3. Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi pustaka literature research dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu
internet. Untuk memperoleh data dari sumber ini penulis memadukan, mengumpulkan, menafsirkan dan membandingkan buku-buku dan arti-arti yang
berhubungan dengan judul skripsi “Kajian Yuridis terhadap Praktek Pencucian Uang melalui Penyertaan Modal di Koperasi”.
4. Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka biasanya
penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisisnya.
24
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan dan Penyajian suatu penelitian harus terdapat keteraturan agar terciptanya karya ilmiah yang baik. Maka dari itu, penulis membagi skripsi ini dalam
beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi ini sifatnya berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya.
Sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I:
PENDAHULUAN Pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika
penulisan yang semunya berkaitan dengan kajian Yuridis
24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Depok, Universitas Indonesia Press, 1994. Hal 69.
Universitas Sumatera Utara
terhadap praktek pencucian uang melalui penyertaan modal di koperasi.
BAB II: PERATURAN PENYERTAAN MODAL DALAM
KOPERASIAN DI INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Dalam bab ini, yang menjadi pembahasan adalah Landasan dan Asas Koperasi di Indonesia , Bentuk dan Jenis Koperasi di
Indonesia. Aspek yuridis koperasi yang meliputi: Pendirian koperasi, organ koperasi, modal koperasi juga tata kelola
koperasi penyertaan modal dalam koperasi di Indonesia serta bagaimana peraturan penyertaan modal dalam koperasian di
indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan, Sejarah singkat koperasi di Indonesia
BAB III: TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MELALUI
PENYERTAAN MODAL DI KOPERASI Pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah Aspek Yuridis
Tindak Pidana Pencucian Uang , Struktur Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang bagaimana tindak pidana
pencucian uang dapat terjadi di koperasi melalui penyertaan modal.
BAB IV: KAJIAN YURIDIS TERHADAP PRAKTEK PENCUCIAN
UANG MELALUI PENYERTAAN MODAL DALAM KOPERASI
Universitas Sumatera Utara
Yang menjadi pembahasan dalam bab ini adalah kajian yuridis terhadap praktek pencucian uang melalui penyertaan modal
dalam koperasi dan juga pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang melalui penyertaan modal di
koperasi BAB V:
KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini, akan dikemukakan kesimpulan dari
bagian awal hingga bagian akhir penulisan yang merupakan ringkasan dari substansi penulisan skripsi ini, dan saran-saran
yang penulis ciptakan dalam kaitannya dengan judul yang dibahas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PERATURAN PENYERTAAN MODAL DALAM KOPERASIAN DI
INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN F. Sejarah Singkat Koperasi di Indonesia
Sejarah perkembangan koperasi tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan perkembangan sosialisme yang merupakan antitesis dari kapitalisme yang
berkembang di Eropa. Kinerja kapitalisme yang memburuk berupa terjadinya depresi ekonomi kelangkaan barang, pengangguran yang meluas berkepajangan
mendorong munculnya dari orang-orang yang tertindas dan terpinggirkan seperti gerakan kaum buruh dan ide tentang koperasi.
25
Mula-mula koperasi tumbuh pada awal abad ke 19, sebagai hasil usaha spontan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi
terbatas serta akibat penderitaan sosial ekonomi yang timbul dari sistem kapitalisme. Kemudian mereka mempersatukan diri untuk menolong diri mereka sendiri, serta
ikut mengembangkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
26
25
Hudiyanto Koperasi: Ideologi dan Pengelolaanya. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
2002.
26
Pandji Anaroga, Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi. Jakarta: BINA ADIAKSARA 2007, hal 38.
Universitas Sumatera Utara
Dengan latar belakang seperti itu, tidak mengherankan jika keberadaan koperasi sangat erat kaitannya dengan perjuangan untuk mewujudkan keadilan
sosial. Pada mulanya, pertumbuhan koperasi memang tidak dapat dipisahkan dari berkembangnya ide-ide tentang pembaharuan masyarakat yang dipelopori oleh kaum
sosialis. Hal inilah antara lain yang menyebabkan kuatnya pengaruh pemikiran- pemikiran sosialis dalam perkembangan koperasi.
27
Dua alasan yang mendasari pengaruh sosialisme itu adalah sebagai berikut : Pertama
, terdapatnya kesamaan motif antara gerakan koperasi dengan gerakan sosialis. Sebagai reaksi terhadap penderitaan kaum buruh dalam sistem
perekonomian kapitalis, baik gerakan koperasi maupun gerakan sosialis sama-sama bermaksud membebaskan kaum buruh dari hisapan kaum kapitalis. Kedua, sebagai
suatu bentuk organisasi ekonomi yang berbeda dengan bentuk organisasi ekonomi kapitalis, koperasi menawarkan kerangka dasar tatanan sosial yang berbeda dengan
tatanan sosial masyarakat kapitalis. Oleh gerakan sosialis, bentuk usaha koperasi dipandang sebagai cara praktis bagi kaum buruh dan produsen kecil untuk
melepaskan diri mereka dari tindasan kaum kapitalis. Sebab itu mereka sangat menganjurkan berdirinya koperasi.
28
Namun dalam perkembangan selanjutnya, gerakan koperasi menemukan jalan sendiri yang berbeda dengan cara-cara dan langkah-langkah yang ditempuh oleh
gerakan sosialis. Sebagai suatu gerakan, koperasi sangat menjungjung tinggi cara- cara demokratis untuk melawan kekuasaan kaum kapitalis yang menindas. Dengan
sikap semacam itu, tidak mengherankan bila kemudian sistem politik demokratis. Dinegara-negara kapitalis yang demokratis , koperasi cenderung berkembang sebagai
27
Revrisond Baswir; Koperasi Indonesia. Yogyakarta: BPFE, 2000, hal 30.
28
Ibid. hal 31
Universitas Sumatera Utara
bentuk perusahaan alternatif yang berfungs untuk mengimbangi kelemahan bentuk- bentuk perusahaan kapitalis.
29
Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia terbagi pada: a pada masa Belanda,
b pada masa Jepang, c pada masa kemerdekaan, dan
d setelah orde baru 1965. a.
Masa Belanda Koperasi pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Raden Aria
Wiraatmaja, seorang Patih di Purwokerto dengan mendirikan bank yang dikhususkan untuk menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh para rentenir. Badan usaha
yang dibentuk adalah Bank Penolong dan Tabungan Hulp en Spaarbank. Koperasi yang pada awalnya hanya diperuntukkan bagi pegawai rendahan kemudian
berkembang kearah koperasi untuk sektor pertanian Hulp spar en Landbouwcredit Bank
.
30
Pada zaman Belanda perekonomian Indonesia mengalami kemerosotan, terutama ekonomi dari penduduk pribumi. Hal ini bisa dikaitkan dengan
penggolongan dan diskriminasi penduduk Indonesia kedalam penduduk golongan Eropa dan Timur Asing India, Cina disatu pihak dengan penduduk pribumi dipihak
lain. Dalam keadaan diperlakukan secara berbeda maka muncul gerakan-gerakan politik seperti Boedi Oetomo 1908, Serikat Dagang Islam 1911, Muhammadiyah
29
Ibid. hal 32
30
Hudiyanto, op.cit. hal 47
Universitas Sumatera Utara
1912, Partai Nasional Indonesia 1927 yang mencoba menggerakkan semangat nasionalisme.
31
Sejalan dengan itu lalu muncul gerakan koperasi, misalnya dengan munculnya keputusan raja tanggal 7 April 1915 berkaitan dengan berlakunya
peraturan mengenai koperasi Verorderning op de Cooperatieve Vereeniging yang berlaku baik bagi penduduk Eropa, Timur Asing maupun pribumi. Namun demikian
karena peraturan itu merupakan terjemahan dari peraturan koperasi di belanda, maka koperasi seakan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda dan Cina. Hal ini
mengingat dalam pendirian koperasi disyaratkan beberapa hal yang tidak bisa dipenuhi oleh penduduk pribumi yaitu 1 akte pendirian harus dibuat dengan
perantaraan notaris yang tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit; 2 biaya materai sekurang-kurangnya 50 gulden, dan 3 hak atas tanah harus diatur menurut
aturan hukum eropa.
32
Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, mempunyai kedudukan politik yang cukup kuat karena memiliki cantolan konstitusional, yaitu berpegang pada
Pasal 33 UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam Penjelasan
UUD 1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah Koperasi. Tafsiran itu sering pula dikemukakan oleh
Mohammad Hatta, yang sering disebut sebagai perumus pasal tersebut.
33
31
Ibid. hal 47.
32
Soeharto Djojosoempeno, Pola Koperasi Indonesia dan Perkembangannya, Jogja :Sinar Asia, 1964, hal 48.
33
Karima Afifah,Koperasi Indonesia, diakses dari
http:agrma.wordpress.com 20110925koperasi-indonesia tanggal 21 februari 2014 pukul 09:49 wib
Universitas Sumatera Utara
Pada penjelasan konstitusi tersebut juga dikatakan, bahwa sistem ekonomi Indonesia didasarkan pada asas demokrasi ekonomi, di mana produksi dilakukan
oleh semua dan untuk semua yang wujudnya dapat ditafsirkan sebagai koperasi.Dalam wacana sistem ekonomi dunia, koperasi disebut juga sebagai the
third way , atau jalan ketiga, istilah yang akhir-akhir ini dipopulerkan oleh sosiolog
Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai jalan tengah antara kapitalisme dan sosialisme.Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di
Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Ia mendirikan Koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. R. Aria
Wiriatmadja atau Tirto Adisuryo, yang kemudian dibantu pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi pemerintah.
34
Seorang pejabat pemerintah Belanda, yang kemudian menjadi sarjana ekonomi, Booke, juga menaruh perhatian terhadap koperasi. Atas dasar tesisnya,
tentang dualisme sosial budaya masyarakat Indonesia antara sektor modern dan sektor tradisional, ia berkesimpulan bahwa sistem usaha koperasi lebih cocok bagi
kaum pribumi daripada bentuk badan-badan usaha kapitalis. Pandangan ini agaknya disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga pemerintah kolonial itu
mengadopsi kebijakan pembinaan koperasi. Meski koperasi tersebut berkembang pesat hingga tahun 1933-an, pemerintah Kolonial Belanda khawatir Koperasi akan
dijadikan tempat pusat perlawanan, namun koperasi menjamur kembali hingga pada masa pendudukan Jepang dan kemerdekaan.
35
b. Zaman Jepang
34
Ibid.
35
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pendudukan Jepang menggantikan Belanda di Indonesia mengubah banyak hal. Susunan dan tata pemerintahan di daerah bekas belanda diatur menurut
kebutuhan perang, dan tidak lagi merupakan suatu daerah pemerintahan . pemerintah mengeluarkan undang-undang no 23 tahun 1942 yang antara lain menentukan bahwa
untuk mendirikan perkumpulan dang mengadakan rapat harus minta ijin terlebih dahulu pada syuutjokan residen. Dengan undang-undang maka koperasi praktis
tidak memiliki ruang gerak.
36
c. Zaman awal Kemerdekaan
Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa indonesia membawa arah baru bagi pengembangan koperasi dengan dicantumkannya usaha koperasi dalam pasal 33
UUD 1945. Disebutkan bahwa perekonomian Indonesia disusun berdasarkan asas kekeluargaan. Sebagaimana diuraikan dalam penjelasan pasal 33, bangun usaha yang
cocok dengan ayat itu adalah koperasi. Agar pengembangan koperasi bisa lebih sejalan dengan pasal 33 akhirnya dilakukan reorganisasi dimana jawatan
departemen yang mengurusi koperasi dipisahkan dari jawatan koperasi dan perdagangan dalam negeri. Urusan koperasi diserahkan sepenuhnya kepada jawatan
koperasi.
37
Akhir tahun 1958 dikeluarkan undang-undang tentang perkoperasian dengan mendasarkan diri kepada UUD sementara pasal 38. Karena masih mengacu pada
pasal 38 UUD Sementara maka sering dikatakan bahwa jiwa dari Undang-undang
36
Hudiyanto, op.cit. hal 49
37
Ibid hal 50
Universitas Sumatera Utara
tentang koperasi itu dianggap bertolak belakang, sehingga koperasi yang berdiri merupakan koperasi yang masih bersemangat liberal dan setengah revolusioner.
38
d. Zaman Orde Baru
Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan
sebagai Hari Koperasi Indonesia. Bung Hatta meneruskan tradisi pemikiran ekonomi sebelumnya. Ketertarikannya kepada sistem koperasi agaknya adalah karena
pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya Denmark, pada akhir tahun 1930-an. Walaupun ia sering mengaitkan koperasi dengan nilai dan
lembaga tradisional gotong-royong, namun persepsinya tentang koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi modern yang berkembang di Eropa Barat. Ia pernah juga
membedakan antara koperasi sosial yang berdasarkan asas gotong royong, dengan koperasi ekonomi yang berdasarkan asas-asas ekonomi pasar yang rasional dan
kompetitif. Bagi Bung Hatta, koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar atau nonpasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga
self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Karena itu koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara
menerapkan prinsip efisiensi.
39
Menurut Bung Hatta, tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar- besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku
ekonomi skala kecil. Tapi, ini tidak berarti, bahwa koperasi itu identik dengan usaha
38
Soeharto Djojosoempeno, Pola Koperasi Indonesia dan Perkembangannya, Jogja, Sinar Asia, 1964, hal.30
39
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
skala kecil. Koperasi bisa pula membangun usaha skala besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari anggotanya, baik anggota koperasi primer maupun
anggota koperasi sekunder. Contohnya adalah industri tekstil yang dibangun oleh GKBI Gabungan Koperasi Batik Indonesia dan berbagai Koperasi batik
primer.Karena kedudukannya yang cukup kuat dalam konstitusi, maka tidak sebuah pemerintahpun berani meninggalkan kebijakan dan program pembinaan koperasi.
Semua partai politik, dari dulu hingga kini, dari Masyumi hingga PKI, mencantumkan koperasi sebagai program utama. Hanya saja kantor menteri negara
dan departemen koperasi baru lahir di masa Orde Baru pada akhir dasarwarsa 1970- an. Karena itu, gagasan sekarang untuk menghapuskan departemen koperasi dan
pembinaan usaha kecil dan menengah, bukan hal yang mengejutkan, karena sebelum Orde Baru tidak dikenal kantor menteri negara atau departemen koperasi. Bahkan,
kabinet-kabinet yang dipimpin oleh Bung Hatta sendiri pun tidak ada departemen atau menteri negara yang khusus membina Koperasi.
G. Landasan dan Asas Koperasi di Indonesia