Langkah Pembelajaran Materi Pembelajaran
Evaluasi
Anjing yang Nakal
Si anjing menganggap bahwa lonceng tersebut sebagai ciri khasnya. Anjing itu sangat bangga sengaja membunyikannya disetiap sudut pasar. Dia selalu berlari ke setiap penjuru
menunjukkan lonceng tersebut kepada setiap orang yang lewat. Seekor anak anjing bertanya, “Mengapa kamu selalu berlari ke sana-kemari dengan
lonc
engmu?” “Ya, aku bangga pada lonceng dileherku. Tidak setiap anjing punya lonceng sepertiku.”
Pada suatu ketika anjing tua berkata kepada anjing berlonceng, “Mengapa kamu selalu memamerkan diri dengan loncengmu?”
“Ya, karena tidak setiap anjing memiliki lonceng sepertiku” “Sebenarnya kamu harus malu pada loncengmu. Lonceng itu tidak patut kamu banggakan.
Bahkan, itu aib. Sebenarnya majikanmu memberi lonceng itu agar orang berhati-hati dengan kehadiranmu. Lonceng itu adalah pemberitahuan kepada semua orang agar hati-hati dan
waspada akan kedatanganmu karena kamu anjing yang tak tau aturan dan sering menggigit
tumit orang,” kata anjing tua. Setelah mendengar hal itu, anjing berlonceng tidak mau lagi berlari-lari. Meskipun memakai
lonceng, dia tidak berani lagi memamerkan loncengnya karena banyak anjing lain yang mengetahui aibnya.
Kisah Singa dan Seekor Tikus
Seekor singa sedang tidur-tiduran disebuah padang rumput di hutan. Perutnya lapar, karena sejak pagi tadi dia belum menyantap sesuap makanan pun. Tiba-tiba penciumannya serasa
menemukan ada makanan didekatnya. Dia mulai mencari-cari apa gerangan yang bisa di makannya itu. Ternyata, seekor tikus sedang bermain-main di balik rerumputan.
“Hai, tikus, tahukah kamu bahwa engkau telah menggangguku” kata singa sambul mengaum, memperlihatkan taringnya yang tajam “Aaauuuummmmmmm……..” “Awas kau akan
kujadikan santapan pertamaku hari ini”. Dengan sigap dia meloncat, dan dalam sekejap, tikus kecil yang malang itu sudah berada dalam genggamannya.
“Oh, singa yang baik, janganlah kau makan diriku,” kata tikus itu ketakutan setengah mati. “Di rumahku tujuh ekor anakku sedang menungguku dan makanan yang sedang kubawa ini”,
tikus menghiba. Air matanya mulai menetes dari matanya. Dia menangis… cit…cit..cit…cit.
“Ho…ho…ho.. aummmmm, aku tidak akan melepaskanmu tikus kecil. Perutku sudah lapaaaar sekali. Bisa pingsan aku kalau tidak makan sekarang,” singa sudah bersiap hendak
memasukkan tikus malang itu ke dalam mulutnya.
“Hai, singa, bagaimana kalau kita buat perjanjian. Hari ini biarkan aku pergi. Aku berjanji akan menolongmu kelak jika kau dalam kesulitan,” kata tikus mulai berani.