meniru semua yang dirasa merupakan hal yang baru dia lihat. Selain itu karakter seorang anak akan menginginkan kepuasan dalam hal yang dia tiru. Dengan demikian perlu
adanya pihak yang mengontrol pola perilaku anak tersebut. Oleh karena itu dengan adanya suatu perilaku kekerasan yang menimpa setiap
anak di Indonesia maka perlu adanya tindakan untuk meminimalisir adanya kekerasan terhadap anak yang berfungsi untuk menjamin hak-hak setiap anak di Indonesia. Karena
pada dasarnya setiap anak memiliki hak-hak yang harus dijamin oleh negara sebagaimana yang telah tercantum dalam konvensi hak anak yang disetujui oleh majelis umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB pada tanggal 20 November 1989 pada pasal 16 ayat 1 dan 2 bahwa:
1“Tidak seorang anakpun akan mengalami gangguan tanpa alasan dan secara tidak sah terhadap kehidupan pribadinya,
keluarga, rumah atau surat menyurat ataupun serangan tidak sah
terhadap harga diri dan reputasinya”. Sedangkan pada pasal 2 bahwa: 2”Anak mempunyai hak akan perlindungan hukum
terhad ap gangguan atau serangan semacam itu”.
13
Dengan demikian setiap anak dari berbagai macam latar belakang dan suku budaya akan tetap memiliki hak-hak tersebut karena hak-hak anak melekat sejak dalam
kandungan seorang ibu tanpa pandang bulu dengan kata lain disamaratakan untuk mencapai keadilan bersama.
5. PERILAKU KEKERASAN
13
http:www.unicef.orgmagicmediadocumentsCRC_bahasa_indonesia_version.pdf. Diakses pada 9 Mei 2016 pukul 09:15.
Pada dasarnya setiap manusia telah diberikan akal dan pikiran masing-masing oleh Tuhan dengan tujuan agar manusia dapat berfikir secara rasional. Sehingga manusia
dapat berinteraksi dengan orang lain dengan melakukan hal-hal yang mempunyai tujuan dan maksud tertentu. Maka dari itu dengan adanya interaksi yang dilakukan oleh manusia
secara terus menerus baik itu secara berkelompok maupun secara antar individu dapat dikatakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
bantuan orang lain. Interaksi yang dilakukan manusia dalam hidup bermasyarakat akan menimbulkan
kebiasaan-kebiasaan baru yang akan mempengaruhi pola pikir setiap manusia. Sehingga pola pikir setiap manusia akan berbeda satu sama lain sesuai tujuan dan maksud terntentu
yang ingin dicapai. Interaksi yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari segala permasalahan yang menyebabkan adanya suatu benturan antar pihak. Dengan adanya
benturan tersebut maka seseorang akan melakukan berbagai cara untuk dapat mencapai apa yang dia tuju dengan melakukan kontak langsung yang biasa disebut perilaku
kekerasan. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 15a UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak mengenai pengertian kekerasan bahwa: “Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, danatau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum ”.
Perilaku kekerasan dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok yang pada hakikatnya memiliki alasan tertentu. Perilaku kekerasan yang terjadi akan menyebabkan
kesengsaraan oleh orang lain yang menimpanya. Dengan demikian seseorang yang menjadi korban dari perilaku kekerasan dapat dikatakan telah dirugikan hak asasi
manusianya karena pada dasarnya setiap manusia memiliki hak-hak sebagaimana yang telah diatur di dalam ketentuan Pasal 28I ayat 1 Undang Undang Dasar 1945
selanjutnya disebut UUD 1945 bahwa setiap orang memiliki: “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”.
Pada dasarnya perilaku kekerasan dapat terjadi kapanpun dan dimanapun yang mana dibagi menjadi dua jenis yaitu kekerasan fisik dan kekerasan psikis atau kekerasan
batin. Dalam perkembangan saat ini berbagai macam cara yang dilakukan oleh setiap orang dalam melakukan interaksi dengan orang lain, salah satunya adalah dalam
melakukan kekerasan. Dahulu sering dapat dilihat bahwa setiap perilaku kekerasan hanya terlihat dari kasat mata dengan kontak fisik saja, namun pada saat ini perilaku kekerasan
telah berkembang hingga mengarah pada kekerasan batin atau psikis yang sering disebut perilaku Bullying.
Bullying merupakan sebuah situasi di mana terjadinya penyalahgunaan kekuatankekuasaan yang dilakukan oleh seseorangkelompok.
14
Dengan adanya perilaku Bullying maka setiap orang diharapkan memiliki kekuatan fisik dan kekuatan batin juga,
karena perilaku Bullying mengarah pada kontak batin seseorang. Dengan demikian seseorang akan memiliki kekuatan mental yang berbeda-beda dalam membela dirinya
agar tidak terjadi suatu tekanan batin atau depresi.
14
Yayasan semai jiwa amini sejiwa, BULLYING, PT Grasindo, Jakarta, 2008, hlm. 2.
Pada dasarnya perilaku Bullying memiliki 3 tiga jenis yaitu Bullying fisik, Bullying verbal Bullying mentalpsikologi. Perilaku Bullying secara fisik memiliki
berbagai wujud yaitu : a.
Menampar; b.
Menimpuk; c.
menginjak kaki; d.
menjegal; e.
meludah; f.
memalak; g.
melempar dengan barang; h.
menghukum dengan berlari keliling lapangan; i.
menghukum dengan cara push up; j.
menolak. Sedangkan wujud dari perilaku Bullying secara verbal diantaranya
: a.
memaki; b.
menghina; c.
menjuluki; d.
meneriaki; e.
mempermalukan di depan umum; f.
menuduh; g.
menyoraki; h.
menebar gossip; i.
memfitnah; j.
menolak. Perilaku Bullying yang terakhir adalah perilaku Bullying
mentalpsikologis yang memiliki wujud yaitu: a.
mendiamkan; b.
mengucilkan; c.
mempermalukan; d.
meneror lewat pesan pendek telepon genggam atau e-mail; e.
memandang yang merendahkan; f.
memeloroti; g.
mencibir.
15
15
Ibid, hlm. 2.
Dengan berbagai macam perilaku Bullying yang terjadi di lingkungan masyarakat maka perilaku Bullying ini merupakan suatu perilaku yang tidak pantas dilakukan dan
dilarang oleh ketentuan hukum di Indonesia. pada dasarnya Indonesia merupakan negara hukum yang sangat berpegang teguh pada hak asasi manusia untuk mencapai keadilan.
Maka dari itu setiap perilaku kekerasan yang terjadi di Indonesia baik itu secara fisik maupun batin merupakan perilaku yang bertentangan dengan ketentuan hukum di
Indonesia. Perilaku kekerasan dapat terjadi bagi siapapun tanpa pandang bulu karena
manusia merupakan makhluk sosial yang mana akan memiliki hubungan timbal balik dengan orang lain. Maka dari itu perilaku kekerasan dapat terjadi pada siapapun baik itu
dilakukan oleh orang dewasa maupun anak-anak sekalipun.
B. HASIL PENELITIAN
1. Tugas dan Wewenang Dinas Pendidikan kota Salatiga