sekitar, sehingga setiap anak wajib mendapatkan perlakuan yang adil tanpa diskriminasi seebagaimana yang termuat dalam Pasal 9 ayat 1 dan 1a UU No. 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa:
“1 Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakat. 1a Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan Kekerasan
yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, danatau pihak lain
”.
Dengan adanya ketentuan mengenai bentuk perlindungan yang diharapkan akan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi setiap anak dalam sistem pendidikan baik
dalam hal ini di lingkungan sekolah maka perlu adanya keterkaitan antara ketentuan hukum dengan penerapannya oleh pihak yang memiliki kewenangan dalam bidangnya.
Sehingga sistem pendidikan akan berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan dan dapat mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dengan menciptakan bibit-
bibit penerus bangsa yaitu anak-anak yang nantinya akan berperan penting dalam pembangunan Indonesia dan kesejahteraan Indonesia.
4. HAK ANAK
Pada dasarnya perilaku kekerasan dapat terjadi dimanapun kapanpun dan bahkan dapat dilakukan oleh siapapun sekalipun dilakukan oleh anak-anak yang pada hakikatnya
masih dalam tanggung jawab orang tua. Kriteria anak seperti yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan sangat beragam sebagai mana yang telah diatur dalam
Pasal 1 ayat 2 UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menentukan bahwa: Anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 duapuluh satu tahun dan belum pernah
kawin. Sedangkan mengenai pengertian anak sebagaimana yang termuat dalam Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perli ndungan Anak bahwa: “Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan
”
. Dari sisi lain kriteria anak juga diatur menurut Hukum Adat yang menentukan
bahwa ukuran seseorang telah dewasa bukan dari umurnya, tetapi ukuran yang dipakai adalah: dapat bekerja sendiri; cakap melakukan yang disyaratkan dalam kehidupan
masyarakat; dapat mengurus kekayaan sendiri.
12
Dengan demikian seorang anak masih perlu mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari kedua orang tuanya serta
mendapatkan perlindungan hukum dengan tujuan supaya anak tidak terganggu mental dan fisiknya dengan seiring berkembangnya pola pikir seorang anak.
Pada dasarnya setiap orang selama belum mencapai batas umur yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan maka dapat dikatakan orang tersebut
masih dalam kirteria seorang anak serta masih dalam tanggungjawab orang tua. Karena setiap anak perlu mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang tua ataupun orang yang
dirasa lebih tua karena setiap anak memiliki pola pikir yang berbeda-beda. Selain itu yang tidak boleh dikesampingkan bahwa setiap anak perlu diberikan pengertian mengenai
pola perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama yang dianut dengan tujuan agar anak dapat berperilaku dan memiliki akhlak yang baik dan terhindar dari perilaku yang
dilarang oleh ketentuan hukum. Bimbingan dan arahan dari orang tua akan membentuk jati diri dan akhlak setiap
anak dalam hidup bermasyarakat. Karena pada dasarnya setiap anak dimungkinkan akan
12
Irma Setyowati Sumitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, Bumi Aksara, 1990, hlm. 55.
meniru semua yang dirasa merupakan hal yang baru dia lihat. Selain itu karakter seorang anak akan menginginkan kepuasan dalam hal yang dia tiru. Dengan demikian perlu
adanya pihak yang mengontrol pola perilaku anak tersebut. Oleh karena itu dengan adanya suatu perilaku kekerasan yang menimpa setiap
anak di Indonesia maka perlu adanya tindakan untuk meminimalisir adanya kekerasan terhadap anak yang berfungsi untuk menjamin hak-hak setiap anak di Indonesia. Karena
pada dasarnya setiap anak memiliki hak-hak yang harus dijamin oleh negara sebagaimana yang telah tercantum dalam konvensi hak anak yang disetujui oleh majelis umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB pada tanggal 20 November 1989 pada pasal 16 ayat 1 dan 2 bahwa:
1“Tidak seorang anakpun akan mengalami gangguan tanpa alasan dan secara tidak sah terhadap kehidupan pribadinya,
keluarga, rumah atau surat menyurat ataupun serangan tidak sah
terhadap harga diri dan reputasinya”. Sedangkan pada pasal 2 bahwa: 2”Anak mempunyai hak akan perlindungan hukum
terhad ap gangguan atau serangan semacam itu”.
13
Dengan demikian setiap anak dari berbagai macam latar belakang dan suku budaya akan tetap memiliki hak-hak tersebut karena hak-hak anak melekat sejak dalam
kandungan seorang ibu tanpa pandang bulu dengan kata lain disamaratakan untuk mencapai keadilan bersama.
5. PERILAKU KEKERASAN