Struktur Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang

2003. Istilah CDD juga dirasa jauh lebih mengena dan mendalam tidak hanya sebagai istilah dalam ekonomi namun juga mengena secara hukum sebagaimana layaknya terdapat metode hukum dengan istilah Uji Tuntas atau Due Dilligence. 96 Di Indonesia sendiri, penggunaan istilah Due Dilligence mulai dikenal sejak diadopsi dalam Peraturan Bank Indonesia No.1128PBI Tahun 2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum dimana disebutkan bahwa perlunya penyempurnaan prinsip mengenal nasabah pada Peraturan Bank Indonesia No.310PBI Tahun 2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah KYC. 97

E. Struktur Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang

Dengan penerapan PBI Nomor : 11 28 PBI2009 ini diharapkan dapat mencegah pihak-pihak lain yang ingin berupaya menggunakan perbankan sebagai sarana masuknya uang hasil kejahatan dan sebagai pendukung kegiatan untuk memberantas dan mencegah terjadinya tindakan pencucian uang dan pendanaan terorisme. Rezim anti pencucian uang di Indonesia dibangun dengan melibatkan berbagai komponen yaitu: pihak pelapor reporting parties-Penyedia jasa keuangan, pengawas pengatur industr keuangan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, PPATK, aparat penegak hukum Kepolisian Kejaksaan dan Peradilan serta pihak lain yang mendukungnya yaitu Presiden, DPR, Komit Koordinasi TPPU, Publik, lembaga internasional dan instansi terkait dalam negeri seperti Komis Pemberantasan 96 Penerapan prinsip customer due diligence ini merupakan salah satu cara memberantas dan mencegah bentuk kejahatan yang berhubungan dengan uang pada perbankan di Indonesia. Penerapan peraturan ini secara umum adalah untuk menghindari sanksi-sanksi yang dijatuhkan oleh FATF sebagai Non-Cooperative Countries and Teritories dan masuk dalam daftar black list apabila tidak menerapkan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme tersebut. 97 Rikcar G.B. Pakpahan, Tesis : Implementasi Prinsip Custumer Due Dilligence pada Operasional Bank Umum sebagai Upaya Pencegahan Kejahatan Pencucian Uang di Indonesia Jakarta,Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012, hal 53. Universitas Sumatera Utara Korupsi, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Departemen Kehutanan dan sebagainya. Di bawah ini diuraikan secara singkat peran, tugas dan tanggung jawab setiap komponen tersebut. 1.Pihak Pelapor atau Penyedia Jasa Keuangan Reporting Parties UU TPPU mendefinisikan Penyedia Jasa Keuangan PJK adalah setiap orang yang menyediakan jasa dibidang keuangan atau jasa lainnya yang terkait dengan keuangan termasuk tetapi tidak terbatas pada bank, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, pengelola reksa dana, kustodion, wali amanat, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, pedagang valuta asing, dana pension, perusahaan asuransi, dan kantor pos. PJK memiliki kewajiban menyampaikan kepada PPATK berupa laporan transaki keuangan mencurigakan dan laporan transaksi keuangan tunai di atas Rp.500 juta sebagaimana diatur dalam pasal 13 UU TPPU. 2. Pengawas dan Pengatur Industri Keuangan a. Bank Indonesia Bank Indonesia adalah bank sentral yang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sesuai UU tersebut, Bank Indonesia memiliki tugas dan tanggung jawab utama menjaga dan memelihara stabilitas nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia memiliki kewenangan menetapkan kebijakan moneter, memelihara dan mengatur sistem pembayaran dan mengatur serta mengawasi bank. Dalam melaksanakan fungsi pengaturan dan pengawasan bank, sesuai UU No. 7 tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No.10 tahun 1998 Bank Indonesia memiliki kewenangan memberikan izin, mengatur, mengawasi dan memberikan sanksi terhadap bank Universitas Sumatera Utara Bank Umum dan BPR. Sebagai pengawas bank, Bank Indonesia bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan anti-money laundering AML policy, termasuk didalamnya adalah pelaksanaan KYC principles. Sesuai dengan amanat Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan OJK, pengalihan fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan perbankan dari Bank Indonesia ke OJK akan dilaksanakan terhitung mulai tanggal 31 Desember 2013. Mengingat masa transisi yang relatif singkat maka untuk mendukung kelancaran dan efektivitas proses pengalihan fungsi pengawasan bank tersebut, Bank Indonesia telah melakukan berbagai persiapan untuk pengalihan fungsi tersebut melalui Task Force Pengalihan Fungsi Pengawasan Bank ke OJK Task Force OJK terdiri dari 158 orang. Pengawasan Bank bertindak sebagai Pengarah Proyek untuk memantau secara intensif progress kerja Task Force dimaksud. 98 Pelaksanaan tugas Task Force OJK di Bank Indonesia mengemban misi Bank Indonesia agar proses pengalihan fungsi pengawasan Bank dapat berjalan lancar agar tidak terdapat perubahan yang signifikan dalam kegiatan pengaturan, perizinan dan pengawasan bank untuk menghindari kemungkinan terjadinya gangguan pada sistem perbankankeuangan termasuk di internal pengawasan bank. Sampai dengan tahun 2013, pelaksanaan tugas Task Force tersebut dapat kami sampaikan sebagai berikut: 99 Di bidang pengawasan bank, hal-hal yang telah dilakukan dan disampaikan kepada OJK adalah: 98 laporan deputi gubernur bidang 3 bank indonesia dalam serah terima pengawasan mikroprudensial bank dari bank indonesia kepada otoritas jasa keuangan 31 desember 2013 99 Ibid. Universitas Sumatera Utara i. Kompilasi seluruh pedoman pengawasan bank dalam bentuk buku yang menceritakan seluk beluk fungsi pengawasan, pengaturan dan perijinan; ii. Menyempurnakan standard operating procedure SOP pengawasan bank untuk digunakan dalam masa transisi s.d. Desember 2013 serta menyusun draft SOP dengan nomenklatur yang telah disesuaikan dengan rancangan struktur organisasi kompartemen perbankan di OJK; iii. Menyusun rekomendasi struktur organisasi sektor perbankan termasuk struktur yang dapat digunakan pada saat OJK menerapkan integrated supervision. Dalam kaitan dengan integrated supervision ini juga telah dilakukan pemetaan terhadap struktur konglomerasi perbankan Indonesia; iv. Menyusun mekanisme pengalihan pengawasan Badan Kredit Desa BKD dari BI melalui BRI ke OJK v. Mereview Memorandum of Understanding yang berlaku antara BI dengan berbagai lembaga terkait a.l. PPATK, LPS, BPK, KPK, dan sebagainya, termasuk otoritas pengawasan di luar negeri cross border superivision dan selanjutnya menyusun draft Memorandum of Understanding yang akan dilanjutkan oleh OJK. 100 Di bidang pengembangan, pengaturan dan perizinan bank, Bank Indonesia telah melakukan hal-hal berikut: 100 Ibid. Universitas Sumatera Utara i. Mengkompilasi seluruh daftar ketentuan Bank Indonesia makroprudensial, mikroprudensial dan bauran untuk pengaturan, perijinan dan pengembangan perbankan termasuk yang nantinya dinyatakan masih berlaku di OJK sampai dengan dilakukannya perubahan pencabutan oleh OJK. ii. Mengkompilasi datainformasi maupun hal-hal strategis lainnya di bidang pengawasan, pengaturan dan perizinan untuk keperluan serah terima ke OJK. iii. Menyusun Proposal Peraturan Pemerintah mengenai pungutan OJK ke Sektor Jasa Keuangan. iv. Menyusun position paper untuk penerapan integrated supervision. Position paper ini telah dipresentasikan kepada Dewan Komisioner OJK pada 11 Desember 2013. Di bidang organisasi, Bank Indonesia telah menyiapkan struktur organisasi Kompartemen Pengawasan Bank di Kantor Pusat terdiri dari 9 Departemen, 6 Kantor Regional Pengawasan Bank, 29 Kantor Cabang Pengawasan Bank yang diterapkan sejak tanggal 1 Agustus 2013. Pembentukan Kantor Regional dan Kantor Cabang Pengawasan Bank merupakan mirroring fungsi pengawasan bank yang akan dilakukan oleh OJK di daerah mulai hari ini. Selain itu, untuk pelaksanaan tugas Bank Indonesia pasca-pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK juga dibentuk organisasi baru di bank Indonesia antara lain yaitu Departemen Kebijakan Makroprudensial dan Departemen Surveillance Sistem Keuangan yang akan menjadi partner langsung bagi OJK dalam koordinasi makro-mikroprudensial Universitas Sumatera Utara Di bidang sumber daya manusia, Bank Indonesia telah mempersiapkan pegawai Bank Indonesia yang akan ditugaskan ke OJK sebanyak 1150 pegawai dari total 1269 pegawai Bank Indonesia yang bekerja di sektor perbankan dan total 5819 pegawai organik Bank Indonesia. Jumlah tersebut termasuk 78 pegawai yang telah ditugaskan sejak 1 Januari 2013 untuk membantu bekerjanya Organisasi SupportShared Function di awal beroperasinya OJK pada bidang SDM, TI, Logistik, Hukum, Keuangan dan Edukasi dan Perlindungan Konsumen dan 16 pegawai sebagai KetuaAnggota Tim Transisi OJK Tahap II khusus bidang Pengaturan dan Pengawasan Perbankan. Di bidang sistem informasi, Bank Indonesia telah melakukan pemetaan seluruh sistem informasi serta infrastruktur teknologi infromasi di Bank Indonesia termasuk aplikasi yang akan digunakan oleh OJK atau Bank Indonesia ataupun bersama-sama. Selain itu Bank Indonesia bersama-sama dengan OJK juga sedang menyiapkan infrastruktur jaringan dan teknologi informasi baik di Kantor Pusat, Kantor Regional maupun Kantor Cabang Pengawasan Bank dalam rangka pertukaran informasi dan pemantapan aplikasi perbankan di bidang mikro-makroprudensial. Di bidang Logistik, dengan segala keterbatasan yang ada, Bank Indonesia telah meminjampakaikan gedungruangan kerja di Kompleks Perkantoran Bank Indonesia Jakarta dan di Kantor Perwakilan Dalam Negeri bagi pegawai OJK khususnya pada sektor perbankan dan sebagian satuan kerja diluar perbankan seperti ruang kerja untuk Edukasi dan Perlindungan Konsumen dan DSSK OJK serta ruang server di Gedung Tipikal Kantor Pusat Bank Indonesia Universitas Sumatera Utara Selain penyediaan ruangan kerja, Bank Indonesia juga telah menyiapkan dokumen pengawasan bank untuk diserahkan ke OJK dalam bentuk scanning pdf soft copy dengan cut-off posisi 1 Januari 2009 s.d 30 Desember 2013, sementara itu untuk dokumen di luar periode dimaksud telah disepakati akan dipinjamkan kepada OJK case by case. Bidang Mekanisme Koordinasi BI-OJK, secara internal BI telah menyusun konsep mekanisme koordinasi dan kerjasama BI-OJK dalam menjalankan fungsi di bidang makro-mikroprudensial serta menyusun draft Petunjuk Pelaksanaan Bersama makro-mikroprudensial di Bank Indonesia sebagai turunan dari Naskah Keputusan Bersama BI-OJK tanggal 18 Oktober 2013. Dalam melaksanakan tugasnya, Task Force senantiasa bekerjasama dan berkoordinasi dengan Tim Transisi yang dibentuk oleh OJK. Seluruh kegiatan tersebut di atas dipayungi dengan Naskah Keputusan Bersama antara OJK-BI yang ditandatangani tanggal 18 Oktober 2013 dalam rangka “Kerjasama dan Koordinasi dalam rangka Mendukung Pelaksanaan Tugas BI dan OJK”. Keputusan Bersama ini merupakan landasan untuk lebih memperlancar dan mengoptimalkan koordinasi pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang BI dan OJK baik pada masa transisi maupun dalam pelaksanaan tugas di masa depan. Ruang lingkup keputusan bersama tersebut meliputi: 101 a. kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas sesuai kewenangan masing- masing; b. pertukaran informasi lembaga jasa keuangan serta pengelolaan sistem pelaporan bank dan perusahaan pembiayaan oleh Bank Indonesia dan OJK; 101 Ibid. Universitas Sumatera Utara c. penggunaan kekayaan dan dokumen yang dimiliki danatau digunakan Bank Indonesia oleh OJK; d. pengelolaan pejabat danatau pegawai Bank Indonesia yang dialihkan untuk dipekerjakan pada Otoritas Jasa Keuangan. Selanjutnya, untuk melaksanakan amanat Undang-Undang OJK, maka pada hari ini, Selasa, 31 Desember 2013 Bank Indonesia yang diwakili oleh Gubernur Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan yang diwakili oleh Ketua OJK, akan melaksanakan upacara penandatanganan Berita Acara Serah Terima BAST fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Dalam upacara serah terima ini, Bank Indonesia juga akan menyerahkan Buku Laporan Pelaksanaan Tugas BI di Bidang Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan Bank sebagai gambaran pelaksanaan fungsi dan tugas pengawasan bank oleh BI selama ini. b. BAPEPAM Capital Market Supervisory Agency Pedoman, pengaturan dan pengawasan terhadap pasar modal menjadi tanggung jawab BAPEPAM agar kegiatan pasar modal dilaksanakan secara adil dan efisien serta dapat melindungi kepentingan investor dan publik sebagaimana diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Di samping itu, sebagai regulator Bapepam juga turut berperan aktif dalam mengawasi pelaksanaan KYC Principles bagi industri pasar modal. Secara kelembagaan, Otoritas Jasa Keuangan berada di luar Pemerintah, yang dimaknai bahwa Otoritas Jasa Keuangan tidak menjadi bagian dari kekuasaan Pemerintah. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan Pemerintah karena pada hakikatnya Otoritas Jasa Keuangan merupakan otoritas di Universitas Sumatera Utara sektor jasa keuangan yang memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal dan moneter. Oleh karena itu, lembaga ini melibatkan keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas tersebut secara Ex-officio. 102 Keberadaan Ex-officio ini dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor jasa keuangan. Keberadaan Ex-officio juga diperlukan guna memastikan terpeliharanya kepentingan nasional dalam rangka persaingan global dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi, dan pertukaran informasi dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas sistem keuangan. Untuk mewujudkan koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi kebijakan yang baik, Otoritas Jasa Keuangan harus merupakan bagian dari sistem penyelenggaraan urusan pemerintahan yang berinteraksi secara baik dengan lembaga-lembaga negara dan pemerintahan lainnya dalam mencapai tujuan dan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Independensi Otoritas Jasa Keuangan tercermin dalam kepemimpinan Otoritas Jasa Keuangan. Secara orang perseorangan, pimpinan Otoritas Jasa Keuangan memiliki kepastian masa jabatan dan tidak dapat diberhentikan, kecuali memenuhi alasan yang secara tegas diatur dalam Undang- Undang ini. Di samping itu, untuk mendapatkan pimpinan Otoritas Jasa Keuangan yang tepat, Undang-Undang ini mengatur mekanisme seleksi yang transparan, akuntabel, dan melibatkan partisipasi publik melalui suatu panitia seleksi yang unsur- unsurnya terdiri atas Pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat sektor jasa 102 Pada hakikatnya organisasi terbentuk dari sekelompok orang, kerja sama dan tujuan bersama. Terdapat 5 lima cara seseorang menjadi anggota kelompok formal Filley at al., dalam Puxty 1990: 183, yakni 1karena ditunjuk oleh pimpinan 2Dipilih oleh kelompok 3Dipilih oleh orang dari perwakilan kelompok 4alas an sebagai volunteersukarela 5karena ex-officio suatu jabatan dalam kelembagaan. Sumber: Alnoor Bhimani a, “Accounting enlightenment in the age of reason” European Accounting Review, Volume 3, Issue 3, 1994. Universitas Sumatera Utara keuangan. Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas dan wewenangnya berlandaskan asas-asas sebagai berikut: 103 1. asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2. asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan; 3. asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum; 4. asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; 5. asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang- undangan; 103 Dapat dilihat pada penjelasan umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Universitas Sumatera Utara 6. asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan; dan 7. asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Dalam Pasal 6 huruf b Undang-Undang No 21 Tahun 2011, OJK melaksanakan tugas dan pengaturan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal. Hal ini berarti OJK tetap harus memperhatikan ketentuan yang ada dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Kehadiran OJK adalah menggusur BAB Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM. Dasar penggantian Bapepam ke OJK adalah BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 55 ayat 1: “Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK”. c. Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan DJLK DJLK adalah direktorat jenderal dibawah Menteri keuangan yang bertanggung jawab dalam mengawasi lembaga keuangan non bank seperti perusahaan asuransi, lembaga pembiayaan, dan dana pensiun. Selain sebagai pengawas dan pengatur, DJLK bertanggung jawab pula terhadap pelaksanaan KYC Principles yang telah dikeluarkan bagi lembaga keuangan non bank. Universitas Sumatera Utara 2. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi keuangan “PPATK” PPATK adalah lembaga independen, bertanggung jawab langsung kepada Presiden yang bertugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang sesuai dengan UU TPPU. PPATK merupakan lembaga intelijen di bidang keuangan financial intelligence unit- FIU yang dipimpin oleh seorang Kepala dan dibantu oleh 4 Wakil Kepala. Dalam Pasal 26, PPATK antara lain bertugas mengumpulkan informasi, melakukan analisis dan mengevaluasi informasi. Dalam pengumpulan informasi, disamping menerima laporan transaksi keuangan mencurigakan dan laporan transaksi keuangan tunai, PPATK juga menerima dari Ditjen Bea dan Cukai berupa laporan pembawaan uang tunai keluar masuk wilayah pabean Republik Indonesia senilai Rp 100 juta atau lebih. Apabila dari hasil analisis terdapat indikasi tindak pidana pencucian uang, maka hasil analisis tersebut disampaikan kepada Kepolisian dan Kejaksaan. Dalam melakukan analisis, agar analisis memiliki nilai tambah maka PPATK mengumpulkan informasi dari berbagai pihak baik dari FIU negara lain maupun dari instansi dalam negeri yang telah atau belum menandatangani MOU dengan PPATK. UU TPPU memberi tugas kepada PPATK pasal 26 dan pasal 27 antara lain: mengumpulkan, menyimpan, menghimpun, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh dari penyedia jasa keuangan; membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan transaksi keuangan yang mencurigakan; memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi lain yang berwenang mengenai informasi yang diperoleh sesuai ketentuan UU TPPU; memberikan rekomendasi kepada Pemerintah sehubungan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang; melaporkan hasil analisis terhadap transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian Universitas Sumatera Utara uang kepada Kepolisian untuk kepentingan penyidikan dan Kejaksaan untuk kepentingan penuntutan dan pengawasan; membuat dan menyampaikan laporan mengenai analisis transaksi keuangan dan kegiatan lainnya secara berkala kepada Presiden, DPR dan lembaga yang berwenang melakukan pengawasan bagi Penyedia Jasa Keuangan PJK. Sedangkan kewenangan PPATK, antara lain : meminta dan menerima laporan dari PJK; meminta informasi mengenai perkembangan penyidikan atau penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang yang telah dilaporkan kepada penyidik atau penuntut umum. Dari tugas dan wewenang tersebut di atas terdapat dua tugas utama yang menonjol dalam kaitannya dengan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, yaitu tugas mendeteksi terjadinya tindak pidana pencucian uang dan tugas membantu penegakan hukum yang berkaitan dengan pencucian uang dan tindak pidana yang melahirkannya predicate offences. Dalam rangka mendeteksi tindak pidana pencucian uang, PPATK menerima laporan, yaitu: a. Laporan transaksi keuangan mencurigakan yang disampaikan oleh penyedia jasa keuangan pasal 1 angka 6 dan pasal 13 UU TPPU, b. Laporan yang disampaikan oleh penyedia jasa keuangan tentang transaksi keuangan yan dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatif Rp 500 juta atau lebih pasal 13 UU TPPU c. Laporan yang disampakan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai mengenai pembawaan uang tunai rupiah ke dalam atau ke luar wilayah negara Republik Indonesia sejumlah Rp 100 juta atau lebih pasal 16. Disamping itu menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2003 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Universitas Sumatera Utara Analisis Transaksi Keuangan juga dapat menerima informasi dari orang perseorangan mengenai dugaan tindak pidana pencucian uang. Laporan butir a dan c, terutama dimaksudkan untuk mendeteksi proses placement pada perbuatan pencucian uang, sementara laporan butir b terutama dimaksudkan untuk mendeteksi proses layering. Atas dasar laporan tersebut dan informasi lainnya, PPATK melakukan analisa, mendeteksi tindak pidana pencucian uang kemudian menyerahkan laporannya kepada pihak Penyidik dan Penuntut Pasal 27. Untuk memperoleh laporan dan hasil deteksi atau analisa yang baik PPATK menjalin kerjasama dengan penyedia jasa keuangan dan instansi terkait lainnya atau dengan Financial Intteligence Unit FIU dari negara lain. Selanjutnya dalam proses penegakan hukum, PPATK dapat melakukan kerjasama dan membantu pihak penyidik dan penuntut umum dengan informasi yang dimiliki dan kemampuan analisisnya. Informasi tersebut dapat berasal dari data base PPATK atau dapat juga berasal dari sharing information dengan FIU dari negara lain. Di dalam praktek saat ini berdasarkan kewenangan yang tertuang di dalam Keppres No. 82 Tahun 2003, PPATK dapat pula menerima informasi dari pihak ketiga baik perorangan maupun entitas mengenai dugaan tindak pidana pencucian uang oleh sesuatu pihak. 3. Aparat Penegak Hukum Kepolisian, Kejaksaan dan Peradilan Penyidik Tindak Pidana Asal sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Pasal 74 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah adalah pejabat dari instansi yang oleh undang- undang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan, yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, Badan Universitas Sumatera Utara Narkotika Nasional BNN, serta Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Penyidik tindak pidana asal dapat melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang apabila menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang saat melakukan penyidikan tindak pidana asal predicate crimes sesuai kewenangannya. 104 Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP, salah satu institusi yang diberi kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia. 105 Selain dalam KUHAP, kewenangan polisi sebagai penyelidik dan penyidik untuk mengungkap tindak pidana, ditegaskan kembali dalam Pasal 1 angka 8 dan 9, dan Pasal 14 ayat 1 huruf g Undang- Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan: melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. 106 Kewenangan polisi sebagai penyelidik dan penyidik tersebut adalah sebagai bentuk perwujudan terhadap tugas pokok kepolisian sebagai yang tercantum dalam Pasal 13 Undang- kepolisian sebagai yang tercantum dalam Pasal 13 Undang- Undang No. 2 Tahun 2002, yaitu untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. 107 104 Penjelasan Pasal 74 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang 105 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana 106 Pasal 1 angka 8 dan 9, dan Pasal 14 ayat 1 huruf g Undang- Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 107 Pasal 13 Undang- Undang No. 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Universitas Sumatera Utara Jika dikaitkan dengan UU PPTPPU yang baru, terdapat perubahan yang mendasar terkait penyidikan yaitu diberikannya wewenang kepada penyidik tindak pidana asal lazimnya Penyidik Pegawai Negeri SipilPPNS di bawah koordinasi PPATK untuk melakukan penyidikan TPPU yang berkaitan dengan tindak pidana asalnya misalnya tindak pidana kepabeanan. Pemberian wewenang kepada penyidik tindak pidana asal PPNS sudah tentu berpotensi menimbulkan permasalahan tersendiri, karena pihak-pihak yang diduga melakukan tindak pidana akan berhadapan dengan begitu banyak petugas. Padahal kita tahu bahwa sistem birokrasi di Indonesia sangat lemah dalam menerapkan sistem administrasi yang bersinergi. Khusus untuk institusi kepolisian, maka dalam upaya mengungkap TPPU, polisi harus memperoleh alat bukti yang akan diajukan pada jaksa untuk selanjutnya diungkapkan di persidangan, namun hal ini tidak mudah untuk dilaksanakan karena dihadapkan pada berbagai kendala, di antaranya: 1. Kompleksitas perkara sering memerlukan pengetahuan yang komprehensif. Sebagai contoh dalam kasus TPPU yang melibatkan institusi perbankan, maka selain harus mengatahui dan memahami pengetahuan di bidang pidana, aparat penegak hukum juga harus mengetahui dan memahami pengetahuan di bidang keuangan dan lalu lintas moneter. Dalam hal ini seringkali dibutuhkan bantuan dari pihak yang ahli untuk dimintai pendapatnya sebagai saksi ahli. 2. Tindak pidana TPPU pada umumnya melibatkan sekelompok orang yang saling menikmati keuntungan dari tindak pidana tersebut, Universitas Sumatera Utara sehingga pelaku saling bekerja sama untuk menutupi perbuatan mereka. Hal ini menyulitkan aparat penegak hukum dalam mengungkap bukti-bukti yang ada. 3. Waktu terjadinya tindak pidana TPPU umumnya baru terungkap setelah tenggang waktu yang cukup lama. Hal ini menyulitkan pengumpulan atau merekonstruksi keberaadaan bukti-bukti yang sudah terlanjur dihilangkan atau dimusnahkan. Disamping itu para saksi atau tersangka yang sudah terlanjur pindah ketempat lain juga berperan untuk menghambat proses pemeriksaan; 4. Kemajuan dibidang teknologi informasi memungkinkan TPPU terjadi melampaui batas kedaulatan suatu Negara, sehingga dalam praktiknya sering menimbulkan kesulitan untuk mengungkapkannya, dikarenakan: 5. Perbedaan sistem hukum antara Indonesia dengan Negara-negara dimana pelaku TPPU atau uang hasil tindak pidana TPPU itu berada. 6. Belum adanya perjanjian ekstradisi atau perjanjian kerjasama bantuan di bidang hukum mutual legal assistance in criminal metters antara Indonesia dengan dengan negara-negara dimana pelaku TPPU atau uang hasil TPPU itu berada. 7. Pemeriksaan tersangka dan saksi yang berada diluar negeri. Sebagai sarana untuk mengungkapkan suatu tindak pidana, setiap pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi oleh penyidik harus dibuat dalam format Berita Acara Pemeriksaan BAP. Hal tersebut tidak terlalu sulit apabila penyidik dapat berhadapan, bertatap muka dan berkomunikasi Universitas Sumatera Utara secara langsung dengan tersangka dan para saksi. Akan tetapi kondisi tersebut tidak mudah diwujudkan dalam hal pemeriksaan tersangka dan saksi tindak pidana TPPU yang berada di luar yurisdiksi negara Indonesia 8. Untuk mengajukan permohonan bantuan pembekuan dan pemblokiran rekening bank yang berada luar negeri diperlukan adanya lampiran berupa surat perintah pemblokiran yang dikeluarkan oleh pengadilan court order. 9. Permintaan bantuan untuk melakukan penggeledahan dan penyitaan kepada negara lain harus dilampiri dengan surat perintah penggeledahan dan penyitaan dari pengadilan court order. Selain itu dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, pelaksanaan penggeledahan dan penyitaan masyaratkan harus dibuatnya suatu berita acara. Akan tetapi ketentuan tersebut tidak ada di negara lain. Dengan demikian apakah barang bukti yang diperoleh dari hasil pelaksanaan penggeledahan dan penyitaan di luar negeri tersebut dapat dinyatakan sah sebagai alat bukti di hadapan pengadilan Indonesia. 108 4. Presiden, DPR, Publik dan Komite Koordinasi TPPU Di samping DPR, setiap 6 bulan sekali Presiden menerima laporan kinerja pembangunan rezim anti pencucian uang dari PPATK. Laporan ini akan digunakan oleh Pemerintah dan DPR dalam mengevaluasi pembangunan rezim anti pencucian uang guna menetapkan kebijakan umum dalam pencegahan dan pemberantasan 108 http:elisatris.wordpress.comtindak-pidana-pencucian-uang diakses pada tanggal 06 maret 2014 pukul 07:44 wib Universitas Sumatera Utara tindak pidana pencucian uang. Sementara itu, laporan kinerja PPATK khususnya dan pembangunan rezim anti pencucian uang pada umumnya juga dilaporkan ke publik dalam rangka transparansi dan akuntabilitas PPATK. Mengingat badan pelaksana implementing agency pembangunan rezim anti pencucian uang cukup banyak, diperlukan koordinasi yang efektif dan berkesinambungan. Oleh karena itu, melalui Keputusan Presiden No.1 Tahun 2004 tanggal 5 Januari 2004 dibentuk Koordinasi nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dengan ketua Menko Polhukkam, Wakil Ketua Menko Perekonomian, sekeretaris Kepala PPATK, dan beranggotakan 17 pimpinan instansi terkait. 109 F. Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Penyertaan Modal di Koperasi 3. Proses dan Modus tindak pidana pencucian uang yang dapat terjadi melalui penyertaan modal di Koperasi Pasal 1 ayat 1 UU No 8 tahun 2010 berbunyi: Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa keluar negeri, menukarkan , atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau diduga seharusnya “patut diduga” merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah. 110 Pencucian uang atau money laundering adalah rangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram , yaitu uang dimaksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul 109 Yunus Husein ketua PPATK Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan yang pertama 110 Pasal 1 ayat 1 UU No 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Universitas Sumatera Utara uang tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana , dengan cara antara lain dan terutama memasukan uang tersebut kedalam keuangan financial sistem sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang yang halal Tahap-tahap proses pencucian uang : • Placement : Tahap pertama dari pencucian uang adalah menempatkan mendepositokan uang haram tersebut ke dalam sistem keuangan financial sistem. Pada tahap placement tersebut, bentuk dari uang hasil kejahatan harus dikonversi untuk menyembunyikan asal-usul yang tidak sah dari uang itu. Misal, hasil dari perdagangan narkoba uangnya terdiri atas uang-uang kecil dalam tumpukan besar dan lebih berat dari narkobanya, lalu dikonversi ke dalam denominasi uang yang lebih besar. Lalu di depositokan kedalam rekerning bank, dan dibelikan ke instrument-instrumen moneter seperti cheques, money orders dll • Layering : Layering atau heavy soaping, dalam tahap ini pencuci berusaha untuk memutuskan hubungan uang hasil kejahatan itu dari sumbernya, dengan cara memindahkan uang tersebut dari satu bank ke bank lain, hingga beberapa kali. Dengan cara memecah-mecah jumlahnya, dana tersebut dapat disalurkan melalui pembelian dan penjualan investment instrument Mengirimkan dari perusahaan gadungan yang satu ke perusahaan gadungan yang lain. Para pencuci uang juga melakukan dengan mendirikan perusahaan fiktif, bisa membeli efek-efek atau alat-alat transportasi seperti pesawat, alat- alat berat dengan atas nama orang lain. Universitas Sumatera Utara • Integration : Integration adakalanya disebut spin dry dimana Uang dicuci dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan bersih bahkan merupakan objek pajak dengan menggunakan uang yang telah menjadi halal untuk kegiatan bisnis melalui cara dengan menginvestasikan dana tersebut kedalam real estate, barang mewah, perusahaan-perusahaan. 111 Adapun beberapa modus yang biasa digunakan dalam kejahatan tindak pidana pencucian uang adalah sebagai berikut: 1. Loan Back, yakni dengan cara meminjam uangnya sendiri, Modus ini terinci lagi dalam bentuk direct loan, dengan cara meminjam uang dari perusahaan luar negeri, semacam perusahaan bayangan immobilen investment company yang direksinya dan pemegang sahamnya adalah dia sendiri, Dalam bentuk back to loan, dimana si pelaku peminjam uang dari cabang bank asing secara stand by letter of credit atau certificate of deposit bahwa uang didapat atas dasar uang dari kejahatan, pinjaman itu kemudian tidak dikembalikan sehingga jaminan bank dicairkan. 2. Modus operasi C-Chase, metode ini cukup rumit karena memiliki sifat liku-liku sebagai cara untuk menghapus jejak. Contoh dalam kasus BCCI, dimana kurir-kurir datang ke bank Florida untuk menyimpan dana sebesar US 10.000 supaya lolos dari kewajiban lapor. Kemudian beberapa kali dilakukan transfer, yakni New York ke Luxsemburg ke cabang bank Inggris, lalu disana dikonfersi dalam bentuk certiface of 111 Philips Darwin, Money Laudering, Cara Memahami Dengan Tepat dan Benar Soal Pencucian Uang. Perpustakaan Nasional:Katalog Dalam Terbitan, Sinar Ilmu, 2012, hal 41-47. Universitas Sumatera Utara deposit untuk menjamin loan dalam jumlah yang sama yang diambil oleh orang Florida. Loan buat negara karibia yang terkenal dengan tax Heaven nya. Disini Loan itu tidak pernah ditagih, namun hanya dengan mencairkan sertifikat deposito itu saja. Dari Floria, uang terebut di transfer ke Uruguay melalui rekening drug dealer dan disana uang itu didistribusikan menurut keperluan dan bisnis yang serba gelap. Hasil investasi ini dapat tercuci dan aman. 3. Modus transaksi transaksi dagang internasional, Modus ini menggunakan sarana dokumen LC. Karena menjadi fokus urusan bank baik bank koresponden maupun opening bank adalah dokumen bank itu sendiri dan tidak mengenal keadaan barang, maka hal ini dapat menjadi sasaran money laundrying, berupa membuat invoice yang besar terhadap barang yang kecil atau malahan barang itu tidak ada. 4. Modus penyelundupan uang tunai atau sistem bank paralel ke Negara lain. Modus ini menyelundupkan sejumah fisik uang itu ke luar negeri. Berhubung dengan cara ini terdapat resiko seperti dirampok, hilang atau tertangkap maka digunakan modus berupa electronic transfer, yakni mentransfer dari satu Negara ke negara lain tanpa perpindahan fisik uang itu. 5. Modus akuisisi, yang diakuisisi adalah perusahaanya sendiri.Contoh seorang pemilik perusahaan di indonesia yang memiliki perusahaan secara gelap pula di Cayman Island, negara tax haven. Hasil usaha di cayman didepositokan atas nama perusahaan yang ada di Indonesia. Kemudian perusahaan yang ada di Cayman membeli saham-saham dari Universitas Sumatera Utara perusahaan yang ada di Indonesia secara akuisisi. Dengan cara ini pemilik perusahaan di Indonesia memliki dana yang sah, karena telah tercuci melalui hasil pejualan saham-sahamnya di perusahaan Indonesia. 6. Modus Real estate Carousel, yakni dengan menjual suatu properti berkai-kali kepada perusahaan di dalam kelompok yang sama. Pelaku Money Laundrying memiliki sejumlah perusahaan pemegang saham mayoritas dalam bentuk real estate. Dari satu ke lain perusahaan. 7. Modus Investasi Tertentu, Investasi tertentu ini biasanya dalam bisnis transaksi barang atau lukisan atau antik. Misalnya pelaku membeli barang lukisan dan kemudian menjualnya kepada seseorang yang sebenarnya adalah suruhan si pelaku itu sendiri dengan harga mahal. Lukisan dengan harga tak terukur, dapat ditetapkan harga setinggitingginya dan bersifat sah. Dana hasil penjualan lukisan tersebut dapat dikategorikan sebagai dana yang sudah sah. 8. Modus over invoices atau double invoice. Modus ini dilakukan dengan mendirikan perusahaan ekspor-impor negara sendiri, lalu diluar negeri yang bersistem tax haven mendirikan pula perusahaan bayangan shell company . Perusahaan di Negara tax Haven ini mengekspor barang ke Indonesia dan perusahaan yang ada d diluar negeri itu membuat invoice pembelian dengan harga tinggi inilah yang disebut over invoice dan bila dibuat 2 invoices, maka disebut double invoices. 9. Modus Perdagangan Saham, Modus ini pernah terjadi di Belanda. Dalam suatu kasus di Busra efek Amsterdam, dengan melibatkan Universitas Sumatera Utara perusahaan efek Nusse Brink, dimana beberapa nasabah perusahaan efek ini menjadi pelaku pencucian uang. Artinya dana dari nasabahnya yang diinvestasi ini bersumber dari uang gelap. Nussre brink membuat 2 dua buah rekening bagi nasabah-nasabah tersebut, yang satu untuk nasabah yag rugi dan satu yang memiliki keuntungan. Rekening di upayakan dibuka di tempat yang sangat terjamin proteksi kerahasaannya, supaya sulit ditelusuri siapa benefecial owner dari rekening tersebut. 10. Modus Pizza Cinnction. Modus ini dilakukan dengan mnginvestasikan hasil perdagangan obat bius diinvestasikan untuk mendapat konsesi pizza, sementara sisi lainnya diinvestasikan di Karibia dan Swiss. 11. Modus la Mina, kasus yang dipandang sebagai modus dalam money laundrying terjadi di Amerika Serikat tahun 1990. dana yang diperoleh dari perdagangan obat bius diserahkan kepada perdagangan grosiran emas dan permata sebagai suatu sindikat. Kemudian emas, kemudian batangan diekspor dari Uruguay dengan maksud supaya impornya bersifat legal. Uang disimpan dalam desain kotak kemasan emas, kemudian dikirim kepada pedagang perhiasan yang bersindikat mafia obat bius. Penjualan dilakukan di Los Angeles, hasil uang tunai dibawa ke bank dengan maksud supaya seakan-akan berasal dari kota ini dikirim ke bank New York dan dari kota ini di kirim ke bank New York dan dari kota ini dikirim ke bank Eropa melalui Negara Panama. Uang tersebut akhirnya sampai di Kolombia guna didistribusi dalam berupa Universitas Sumatera Utara membayar onkos-ongkos, untuk investasi perdagangan obat bius, tetapi sebagian untuk unvestasi jangka panjang. 12. Modus Deposit taking, Mendirikan perusahaan keuangan seperti Deposit taking Institution DTI Canada. DTI ini terkenal dengan sarana pencucian uangnya seperti chartered bank, trust company dan credit union. Kasus Money Laundrying ini melibatkan DTI antara lain transfer melalui telex, surat berharga, penukaran valuta asing, pembelian obligasi pemerintahan dan teasury bills. 13. Modus Identitas Palsu, Yakni memanfaatkan lembaga perbankan sebagai mesin pemutih uang dengan cara mendepositokan dengan nama palsu, menggunakan safe deposit box untuk menyembunyikan hasil kejahatan, menyediakan fasilatas transfer supaya dengan mudah ditransfer ke tempat yang dikehendaki atau menggunakan elektronic fund transfer untuk melunasi kewajiban transaksi gelap, menyimpan atau mendistribusikan hasil transaksi gelap itu. 112 Modus tindak pidana pencucian uang yang dapat terjadi dikoperasi adalah melalui penyertaan modal oleh orang-orang atau oknum-oknum tertentu yang sengaja menempatkan uang hasil kejahatan yang di peroleh kedalam koperasi agar seolah-olah uang tersebut berasal dari sumber yang sah.

4. Koperasi sebagai penyedia jasa keuangan non bank

112 Mediator Investor, mengenal money laundering dan tahap-tahap proses pencucian uang http:mediatorinvestor.wordpress.comartikelmengenal-money-laundering-dan-tahap-tahap-proses- pencucian-uang Diakses tanggal 05 April 2014 Universitas Sumatera Utara Penyedia Jasa Keuangan PJK diartikan sebagai penyedia jasa di bidang keuangan. Kegiatan PJK diatur oleh Undang-undang yang berlaku yang ditetapkan oleh pemerintah. PJK meliputi, termasuk tetapi tidak terbatas, pada bank, perusahaan pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun lembaga keuangan, perusahaan efek, manajer investasipengelola reksa dana, kustodian, wali amanat, perposan sebagai penyedia jasa giro, pedagang valuta asing, penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu, penyelenggara e-money danatau e-wallet, koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam, pegadaian, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditi, penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang, atau lembaga penyimpanan dan penyelesaian, ataupun PJK memberikan jasa dalam memutarkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. 113 Dalam pasal 17 UUTPPU dikatakan bahwa : 114 1 Pihak pelapor meliputi: a. Penyedia jasa keuangan: 1. Bank; 2. Perusahaan pembiayaan; 3. Perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi; 4. Dana pensiun lembaga keuangan; 5. Perusahaan efek; 6. Manajer investasi; 7. Kustodian; 8. Wali amanat 113 Diambil dari website http:id.wikipedia.orgwikiPenyedia_Jasa_Keuangan 114 Pasal 17 Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang No. 8 Tahun 2010 Universitas Sumatera Utara 9. Perposan sebagai penyedia jasa giro; 10. Pedagang valuta asing; 11. Penyelenggara atau pembayaran menggunakan kartu; 12. Penyelenggara e-money danatau e-wallet; 13. Koperasi yang melakukan simpan pinjam; 14. Pegadaian; 15. Pyang bergerak dibidang perdagangan berjangka komoditi; 16. Penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang; b. Penyedia barang danatau jasa lain: 1. Perusahaan propertiagen properti; 2. Pedagang kendaraan bermotor; 3. Pedagang permatadan perhiasanlogam mulia; 4. Pedagang barang seni dan antik; atau 5. Balai lelang. Dari penjelasan pasal ini dikatakan bahwa termasuk dalam pengertian “penyedia jasa keuangan” adalah setiap orang yang menyediakan jasa dibidang keuangan atau jasa lainnya yang terkait dengan keuangan baik secara formal maupun informal. Dari pasal tersebut dapat terlihat bahwa koperasi yang dimaksudkan dalam hal ini sebagai transaksi keuangan yang wajib melaporkan transaksi keuangannya hanyalah koperasi yang bergerak dalam kegiatan simpan pinjam. Sementara jenis koperasi yang lain tidak dicantumkan sehingga memberikan kesempatan kepada oknum-oknum tertentu untuk melakukan transaksi keuangan yang tidak wajar yang dapat diindikasikan sebagai tindak pidana pencucian uang, 1. Pasar Modal Universitas Sumatera Utara Dalam arti sempit pengertian pasar merupakan tempat para penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi. Artinya pembeli dan penjual langsung bertemu untuk melakukan transaksi dalam suatu lokasi tertentu. Lokasi atau tempat pertemuan tersebut adalah pasar . namun dalam arti luas pengertian pasar merupakan tempat melakukan transaksi antara pembeli dan penjual, dimana pembeli dan penjual tidak harus bertemu dalam suatu tempat atau bertemu langsung, akan tetapi dapat dilakukan melalui srana informasi yang ada seperti sarana elektronika. Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal emiten, sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek dipasar modal. Sedangkan pembeli investor adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan nama bursa efek. 2. Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing Pasar uang money market di indonesia masih relatif baru jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Namun dalam perkembangan dunia sekarang ini maka pasar uang di indonesia juga ikut berkembang walaupun tidak semarak perkembangan pasar modal capital market. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa antara pasar uang dan pasar modal terdapat perbedaan yang cukup jelas seperti dari jangka waktunya intrumen yang diperjualbelikan, tempat penjualannya serta tujuan daripada para penjual dan pembeli dari kedua pasar tersbut. Universitas Sumatera Utara 3. Pegadaian Secara umum pengertian usaha gadai kegiatan menjaminbarang- barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa usaha gadai memiliki ciri-ciri sebagai berikut: · Terdapat barang-barang berharga yang digadaikan · Nilai jumlah pijaman tergantung nilai barang yang digadaikan · Barang yang digadaikan dapat ditebus kembali 4. Sewa Guna Usaha Leasing Perusahaan sewa guna usaha di indonesia lebih dikenal dengan nama laesing. Kegiatan utama perusahaan sewa guna adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan disini maksudnya jika seorang nasabah membutuhkan barang-barang modal pihak leassing dapat membiayai keinginan nasaba sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak. Keterbatasan leasing adalah tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakkan oleh bank seperti memberi simpanan dan kredit dalam bentuk uang. Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor perusahaan leasing dengan lessee nasabah dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu. Universitas Sumatera Utara 5. Koperasi Simpan Pinjam Koperasi merupakan salah satu bentuk badan hukum yang sudah lama dikenal di indonesia. Pelopor pengembangan perkooperasian di indonesia adalah Bung Hatta, dan sampai saat ini beliau sangat dikenal sebagai bapak Koperasi Indonesia. Koperasi merupakam suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai tujuan atau kepentingan bersama. Jadi keoperasi merupakan bentukan dari sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama. Secara umum sumber dana kooperasiaan adalah iuran wajib, iuran pokok, dan iuran sukarela. Koperasi simpan pinjam koperasi kredit adalah koperasi yang anggota-anggotanya setiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dibidang perkreditan. Tujuan dari koperasi kredit adalah sebagai berikut: 115 a. Membantu keperluan kredit para anggotanya yang sangat membutuhkan dengan syarat dan bunga yang ringan. b. Mendidik para anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri. c. Mendidik para anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya. d. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian. Untuk menambah modal koperasi, maka sebagian keuntungan tidak dibagikan kepada anggota, tetapi dicadangkan. Bila modal koperasi besar, kemungkinan pemberian kredit kepada anggota dapat diperluas. Untuk 115 Muhammad Firdaus, Agus Edhi Susanto, Perkoperasian, Sejarah, Teori Praktek, Bogor: Ghalian Indonesia, 2004, hal.68. Universitas Sumatera Utara mencapai tujuan pemberian kredit, perlu adanya pengawasan terhadap pemberian kredit yang telah diberikan sehingga penyelewengan dapat dihindarkan. 116 6. Perusahaan Asuransi Di indonesia pengertian Asuaransi menurut undang-undang Nomor 1Tahun 1992 Tentang Usaha Asuransi adalah sebagai berikut : Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang ddiharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 117 7. Anjak Piutang Factoring Perusahaan anjak piutang yang memang kegiatan utamanya adalah bergerak dibidang penagihan piutang. Perusahaan anjak piutang dapat mengambil alih pengelolaan piutang baik dengan cara dikelolah atau dengan cara dibeli serta dapat pula melakukan pengelolaan administrasi piutang suatu perusahaan. Pengertian perusahaan anjak piutang atau yangh lebih dikenal dengan nama factoring adalah perusahaan yang kegiatannya adalah melakukan penagihan 116 Ibid. Hal.68. 117 undang-undang Nomor 1Tahun 1992 Tentang Usaha Asuransi Universitas Sumatera Utara dan pembelian, atau pengambilalihan atau pengelolaan hutang piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran tertentu milik perusahaan. 8. Modal Ventura Perusahaan modal ventura yang berani melakukan investasi dimana investasi tersebut mengandung suatu resiko tinggi. Keputusan ini dibuat dengan berbagai pertimbangan tentunya dan hal ini sesuai pula dengan maksud dan tujuan didirikannya perusahaan modal ventura yaitu melakukan penanaman modal dalam suatu usaha yang mengandung resiko tinggi. Meskipun resiko yang dihadapi tinggi, pihak modal ventura mengharapkan suatu keuntungan yang tinggi pula dari penyertaan modalnya berupa capital gain atau deviden. Perusahaan yang pembiayaan dari modal ventura disebut Perusahaan Pasangan Usaha PPU atau investee company. 9. Dana Pensiun Pengertian perusahaan dana pensiun secara umum dapat dikatakan merupakan perusahaan yang memungut dana dari karyawan suatu perusahaan dan memberikan pendapatan kepada peserta pensiun sesuai dengan perjanjian. Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 11 Tahun 1992 Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelolah dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Dengan demikian jelas bahwa yang mengelolah dana pensiun adalah perusahaan yang memiliki adan hukum seperti bank umum atau asuransi jiwa. Universitas Sumatera Utara Pengertian pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. 10. Kartu Plastik Kartu Kredit Kartu plastik atau yang lebih dikenal dengan nama kartu kredit atau uang plastik yang mampu menggantikan fungsi uang sebagai alat pembayaran. Disamping itu kartu plastik ini dapat pula digunakan untuk berbagai keperluan sehingga kegunaannya menjadi multi fungsi. Kartu plastik merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga non bank. Kartu plastik ini diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran diberbagai tempat yang memakai ATM automated teller Machine seperti dipusat perbelanjaaan, hiburan dan perkantoran. Penggunaan kartu plastik di indonesia masih relatif baru yaitu sekitar tahun delapan puluhan. Keluarnya keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251KMK.0131988 Tanggal 20 Desember telah mengubah peta penyebaran kartu plastik semakin luas. Berdasarkan surat keputusan tersebut bisnis kartu plastik digolongkan sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan. Dalam UU TPPU, terdapat ketentuan yang mengatur kewajiban pelaporan PJK kepada PPATK yang dimulai dari Pasal 13 hingga 16. Pasal 13 ayat 1 huruf a dan huruf b masing-masing menyatakan bahwa PJK wajib menyampaikan STR dan CTR kepada PPATK. Pasal 13 ayat 2 mengatur bahwa STR harus sudah disampaikan paling lambat 3 hari kerja sejak PJK “mengetahui” adanya unsur transaksi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Universitas Sumatera Utara pasal 1 ayat 7. Apabila PJK mengetahui salah satu dari 3 tiga unsur transaksi keuangan mencurigakan, sudah cukup bagi PJK untuk menyampaikannya kepada PPATK sebagai laporan transaksi keuangan mencurigakan STR. Mengenai hal ini, PPATK telah menyediakan pedoman teknis pengidentifikasian transaksi mencurigakan. 118 Di samping STR, terdapat pelaporan lain yang wajib dilaksanakan oleh PJK yaitu laporan transaksi keuangan tunai CTR sebagaimana diatur dalam pasal 13 ayat 3 UU TPPU selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak terjadinya transaksi tunai pasal 13 angka 1 huruf b. CTR merupakan sumber informasi rutin kedua terpenting bagi PPATK. Dalam prakteknya, pengertian jumlah kumulatif telah menimbulkan masalah tersendiri bagi PJK, sehingga tanpa dukungan sistem informasi yang canggih PJK akan mengalami kesulitan besar dalam melakukan kewajiban pelaporannya. Untuk mempermudah pelaporan bagi PJK, PPATK telah menerbitkan Pedoman Pelaporan Transaksi Tunai. Mengingat tingginya frekuensi pelaporan CTR, terdapat transaksi yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan transaksi tunai sebagaimana diatur dalam pasal 13 ayat 4 dan ayat 5 UU TPPU. Transaksi tunai yang dikecualikan pada umumnya merupakan transaksi tunai yang secara rutin terjadi dan terjadinya dapat diperkirakan. Misalnya, transaksi dengan pemerintah, transaksi tunai dengan Bank Sentral, transaksi tunai antar bank, transaksi tunai dalam rangka pembayaran gaji pegawai, dan transaksi tunai yang dilakukan oleh usaha yang dalam penyelesaian transaksinya 118 DR. Yunus Husein ketua PPATK Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan yang pertama Universitas Sumatera Utara settlement lebih banyak menggunakan uang tunai cashbased bussiness. Untuk menghindari kesulitan teknis yang berlebihan, Kepala PPATK diberi wewenang untuk mengecualikan transaksi tunai tertentu dari kewajiban pelaporan. Pengecualian baru akan diberikan bila kriteria dan prosedur tertentu telah dipenuhi. Kedudukan Penyedia Jasa Keuangan di dalam rezim anti pencucian uang Indonesia adalah sebagai counterpart utama yang berperan sebagai pendeteksi awal indikasi pencucian uang. Melalui mekanisme pelaporan transaksi keuangan mencurigakan, PJK menyampaikan informasi awal mengenai beberapa kriteria yang telah ditentukan di dalam Pasal 1 angka 7 UU TPPU yang memuat kriteria transaksi keuangan mencurigakan sebagai berikut: 119 a. Menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan; b. patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; atau c. dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari Hasil Tindak Pidana. Dalam kaitan ini, maka didalam penanganan perkara tindak pidana pencucian uang peran PJK sangat membantu baik di dalam memberikan keterangan mengenai nasabah maupun simpanannya, dan membantu PPATK dan instansi penegak hukum untuk mentrasir aliran dana dari pihak yang dimintakan oleh PPATK dan instansi penegak hukum. Untuk membantu PJK 119 Ibid. Universitas Sumatera Utara dalam mengidentifikasi transaksi keuangan mencurigakan dan melaporkannya kepada PPATK, PPATK telah menerbitkan Keputusan Kepala PPATK No. 24KEP.PPATK2003 Tentang Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan, tanggal 15 Oktober 2003. Pedoman ini berlaku bagi PJK berbentuk bank umum, BPR, perusahaan efek, pengelola reksa dana, bank kustodian, perusahaan perasuransian, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan. Pedoman ini dikeluarkan dalam rangka memberikan pemahaman dan acuan kepada PJK tentang bagaimana melakukan identifikasi transaksi keuangan mencurigakan dengan tepat, untuk menghasilkan laporan LTKM yang berkualitas. PPATK juga telah mengeluarkan Keputusan Kepala PPATK No. 26KEP.PPATK2003 Tentang Pedoman Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan, tanggal 15 Oktober 2003. Pedoman ini berlaku bagi PJK bank umum, BPR, perusahaan efek, pengelola reksa dana, bank kustodian, perusahaan perasuransian, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan. Pedoman ini diperlukan agar penyampaian laporan transaksi keuangan mencurigakan olehPJK dapat dilakukan secara tepat, benar dan dapa dipertanggungjawabkan, mengingat laporan tersebut merupakan salah satu sumber informasi utama yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas PPATK. Kedua pedoman di atas melengkapi Keputusan Kepala PPATK No. 21KEP.PPATK2003 Tentang Pedoman Umum Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Bagi Penyedia Jasa Universitas Sumatera Utara Keuangan, tanggal 9 Mei 2003, yang berlaku bagi seluruh PJK. Tujuan pedoman umum ini adalah untuk memberikan gambaran umum mengenai rezim anti pencucian uang yang dapat digunakan sebagai acuan bagi PJK untuk membantu mendeteksi kegiatan pencucian uang. Selain itu juga untuk memberikan pemahaman yang sama kepada setiap PJK atau pihak lain yang terkait dalam penanganan tindak pidana pencucian uang. Di samping itu, ketentuan lain yang telah dikeluarkan oleh PPATK, yaitu : a. Keputusan Kepala PPATK No. 25KEP.PPATK2003 tentang Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi PJK Pedoman III b. Keputusan Kepala PPATK No. 25KEP.PPATK2003 tentang Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi PJK Pedoman III c. Keputusan Kepala PPATK No. 27KEP.PPATK2003 tentang Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi PVA dan UJPU Pedoman IIIA d. Keputusan Kepala PPATK No. 31KEP.PPATK2004 tentang Pedoman Laporan Transaksi Tunai dan Tata Cara Pelaporannya Bagi PJK Pedoman IV e. Keputusan Kepala PPATK No. 39KEP.PPATK2004 tentang Transaksi Keuangan Tunai Yang Dikecualikan Dari Kewajiban Laporan. Universitas Sumatera Utara BAB IV KAJIAN YURIDIS TERHADAP PRAKTEK PENCUCIAN UANG MELALUI PENYERTAAN MODAL DALAM KOPERASI C. Kajian yuridis terhadap praktek pencucian uang melalui penyertaan modal di koperasi. Pemupukan modal koperasi yang berasal dari modal penyertaan, baik yang berasal dari dana pemerintah maupun dari dana masyarakat, dilakukan dalam rangka memperluas kemampuan untuk menjalankan kegiatan usaha koperasi: terutama usaha-usaha yang membutuhkan dana untuk usaha yang memerlukan proses jangka panjang. Kedudukan dari modal penyertaan ini sama dengan equity; jadi mengandung risiko bisnis. Dalam lembaga koperasi, pemilik modal penyertaan tidak mempunyai hak suara sama sekali dalam rapat anggota dan dalam menentukan kebijaksanaan koperasi secara keseluruhan. Namun demikian, di Indonesia, ada ketentuan yang dibuat oleh pemerintah yang mengatur bahwa pemilik modal penyertaan dapat ikut serta dalam pengelolaan dan pengawasan usaha; biasanya Universitas Sumatera Utara kewenangan pemodal dalam penyertaan ini diatur secara rinci di dalam akta perjanjian penyertaan modal yang dibuat oleh koperasi dan para pemodal. Berdasarkan SK Menteri Koperasi No. 145Menkop1998, penanaman modal penyertaan dapat diperoleh dari pemerintah, dunia usaha dan badan usaha Iainnya baik yang berkedudkan di dalam negeri maupun di Iuar negeri, serta dari masyarakat umum. Untuk menawarkan atau mengundang para pemodal yang mau ikut memasukkan modal penyertaan ke dalam usaha koperasi, dapat dilakukan melalui media-masa baik yang tertulis maupun elektronik. 120 Dari ketentuan inilah maka koperasi dapat menghimpun modal dari masyarakat Iuas di Iingkungan sekitarnya, bahkan menarik modal dari Iuar negeri, baik secara manual konvensional maupun secara modern. Manajer koperasi dengan dasar persetujuan rapat pengurus dan atau Rapat Anggota sesuai yang ditentukan oIeh Anggaran Dasar dapat melakukan penggalangan dana sesuai dengan kebutuhan koperasi akan modal usaha. Manajer koperasi melalui kebijakan dan berdasarkan perhitungan bisnis yang profesional dapat menentukan alternatif penggalangan dana yang dapat memberi keuntungan kepada badan usaha koperasi. Hal yang demikian dapat juga dilakukan dengan cara bekerja sama dengan perusahaan lain yang memiliki modal—joint operation—sehingga keperluan modal dapat cukup untuk bersama-sama menjadi mitra dari badan usaha lain atau institusi-institusi pemberi kerja. Dengan demikian, dalam praktik, untuk mencari tambahan modal usaha yang cukup, koperasi dapat mencari berbagai alternatif penggalangan dana yang kita sebut di atas sebagai dana untuk modal penyertaan. 120 SK Menteri Koperasi No. 145Menkop1998 Universitas Sumatera Utara Apabila koperasi membutuhkan dana segar dari pihak ketiga, baik dari anggota maupun bukan anggota, maka dana tersebut dapat dikualifikasikan sebagai dana pinjaman. Bentuk pinjaman itu dapat disesuaikan berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh koperasi dengan pihak ketiga yang bersangkutan; bentuk-nya dapat berupa perjanjian utang-piutang biasa atau dalam bentuk kerja sama modal dengan pembagian keuntungan. Namun pada dasarnya dana pinjaman tersebut dapat dikategorikan sebagai modal, baik sebagai modal pinjaman maupun sebagai modal penyertaan. Alternatif-alternatif lain yang dilakukan untuk menggalang dana khusus, misalnya untuk dapat mengerjakan suatu usaha yang membutuhkan dana besar, maka sebagaimana layaknya sebuah badan-usaha, koperasi dapat menggalang dana dengan cara seperti didiskusikan di atas, antara lain sebagai berikut: a. Menerbitkan obligasi dan surat utang; b. Meminjam dana dari pihak ketiga utang biasa; c. Bekerja sama modal dengan pihak ketiga untuk pekerjaan-pekerjaan atau usaha-usaha tertentu; d. Memberi kesempatan kepada masyarakat umum untuk menanam modal ke dalam koperasi dalam menjalankan usaha-usaha yang membutuhkan modal besar; baik melalui media massa maupun pasar modal. 121 Dengan demikian pada dasarnya, semua alternatif-alternatif tersebut di atas maksudnya adalah sama, yaitu sebagai modal pinjaman ataupun sebagai modal 121 Andjar Pachta W, Hukum Koperasi Indonesia, Depok, Fakultas Hukum Universitas Indonesia hal. 125-127. Universitas Sumatera Utara penyertaan di dalam sistem permodalan dan modal usaha dari organisasi badan usaha koperasi. Perbedaan dan macam-macam cara tersebut di atas hanya merupakan perbedaan yang muncul dari berbagai alternatif-alternatif tersebut. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan dibuat untuk memacu pemanfaatan modal penyertaan untuk mempercepat pengembangan koperasi. Walaupun sudah satu dasawarsa berlalu, nyatanya penyertaan modal pada koperasi ini belumlah menggembirakan, bahkan dapat dikatakan stagnan, terutama modal penyertaan yang berasal dari anggota masyarakat, badan usaha, dan badan badan lainnya. Pemupukan modal penyertaan dilakukan berdasarkan perjanjian antara koperasi dengan pemodal pasal 3 dan pasal 4, PP No. 33 Tahun 1998. 122 Pasal 15 PP No. 33 Tahun 1998 tersebut menyatakan koperasi yang menyelenggarakan usaha yang dibiayai modal penyertaan wajib menyampaikan laporan berkala kepada Menteri dalam hal ini Menteri Koperasi. 123 Dengan adanya ketentuan hukum yang mengatur permodalan koperasi secara jelas dan tegas, maka keterbatasan dalam memformulasikan faktor modal usaha koperasi selama ini dapat dihilangkan; salah satu jalan misalnya dengan merombak struktur permodalan koperasi dan disesuaikan dengan kebutuhan koperasi selaku sebuah badan usaha. Dalam kenyataan, bahwa para pendiri dan para anggota koperasi selama ini pada dasarnya secara klasik menghadapi masalah yang sama dari Dari minimnya pelaporan mengenai penyertaan modal dalam koperasi ke Menteri Koperasi dan UKM sampai saat ini mengindikasikan masih kecilnya peranan modal penyertaan dalam pengembangan koperasi. 122 pasal 3 dan pasal 4, PP No. 33 Tahun 1998 tentang modal penyertaan 123 Pasal 15 PP No. 33 Tahun 1998 tentang modal penyertaan Universitas Sumatera Utara waktu ke waktu; yaitu keterbatasan kemampuan ekonomi para anggota dalam memberikan kontribusi berupa dana yang cukup dan layak untuk dijadikan sebagai modal usaha. Modal yang didapat dengan cara ini bukan merupakan modal yang langsung digunakan oleh koperasi tetapi mengambil mafaat dari kemampuan koperasi itu sendiri dalam rangka menekan biaya baik biaya operasional maupun biaya produksi yang pada dasarnya harus dikeluarkan koperasi dalam rangka menjalankan usahanya. adanya ketentuan hukum yang mengatur permodalan koperasi secara jelas dan tegas, maka keterbatasan dalam memformulasikan faktor modal usaha koperasi selama ini dapat dihilangkan. Caranya antara lain: a Menunda Pembayaran Dengan cara melakukan penundaan pembayaran yang harus dibayar oleh koperasi kepada para mitra usahanya, maka akan terkumpul sejumlah dana yang dapat dipakai terlebih dulu oleh koperasi dalam rangka menunjang usaha yang membutuhkan dana untuk suatu periode tertentu. Dalam praktik, interval penundaan pembayaran biasanya berkisar 30 tiga puluh hari sampai 90 sembilan puluh hari sejak tagihan diterima. Dalam kurun waktu penundaan tersebut, koperasi dapat menggunakan dana yang sudah tersedia untuk dipakai sebagai modal dalam menjalankan usaha. Dengan cara penundaan ini, dapat dimengerti bahwa dana yang ditunda untuk dibayarkan dapat dialokasikan sementara sebagai modal usaha Universitas Sumatera Utara koperasi. Di lain pihak, dalam memanfaatkan “pasokan” dari mitra usaha ke dalam proses pelayanan jasa maupun proses produksi, koperasi tidak perlu menyediakan atau mengeluarkan dana tunai untuk membayar barang-barang modal yang dipasok tersebut. b Memupuk Dana Cadangan Dana cadangan adalah merupakan dana yang dimiliki oleh setiap organisasi termasuk organisasi badan usaha koperasi. Koperasi mendapatkan dana cadangan umumnya dari pengumpulan dana yang berasal dari sisa hasil usaha yang tidak dibagikan kepada anggota dan dialokasikan menjadi dana milik badan usaha koperasi atau equity. Tujuan menghimpun dana cadangan adalah untuk menutup keperluan dana yang tidak diduga sebelumnya; seperti untuk menutup kebutuhan akan barang modal yang harus diganti secara mendadak, atau untuk menutup kerugian usaha, atau kebutuhan-kebutuhan lain yang sifatnya mendadak. Jadi, dana cadangan ini fungsinya sangat strategis dalam menunjang kebutuhan modal yang diperlukan secara tidak terduga. Fungsi strategis dari dana tersebut terletak pada keberadaannya yang setiap waktu dapat dipergunakan untuk menjaga dan menunjang kelancaran usaha koperasi. Dalam praktik menjalankan usaha koperasi yang mempunyai pos dana cadangan, umumnya penggunaan dana cadangan ini hanya terbatas pada menutup atau mengganti nilai penyusutan dari barang-barang modal Universitas Sumatera Utara valuation reserve seperti penyusutan nilai mesin-mesin dalam arti alat-alat produksi atau penggantian atas nilai perbaikan-perbaikan terhadap kerusakanan dari faktor produksi tanah, mesin, gedung, bangunan- bangunan, sarana, dan alat-alat lain; kemudian untuk menutup kewajiban- kewajiban yang timbul sewaktu-waktu liabilities reserve atau dikarenakan terjadi perubahan dalam menjalankan usaha; atau digunakan untuk menutup kekurangan-kekurangan biaya yang tak terduga contingency reserve s eperti adanya kebutuhan tambahan modal karena adanya kenaikan bahan baku atau kenaikan dari salah satu faktor produksi; juga dapat digunakan untuk menutup kekurangan modal kerja capital reserve yang dibutuhkan secara mendadak atau dapat juga dipakai untuk tambahan modal dalam menambah kapasitas usaha dan ekspansi usaha. c Melakukan Kerja Sama Usaha Kerja sama usaha rnemang sangat membantu usaha koperasi; seperti dalam usaha memasarkan hasil produksi dari para anggotanya. Di Amerika Serikat, koperasi petani di sana sangat lazim bekerja sama dengan koperasi pemasaran dalam rangka memasarkan hasil-hasil produksi mereka. Ada yang di sebut Range Market, ada yang disebut Club Stores, ada juga yang bernama Q-DeliveryCoop, dan lain-lain. Tiga koperasi tersebut banyak diajak oleh koperasi produksi di Amerika Serikat, khususnya koperasi petani dan peternak, dalam rangka memasarkan hasil produksi dari para anggotanya karena mereka mempunyai pangsa pasar dan mempunyai kemampuan dalam memasarkan. Dengan bekerja sama ini, koperasi secara Universitas Sumatera Utara praktis dapat mengurangi kebutuhan modal; bahkan dapat membuat perjanjian dalam hal mendapat bagian dari keuntungan dari usaha koperasi pemasaran tersebut. Kerja sama usaha dengan koperasi pemasaran tersebut secara tidak langsung telah menambah modal koperasi; dalam arti modal yang seharusnya dikeluarkan untuk memasarkan seperti untuk sewa toko, ongkos angkutan, dan lain-Iain menjadi tidak perlu dikeluarkan atau dipakai. d Mendirikan Badan Usaha Bersubsidi Dengan mendirikan sebuah perusahaan yang khusus untuk menjadi penyalur atau pemasar dari hasil-hasil produksi dan penyedia kebutuhan dari koperasi maka koperasi tersebut mendapatkan modal secara tidak langsung dalam melakukan proses produksinya. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia biasanya ada subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan-perusahaan yang membantu perkembangan usaha kecil menengah dan koperasi. Perusahaan yang diberi subsidi ini merupakan modal dan milik dari koperasi yang menjadi sponsornya, dan mempunyai kewajiban utama memberikan pelayanan khusus kepada para sponsor dan anggotanya. Sebagai contoh, pernah di Indonesia didirikan sebuah perusahaan pabrik Gambric GKBI oleh Gabungan Koperasi Batik Indonesia GKBI di Medari, Yogyakarta. Tujuan mendirikan pabrik ini adalah untuk memberi pelayanan kepada anggota GKBI; seperti kain-kain mori yang dibutuhkan sebagai bahan baku membuat kain batik. Bagi anggota GKBI, dengan didirikannya pabrik yang diberi subsidi tersebut Universitas Sumatera Utara merupakan tambahan modal secara tidak langsung, karena bahan baku yang seharusnya dibeli dengan dana tertentu sudah disediakan oleh pabrik. Sedangkan harga kain mori yang seyogyanya dibayar secara tunai dapat ditunda dalam periode tertentu, paling tidak ada tenggang waktu dalam pembayaran. Sehingga anggota tidak perlu lagi untuk menyediakan dana tunai, baik untuk produksi, pembelian bahan baku, maupun melaksanakan pemasaran, pergudangan, pengemasan dan pengangkutan, dan keberadaan perusahaan bersubsisdi tersebut telah menjadi tambahan modal koperasi secara tidak langsung. 124 Dari ketentuan dapat dilihat bahwa andanya kesempatan dalam koperasi untuk menanamkan atau menyertakan modal memiliki peluang besar bagi para pelaku tindak pidana pencucian uang untuk menyertakan modalnya kedalam koperasi. Koperasi dalam dalam mengembangkan usahanya pasti membtuhkan modal yang tidak sedikit. Sementara kemampuan para anggotanya yang cukup terbatas terkadang menjadi penghalang bagi koperasi untuk mengembangkan usahanya. Dengan demikian tidak adanya larangan bagi koperasi untuk menerima suntikan dana darimanapun sebagai modal menjadi peluang terjadinya praktek pencucian uang. Dalam pasal 17 UU no 82010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang disebutkan bahwa koperasi bukanlah termasuk dalam penyedia jasa keuangan yang harus melaporkan transaksi keuangannya ke PPATK. 124 Disarikan dari buku: Andjar Pachta W, Hukum Koperasi Indonesia, Depok, Fakultas Hukum Universitas Indonesia hal. 107-114. http:keuanganlsm.comsumber-modal-tak-langsung koperasi Universitas Sumatera Utara Ini menandakan bahwa akan sulit mengidentifikasikan transaksi keuangan yang tidak patut di dalam koperasi itu sendiri. Berbeda halnya dengan lembaga keuangan lain atau penyedia jasa keuangan yang diwajibkan untuk melaporkan transaksi keuangan yang mencurigakan atau patut diduga sebagai tindak pidana pencucian uang.

D. Pencegahan dan Pemberantasan tindak pidana pencucian uang melalui penyertaan modal di koperasi