56
tujuan penyelenggaraan program juga diperkuat dengan Surat Keputusan Penyelenggaraan Latihan kerja seperti yang telah disebutkan diatas.
Peneliti menyarankan kepada pihak pelaksanan, yaitu BLK Kabupaten Sleman untuk tetap mencari dan menggali informasi tentang pelatihan yang
dibutuhkan oleh masyarakat terutama masyarakat daerah Kabupaten Sleman. Maksudnya tidak lain adalah agar pihak BLK Kabupaten Sleman dapat
merumuskan dasar dan tujuan yang jelas dari pelaksanaan program pelatihan dan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di
Kabupaten Sleman.
b. Kesiapan Penyelenggara
Aspek kesiapan penyelenggara terdiri dari dua indikator, yaitu keadaan sarana prasarana dan kesiapan dan kelengkapan sarana prasarana. Untuk
indikator keadaan sarana prasarana hasil kuantitatif tidak didapatkan, karena data yang diperoleh menggunakan metode dokumentasi dan wawancara. Untuk
mendukung proses belajar pada saat program pelatihan berlangsung, tentunya keadaan sarana prasarana sangat perlu untuk diperhatikan. Kondisi sarana
prasarana menjadi salah satu penentu berhasil atau tidaknya suatu program pelatihan. Hasil kualitatif yang didapatkan peneliti mengenai indikator keadaan
sarana prasarana, khususnya pada program pelatihan bidang kelistrikan di BLK Sleman menunjukkan dalam kategori baik. Hal ini berdasarkan hasil dari metode
dokumentasi dan pengamatan peneliti bahwa kondisi bangunan bengkel kerja yang layak pakai dengan usia bangunan yang diangap tidak muda lagi. Kondisi
ruang bengkel yang tertata cukup rapi juga menjadi faktor kenyamanan peserta
57
pelatihan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di bengkel. Peralatan dan bahan praktik yang disediakan juga cukup memadai.
I ndikator yang kedua yaitu kesiapan dan kelengkapan sarana prasarana program pelatihan, khususnya bidang kelistrikan. Hasil kuantitatif yang
didapatkan dari metode angket sebesar 85,88 dan termasuk dalam kategori baik. Hasil ini berdasarkan penilaian dari seluruh peserta program pelatihan non
institusional bidang kelistrikan di BLK Sleman. Berbeda dengan hasil kuantitatif, hasil kualitatif indikator kesiapan dan kelengkapan sarana prasarana penunjang
program pelatihan yang terdiri dari luas ruangan belajar praktik, peralatan belajar, media belajar, kondisi tempat belajar ruang kelas, meja, kursi, kondisi
bengkel praktik, ketersediaan peralatan praktik, ketersediaan bahan praktik, sarana prasarana pendukung lain perpustakaan, tempat ibadah, toilet
menunjukkan hasil dengan kategori cukup baik. Menurut hasil wawancara dengan kepala UPT BLK Sleman untuk kelengkapan ruangan secara umum di BLK
Sleman sudah tidak up to date lagi, karena merupakan bangunan lama yang sudah berdiri sejak tahun 1984. Untuk peralatan bengkel sendiri, juga sebagian
besar masih menggunakan peralatan yang pengadaanya sejak BLK Sleman pertama kali dibuka untuk pelatihan. Sebagian peralatan sudah tidak bisa lagi
digunakan, untuk peralatan yang masih bisa diperbaiki tetap digunakan dan difungsikan kembali untuk kegiatan pelatihan.
Peneliti menyarankan agar fasilitas sarana prasarana penunjang pelatihan terutama peralatan untuk pelatihan agar segera diperbarui. Hal ini dilakukan agar
peralatan yang digunakan sesuai dan cocok dengan keadaan dunia industri maupun non industri sekarang ini. Karena perkembangan teknologi yang semakin
58
pesat, tentunya peralatan pelatihan yang digunakan seharusnya juga mengikuti perkembangan teknologi dan industri saat ini.
Kekurangan dari data dalam aspek kesiapan penyelenggara program pelatihan ini adalah peneliti belum merinci secara deta dan menyeluruh berapa
persen peralatan praktik yang masih layak digunakan.
c. Kesiapan Tenaga Kepelatihan I nstruktur