memepertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis. Keadaan semacam ini disebut rukun. Rukun
berati “berada
43
Anggun Gunawan , “Dominasi Kebudayaan Jawa Dalam Penerapan Politik Indonesia”,
diakses dari
http:grelovejogja.wordpress.com20070724dominasi-kebudayaan-jawa-dalam- penerapan-politik-indonesia
pada tanggal 15 -12 -2013 pukul 19:52WIB
lxxxiii dalam keadaan selaras”, “tenang dan tentram”. “tanpa perselisihan dan pertentangan”,
bersatu dalam maksud untuk saling membantu.
44
Keadaan rukun terdapat dimana semua pihak berada dalam keadaan damai satu sama lain, suka bekerja sama, saling menerima, dalam suasana tenang dan
sepakat. Rukun adalah keadaan ideal yang diharapkan dapat dipertahankan dalam hubungan sosial, dalam keluaraga, dalam rukun tetangga, didesa, dalam setiap
pengelompokan tetap. Suasana seluruh masyarakat seharusnya bernapaskan semangat kerukunan.
45
Kata rukun juga menunjuk pada cara bertindak. Berlaku rukun berarti menghilangkan tanda-tanda ketegangan dalam masyarakat atau antara pribadi-pribadi
sehingga hubungan-hubungan sosial tetap kelihatan selaras dan baik-baik saja. Rukun mengandung usaha terus menerus oleh semua individu untuk bersikap tenang satu
sama lain dan untuk meyingkirkan unsur-unsur yang mungkin menimbulkan perselisihan dan kesalahan. Tuntutan kerukunan merupakan kaidah pranata
masyarakat yang menyeluruh. Segala apa yang dapat mengganggu keadaan rukun dan suasana keselarasan dalam masyarakat hatus dicegah.
Selanjutnya perlu kita perhatikan dua segi dalam tuntutan kerukunan pertama dalam pandangan jawa masalahnya bukan penciptaan keadaan keselarasan sosial,
melainkan lebih untuk tidak mengganggu keselarasan yang diandaikan sudah ada. Dalam persfektif jawa ketenangan dan keselarasan sosial merupakan keadaaan
normal yang akan terdapat dengan sendirinya halus kalau tidak diganggu, seperti juga permukaan laut dengan sendirinya halus kalau tidak diganggu oleh angin atau
oleh badai-badai yang menentang arus. Prinsip itu menuntut untuk mencegah segala cara kelakuan yang bisa mengganggu keselarasan dan ketenangan dalam masyarakat.
Rukun berarti berusaha untuk menghindari pecahnya konflik-konflik oleh karena itu prinsip kerukunan sebaiknya tidak disebut prinsip keselarasan melainkan, dengan
mengikuti prinsip pencegahan konflik.
44
Niels Mulder, Kepribadian jawa dan pembangunan nasional. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 1973,h. 39
45
Ibid
lxxxiv Kedua prinsip kerukunan pertama-tama tidak menyangkut suatu sikap batin
atau keadaan jiwa, melainkan penjagaan keselarasan dalam pergaulan. Yang diatur adalah permukaan hubungan-hubungan sosial yang kentara. Yang perlu dicegah ialah
konflik-konflik yang terbuka supaya manusia dapat hidup sesuai dengan tuntutan kerukunan dengan mudah dan enak, memang diperlukan sikap-sikap batin tertentu,
tetapi tuntutan agar semua pihak menjaga kerukunan tidak mengenai sikap-sikap batin itu, melainkan agar ketentraman dalam masyarakat jangan sampai diganggu,
jangan sampai nampak adanya perselisihan dan pertentangan. Oleh karena itu Hildreed Geertz
menyebut keadaan rukun sebagi Harmonius Sosial Aappereances.
46
Suatu konflik biasanya pecah apabila kepentingan-kepentingan yang saling bertentangaan bertabrakan. Sebagai cara bertindak kerukunan menuntut agar individu
bersedia untuk menomor duakan, bahkan kalau perlu untuk melepaskan, kepentingan- kepentingan pribadi demi kesepakatan bersama.
Mengusahakan keuntungan pribadi tanpa memeperhatikan persetujuan masyarakat, berusaha untuk maju sendiri tanpa mengikutsertakan kelompok dinilai
kurang baik. Begitu pula mengambil inisiatif sendiri condong untuk tidak disenangi. Karena suatu inisisatif seakan-akan membuka ranah baru dan selalu mengubah
sesuatu pada keseimbangan sosial yang sudah tercapai. Inisiatif-inisiatif dengan mudah dapat melanggar kepentingan-kepentingan yang sudah tertanam dan sudah di
integrasikan secara sosial dan oleh karena itu dapat menimbulkan konflik. Mengambil posisi-posisi yang terlalu maju, pun pula demi tujuan-tujuan yang
akhirnya akan menguntungkan bagi seluruh kelompok dianggap tidak pantas. Apabila telah ada kepentingan-kepentigan yang saling bertentangan maka diperlunak dengan
teknik-teknik kompromi tradisonal dan di integrasikan kedalam tatanan kelompok yang ada sehingga tidak sampai timbul konflik serta ambisi-ambisi pribadi jangan
diperlihatkan.
47
Dari uraian diatas kiranya sudah jelas bahwa prinsip kerukunan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat jawa. Mari kita sekarang
46
Hildreed Geertz, The Javanese Familly. A Study Of Kinship And Socialization. The Free Press Of Gleonce 1961 h146
47
Niels Mulder, Kepribadian jawa dan pembangunan nasional.....h.26
lxxxv memeriksa prinsip itu dengan lebih teliti. Inti perinsip kerukunan ialah tuntutan untuk
mencegah segala sesuatu yang bisa menimbulkan segala konflik terbuka. Tujuan kelakuan rukun ialah keselarasan sosial, keadaaan yang rukun. Suatu keadaaan
disebut rukun apabila semua pihak dalam kelompok berdamai satu sama lain. Motivasi untuk bersikap rukun bersifat ganda: di satu pihak individu di bawah
tekanan berat dari pihak lingkunganya yang mengharapkan daripadanya sikap rukun dan memberi sanksi terhadap kelakuan yang tidak sesuai. Di lain pihak individu-
individu membatinkan tuntutan kerukunan sehingga ia merasa bersalah dan malu apabila kelakuanya menggangu kerukunan.
2. prinsip hormat