Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

perilaku kekerasan X 2 sebesar 45,19 terhadap perilaku kekerasan Y. 3 Sumbangan Efektif Sumbangan Efektif SE digunakan untuk mengetahui sumbangan masing-masing variabel independen dalam menunjang efektifitas garis regresi. Apabila seluruh sumbangan relatif dari masing-masing variabel independen dijumlahkan, hasilnya adalah sebesar koefisien determinasi R 2 yaitu 0,386. Berikut hasil perhitungan Sumbangan Efektif masing-masing variabel independen. SEX 1 = SRX 1 x R 2 = 54,81 x 0,386 = 21,17 SEX 2 = SRX 2 x R 2 = 45,19 x 0,386 = 17,44 Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui nilai sumbangan efektif lingkungan sekolah X 1 sebesar 21,17 terhadap koefisien determinasi R 2 . Besar sumbangan relatif pengetahuan tentang perilaku kekerasan X 2 sebesar 17,44.

B. Pembahasan

Pembahasan analisis dan pengujian hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengaruh lingkungan sekolah X 1 terhadap perilaku kekerasan Y Berdasarkan hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji regresi linier ganda, didapatkan nilai sebesar 0,536. Nilai ini menunjukkan 59 commit to user arah hubungan yang positif antara lingkungan sekolah dengan perilaku kekerasan, dimana responden yang memiliki nilai lingkungan sekolah yang tinggi, ia akan cenderung berperilaku baik, dan sebaliknya. Hal ini juga didukung dengan hasil uji t yang menunjukkan nilai 4,334, dimana t hitung tersebut lebih besar daripada t tabel, yaitu 1,984 dan taraf signifikansi 0,000 0,05, yang artinya lingkungan sekolah memiliki pengaruh terhadap perilaku kekerasan. Selain itu, X 1 memiliki sumbangan relatif sebesar 54,81 terhadap Y. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa secara statistik lingkungan sekolah mempengaruhi perilaku kekerasan. Secara teoretis, hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Usman 2013 yang menyatakan bahwa perilaku bullying dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Menurut Benitez dan Justicia 2006 kelompok teman sebaya yang memiliki masalah di sekolah akan memberikan dampak yang negatif bagi sekolah seperti kekerasan, perilaku membolos, rendahnya sikap menghormati kepada sesama teman dan guru. Kuat atau tidaknya pengaruh teman sebaya sangat ditentukan oleh intensitas suatu hubungan dengan teman sebaya, semakin sering berinteraksi dengan teman sebaya, maka akan semakin banyak pengaruh yang akan diterima. Semakin banyak perilaku negatif yang diterima, maka akan remaja akan semakin banyak mempunyai perilaku yang negatif, sebaliknya apabila remaja banyak menerima perilaku yang positif, maka remaja juga akan cenderung memiliki perilaku yang positif pula Nopriandi, 2013. 60 commit to user Iklim sekolah juga memberikan pengaruh pada siswa untuk menjadi pelaku bullying. Menurut Setiawati 2008 kecenderungan pihak sekolah yang sering mengabaikan keberadaan bullying menjadikan para siswa sebagai pelaku bullying mendapatkan penguatan terhadap perilaku tersebut untuk melakukan intimidasi pada siswa yang lain. Goldammer 2013 mengatakan bahwa usaha untuk mengurangi perilaku bullying di sekolah adalah dengan cara menciptakan iklim sekolah yang baik agar siswa merasa nyaman dan dihargai di sekolah. Perilaku bullying adalah masalah sosial dan lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor atas terjadinya perilaku tersebut. Olweus Woods Wolke, 2004 pertama kali berspekulasi bahwa perilaku bullyingagresif yang dilakukan oleh para siswa merupakan sebuah reaksi dari rasa frustasi dan kegagalan di sekolah. Hal ini didukung oleh sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Salwina et al 2009 yang mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara rendahnya nilai prestasi belajar dengan perilaku bullying. Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui baik secara statistik maupun teoritis, lingkungan sekolah mempengaruhi perilaku kekerasan pada kalangan pelajar. Semakin baik lingkungan sekolah maka perilaku pelajar pun semakin baik. 61 commit to user 2. Pengaruh Pengetahuan tentang Perilaku Kekerasan X 2 dengan Perilaku Kekerasan Y Berdasarkan hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji regresi linier ganda, didapatkan nilai sebesar 1,815. Nilai ini menunjukkan arah pengaruh yang positif antara pengetahuan tentang perilaku kekerasan terhadap perilaku kekerasan, dimana responden yang mempunyai penegtahuan yang tinggi cenderung akan berperilaku baik. Hal ini juga didukung dengan hasil uji t yang menunjukkan nilai 3,753, dimana t hitung tersebut lebih besar daripada t tabel, yaitu 1,984 dan taraf signifikansi 0,000 0,05, yang artinya pengetahuan pelajar tentang perilaku kekerasan akan mempengaruhi perilaku kekerasan di kalangan tersebut. Selain itu, X 2 memiliki sumbangan relatif sebesar 45,19 terhadap Y. Tanda positif menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tentang perilaku kekerasan memiliki arah pengaruh yang positif dengan perilaku kekerasan di kalangan pelajar, sesuai dengan hasil uji linier ganda. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui, bahwa secara statistik pengetahuan tentang perilaku kekerasan mempengaruhi perilaku kekerasan di kalangan pelajar. Secara teoretis, hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuwono dalam Aprilia 2013 yang mengatakan bahwa secara umum, ada 2 faktor utama yang menyebabkan timbulnya perilaku kekerasan remaja yaitu faktor individu remaja itu sendiri dan faktor di luar remaja. Faktor dari remaja antara lain salah satunya adalah kurangnya pengetahuan. 62 commit to user Hal yang turut mempengaruhi pola perubahan identitas remaja maupun kebebasannya atau perilakunya adalah situasi dan kondisi masyarakat tempat remaja tersebut bertumbuh, misalnya, budaya, pendidikan, atau teknologi. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi jiwa anak kerap kali memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap peserta didik sehingga dapat menimbulkan kenakalan remaja yang salah satunya dapat berupa kekerasan pada remaja Purba, 2013. Pendidikan kesehatan pada remaja di sekolah sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kekerasan fisik meliputi cara remaja menyelesaikan masalah, dampak dari kekerasan yang dilakukan, serta penguasaan diri pada remaja sehingga diharapkan bagi remaja yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kekerasan dapat menurunkan perilaku bullying Lewis, 2013 Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui baik secara statistik maupun teoritis, pengetahuan tentang perilaku kekerasan berpengaruh terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar. 3. Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Pengetahuan tentang Perilaku Kekerasan terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar Secara statistik, berdasarkan uji yang dilakukan, didapatkan nilai Uji F sebesar 31,764 3,09 dengan taraf signifikansi 0,000 0,05. Hasil uji tersebut diperkuat dengan hasil koefisien determinasi yang menunjukkan nilai hingga 37,4. Artinya, ketiga variabel independen memberikan 63 commit to user sumbangan pengaruh sebesar 37,4 terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Hal ini berarti bahwa lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan berpengaruh terhadap perilaku kekerasan secara bersama-sama secara statistik. Hal ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya. Salah satunya yang dilakukan oleh Yuwono dalam Aprilia 2013 yang menyatakan bahwa perilaku bullying dipengaruhi oleh faktor individu remaja itu sendiri dan faktor di luar remaja. Faktor individu salah satunya meliputi pengetahuan dan faktor luar meliputi lingkungan sekolah, pengaruh teman sebaya, dll. Penelitian Usman 2013 juga menerangkan bahwa perilaku bullying remaja disebabkan karena beberapa faktor diantaranya kepribadian, komunikasi remaja, pengaruh teman sebaya serta iklim sekolah. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ardiyansyah 2009 yang mengatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku bullying adalah pergaulan sosial meliputi teman sebaya dan lingkungan sekolah serta keinginan. Remaja yang mempunyai pengetahuan maka dia akan mempunyai keinginan untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dia miliki. Penelitian yang dilakukan oleh Nation et al dalam Usman 2013 menemukan adanya hubungan antara perilaku bullying dengan tekanan dari teman sebaya. Siswa yang melakukan perilaku bullying disebabkan oleh tekanan dari teman sebaya agar dapat diterima dalam kelompoknya. 64 commit to user Terkait dengan lingkungan sekolah, dalam penelitian Celedonia 2013 menyebutkan bahwa perilaku bullying pada remaja dipengaruhi oleh lingkungan baik keluarga maupun sekolah. Lingkungan sekolah yang mendukung serta kegiatan fisik di lingkungan yang aman akan mengurangi prevalensi perilaku kekerasan pada remaja. Penelitian ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan Usman 2013 yang mengatakan bahwa beberapa studi telah mengidentifikasi variabel umum yang terdiri dari empat domain yaitu individual, hubungan keluarga, kelompok teman sebaya dan sekolah, yang mana berkontribusi pada siswa dalam berperilaku bullying. Domain individual termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, dimana telah diketahui bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh remaja. Remaja yang memiliki pengetahuan yang baik maka akan memiliki sikap yang positif dalam diri mereka yang kemudian akan terpengaruh untuk cenderung berperilaku baik, hal ini didukung oleh pernyataan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi perilaku individu. Notoatmodjo 2003 mengatakan bahwa salah satu faktor yang terpenting untuk terbentuknya perilaku seseorang karena dari pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan sikap, dimana semua itu diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. 65 commit to user Upaya meningkatkan pengetahuan remaja tentang perilaku bullying perlu dilakukan melalui pendidikan tentang perilaku bullying maupun upaya meningkatkan komunikasi baik guru maupun siswa agar lingkungan sekolah nyaman serta mengurangi intimidasi antar siswa Turkmen, 2013. Beberapa uraian diatas menunjukkan bahwa baik secara statistik maupun teoritis, lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan berpengaruh terhadap perilaku kekerasan yang terjadi di kalangan pelajar.

C. Keterbatasan Penelitian