63
Peneliti menyarankan kepada BLK Kabupaten Sleman sebagai pihak pelaksana program pelatihan agar lebih selektif dalam menentukan calon peserta
program pelatihan, khususnya bidang kelistrikan di BLK Kabupaten Sleman. Hal yang perlu diperhatikan adalah latar belakang pendidikan minimum peserta
pelatihan dan rentang usia peserta. Langkah ini dilakukan agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar tanpa terganggu akibat daya
tangkap atau tingkat pemahaman materi pelatihan yang berbeda-beda.
e. Kurikulum Program Pelatihan
Kurikulum program pelatihan merupakan aspek yang penting dalam suatu program pelatihan. Untuk aspek kurikulum program pelatihan terdapat satu
indikator yaitu, ketersediaaan kurikulum. Data yang diperoleh dari indikator ini merupakan data kualitatif menggunakan metode dokumentasi dan wawancara
dengan hasil masuk dalam kategori baik. Kurikulum program pelatihan bidang kelistrikan di BLK Sleman terdiri atas dua macam, yaitu kurikulum program
pelatihan teknik pendingin dan kurikulum program pelatihan gulung dinamo. Kurikulum yang digunakan juga di bagi menjadi dua macam yaitu, kurikulum
berbasis kompetensi dan kurikulum berbasis masyarakat. Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang mengacu pada Disnakertrans dan Standar
Kompetensi Kejuruan Nasional I ndonesia SKKNI yang disesuaikan dengan kemampuan dari peserta pelatihan. Kurikulum berbasis masyarakat yaitu suatu
bentuk pengembangan kurikulum yang mengadopsi dari kurikulum berbasis kompetensi disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan masyarakat setempat.
Dalam aspek kurikulum program pelatihan bidang kelistrikan di BLK Sleman ada sidikit kekurangan. Peneliti menyarankan agar pihak BLK Sleman
64
juga menjalin kerjasama kepada beberapa industri di Kabupaten Sleman yang sesuai
dengan bidang
keahlian yang
ada di
BLK Sleman
dengan DI SNAKERTRANS Kabupaten Sleman sebagai pihak penengah. Hal ini dilakukan
untuk membentuk sebuah kurikulum yang baik dan sesuai dengan perkembangan industri saat ini. Sehingga lulusan dari program pelatihan lebih
bisa menguasai dan diterima di dunia industri, khususnya di Kabupaten Sleman.
f. Pengelolaan dan Pendanaan Pelatihan
Suatu program pelatihan akan baik, efisien, dan bermanfaat apabila dikelola secara bijak dan profesional. Dalam hal ini BLK Kabupaten Sleman telah
cukup siap dalam penyelenggaraan program pelatihan, khususnya program pelatihan bidang kelistrikan. Pada dasarnya manajemen pengelolaan program
pelatihan, terutama program pelatihan non institusional bidang kelistrikan di BLK Sleman dari proses seleksi peserta dikategorikan baik. Pengelolaan pelatihan
dimulai dari identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan. Yaitu menjajagi dan mengetahui kebutuhan pelatihan serta sejauh mana kebutuhan tersebut perlu
dipenuhi. Hal tersebut tentu saja melihat dari kebutuhan masyarakat sekitar Kabupaten Sleman yang membutuhkan pelatihan tertentu, guna memperoleh
keterampilan. Bagian lain yang cukup penting adalah klasifiksi dan menentukan peserta pelatihan yang dilakukan melalui program seleksi awal. Tentu saja hal ini
sudah didasari oleh aturan-aturan dasar penerimaan peserta yang telah dibuat sebelumnya. Namun, dengan tidak adanya persyaratan batasan usia maksimal
untuk mengikuti program pelatihan dalam proses pemdaftaran perlu untuk ditinjau kembali. Hal ini dilakukan agar pada saat pelaksanaan program
pelatihan, peserta tidak terkendala pada saat penyampaian materi pelatihan.
65
Karena perbedaan rentang usia produktif juga mempengaruhi daya tangkap dan pemahaman materi yang diberikan oleh instruktur pelatihan.
Pada aspek pengelolaan pendanaan pelatihan, dana yang digunakan bersumber dari berdasarkan DI PA Nomor : 026.13.2.522625 2 2014 tanggal 5
Desember 2014 merupakan hal yang juga menentukan berjalannya program pelatihan. Dana yang diperoleh digunakan untuk keperluan pembelihan bahan
pelatihan, pembelian alat, dan untuk biaya administrasi baik instruktur maupun peserta pelatihan. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan pendanaan terlampir.
Pada aspek pengelolaan dan pendanaan pelatihan peneliti menyarankan agar pembagian hak dari peserta pelatihan dikelola lebih baik. Selama ini,
pembagian hak untuk peserta pelatihan terutama uang transport diberikan di awal pembukaan pelatihan. Alangkah lebih baiknya, uang transport untuk
peserta, diberikan pada setiap akhir sesi pelatihan atau setelah pelaksanaan evaluasi selesai. Hal ini dilakukan agar peserta lebih bisa menghargai waktu dan
proses pelatihan. Sehingga absensi peserta dapat diminimalisir.
2. Evaluasi Transaction Phase