mengarahkan anak-anaknya supaya tidak terlibat dalam tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ketentuan hukum di Indonesia.
3.2. Peran Dinas Pendidikan kota Salatiga.
Saat adanya kejadian yang terjadi di sekolah tersebut Dinas Pendidikan kota Salatiga tidak mengetahui bahwa di sekolah tersebut telah terjadi perilaku Bullying.
Karena pada dasarnya Dinas Pendidikan merupakan instansi kedinasan yang mana memiliki peran untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada guru dengan
memberikan program-program baru dengan tujuan untuk mencegah adanya suatu perilaku Bullying yang bisa saja terjadi kapanpun.
25
Dengan demikian selama pihak sekolah dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik secara kekeluargaan maka Dinas Pendidikan kota Salatiga telah sukses
dengan program-program yang telah diberikan kepada setiap sekolah yang ada di Salatiga.
4. Hasil wawancara di SDN Blotongan 03 Salatiga
Dari beberapa data yang penulis paparkan mengenai peran dan tindakan Dinas Pendidikan kota Salatiga dan beberapa SD di Salatiga maka selanjutnya penulis
melakukan wawancara di SDN Blotongan 03 Salatiga yang mana pada tahun 2008 telah terjadi perilaku kekerasan antar siswa di lingkungan sekolah dasar.
4.1. Kasus posisi
25
Wawancara di SDN Salatiga 08 Salatiga, Salatiga, 7 November 2015.
Bermula saat waktu istirahat di SD tersebut ada dua siswa yang bernama Iwan dan Heru yang melakukan kegiatan dengan saling kejar mengejar. Tiba waktu belajar
dimulai seorang guru memberikan tugas pelajaran ilmu pengetahuan alam atau disebut IPA kepada siswa satu kelas tersebut. Namun demikian guru tersebut memberikan tugas
karena guru tersebut mendapatkan tanggung jawab untuk melatih pramuka kepada siswa kelas lain.
Selama proses belajar mengajar berlangsung Iwan dan Heru saling kejar mengejar sangat dimungkinkan adanya unsur Bullying dengan saling ejek mengejek yang
menyebabkan kedua siswa tersebut saling kejar. Selang beberapa waktu tiba-tiba Heru jatuh pingsan setelah melakukan kejar mengejar dengan Iwan. Kemudian siswa lain yang
melihat segera melapor kepada Guru pengajar. Pihak sekolah melakukan tindakan pertama dengan membawa Heru menuju Unit Kesehatan Sekolah atau disebut UKS
untuk mendapatkan pertolongan pertama. Kemudian Heru dibawa menuju Rumah Sakit oleh pihak sekolah karena Heru
tidak sadarkan diri. Selama perjalanan nyawa Heru tidak dapat tertolong lagi. Suasana sekolah menjadi kacau setelah mendengar Heru telah meninggal. Maka dari itu pihak
sekolah melalui kepala sekolah berusaha untuk meredam suasana sekolah supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diingan dan selalu dalam suasana kondusif. Kepala sekolah
meminta Iwan untuk tetap tenang dan mendapatkan perlindungan oleh pihak sekolah melalui guru dan kepala sekolah.
Dari keterangan kepala sekolah terdapat luka lebam pada ulung hati Heru namun demikian belum dapat dipastikan bahwa yang menyebabkan Heru meninggal berasal dari
luka lebam tersebut. Karena dari keterangan teman-teman heru sampai guru pengajar bahwa Heru memiliki penyakit yang belum sembuh yang tidak dipaparkan secara jelas.
Dengan demikian belum adanya keterangan yang jelas mengenai penyebab Heru meninggal.
Selanjutnya para wartawan beserta pihak kepolisian setempat mendatangi SD tersbut untuk meminta keterangan kronologi kejadian. Pihak sekolah melarang wartawan
untuk meminta keterangan karena begitu banyak pertanyaan yang nantinya akan menyebabkan Iwan menjadi depresi dan stress begitu hebat. Pihak sekolah melalui kepala
sekolah hanya memperbolehkan pihak kepolisian untuk mencari keterangan kepada Iwan. Selama proses perkara, pihak sekolah melalui kepala sekolah mendampingi Iwan sampai
kasus perkara benar-benar selesai. Pihak sekolah melakukan pertemuan dengan keluarga kedua belah pihak beserta
Iwan untuk melakukan penyelesaian masalah secara kekeluargaan. Karena dari hasil informasi yang sekolah peroleh berindikasi bahwa perkara ini bukan karena unsur
kesengajaan yang dilakukan oleh Iwan kepada Heru. Maka dari itu pihak sekolah juga memberikan keterangan kepada pihak kepolisian setempat, Dinas Pendidikan kota
Salatiga, dan wartawan supaya tidak timbul berita-berita yang salah. Pihak sekolah menjadi mediator antar kedua belah pihak dan pada akhirnya
keluarga Heru dapat menerima untuk berdamai dengan keluarga Iwan karena memang bukan atas kesengajaan yang dilakukan oleh Iwan dan juga tidak dapat dibuktikan bahwa
perkara tersebut merupakan perilaku kekerasan yang dilakukan Iwan kepada Heru. Namun demikian bukan berarti keluarga Iwan hanya melakukan perdamaian saja tetapi
pihak sekolah dan keluarga Iwan juga memberikan santunan kepada keluarga Heru untuk biaya pemakaman dan memperingati 40 hari meninggalnya Heru.
26
4.2. Peran yang Dilakukan Pihak Sekolah.